>

Bagian 5: “Tentang Pilihan dan Ambang Kematian”

Bagian 5: “Tentang Pilihan dan Ambang Kematian”

Ari Hardianah Harahap--

“Ingatlah anak muda, wawasanmu terlalu sempit jika hidup hanya soal percintaan. Ada masa depan, yang gagalnya lebih sakit ditimbang patah hati sebab baj***an”

-Didesikan untuk kaum alay yang dibodohi janji setia nyatanya tiap tikungan ada”

>>>***<<<

“Pak, ada yang perlu saya bantu?” Suara sektreasinya—Saka—menyadarkan Abian untuk kembali ke dunia nyata,yang tadinya di awang – awang hanya sebab sebuah kata dari medusa. Abian yakin, wanita semacam Myta Purnama alias Tata itu pasti berupa titisan Medusa atau setidaknya ada setengah jiwa medusa dalam dirinya, begitu licik dan memanipulasi hingga Abian hampir tertipu.

Saka memadang cemas wajah atasannya, wajah kaku yang biasanya pucat itu kini berwarna merah padam hingga telinganya, bahkan atasannya itu menyentuh jantungnya. Saka memang sering mengeluh tentang pekerjaannya, tapi demi kacang Swedia yang ia tidak tahu bentuknya, Saka mengerjakan pekerjaan dengan hati ikhlas termasuk desc job untuk selalu memperhatikan kondisi atasannya, Abian.

“Pak, beneren nggak perlu saya panggil dokter pak?” Saka bertanya sekali lagi, guna memastikan, bisa jadi Abian berubah pikiran, untuk lebih peduli pada kesehatannya. Abian menatap horror gagang telepon kantor yang ia tutup dengan keras, portofilio dan riwayat hidup salah Tata ada di mejanya, jadi jangan tanya darimana ia bisa tahu nomor sang empu yang kini tengah kelimpungan dalam dua jam mencapai kantornya.

“Menurut kamu saya salah?” Tanya Abian, ia sedikit menggunakan kekuasannya untuk memperkejakan Tata kembali, mudahnya sebut saja ia tengah melakukan praktik Nepotisme. Saka berpikir sesaat, “karena posisi itu memang lagi kosong, saya rasa nggak ada salahnya. Toh, bapak percaya sama dia, artinya dia punya kemapuan, yang salah itu saat sudah jelas ia merugikan bapak  masih mempertahankan.” Saka menjelaskannya, yang dibalas anggukan oleh Abian.

“Kalo dia merugikan saya juga nggak mungkin mempertahankannya.” Balas Abian, Saka mengangguk sembari terkekeh, “Sekarang mah bapak bisa bilang gitu, tapi nanti kalo udah mengikut itu yang namanya embel – embel cinta dan ayang beb nggak akan tega pasti.” Saka kembali berkomentar yang mengundang delikan tajam dari Abian.

“kamu meragukan saya?!” Abian kesal, tapi Saka memiliki terlalu banyak nyali hari ini, hingga terlihat begitu biasa saja membalas perkataan bossnya, “kayak kata orang, kalo udah cinta, tai aja bisa rasa cokelat pak!” Seru Saka.

“Kamu pikir saya makan tai?!” Tanya Abian melotot pada Saka.

“Bapak makan tai?!” Tanya Saka terkejut.

“Kamu yang bilang tai rasa coklat!” Kesal Abian, ingin melipat dua sekretarisnya itu kemudian menggenggelamkannya pada segitu Bermuda.

“Kan Kata orang?” Jawab Saka bingung.

“Memangnya kamu bukan orang?!”

“Eung…Setan?” Tanya Saka ragu – ragu, seolah tak yakin. Abian memijit pelipisnya, pening.

“KELUAR!” Teriak Abian muak, membuat Saka segera lari terbirit – birit kembali ke ruanganya, menutup pintu ruangan Abian dengan dentuman keras. Sungguh bawahan yang terlampau sopan pada atasan. Abian bahkan tidak habis pikir, Saka itu bagaimana bisa lulus, rasa – rasanya ia seperti mempekerjakan…ah, bahkan Abian tidak dapat lagi menggambarkan tingkah laku Saka dengan otak setengah jadinya itu, yang sayangnya harus Abian pertahankan sebab Saka dan performa pekerjaannya kala genting sungguh sebuah hidden box baginya.

Abian menghempaskan tubuhnya, kembali memikirkan perihal rasa yang disebut cinta. Ini bukan pertama kalinya Abian menjalin hubungan asrama, sama seperti Tata yang mengaku memiliki deretan nama mantan yang jika di list tidak akan ada tepiannya, Abian pun sama, tidak terhitung berapa banyak wanita yang ia kencani sebelum akhirnya memutuskan melajang selama dua tahun terkahir belakang dan bertemu Tata. Untuk melibatkan hatinya sejauh ini dan dalam perasannya, Abian mempertaruhkan separuh hidupnya pada Tata, jika ini gagal maka Abian Pratama resmi lenyap jiwa dan hatinya.

Abian kembali melihat foto Tata dan log panggilan tadi malam di ponselnya, harusnya Abian tidak jatuh sedalam ini, sayangnya Tata terlalu pintar mengendalikannya, hingga Abian lupa cara mengontrol diri. Hari itu Abian ada di ambang, antara hidup dan mati, ia letakkan kuncinya pada Tata, entah apapun keputusan perempuan itu kedepannya, Abian hanya perlu percaya, apapun itu, tidak boleh ada penyesalan nantinya.

“Abian, jatuh cinta yang dalam sampai kamu lupa apa itu daratan, biar saya nggak terjebak sendirian. Biar saya nggak diberi pilihan, untuk ditinggalkan atau meninggalkan”

 

 

 

 

 

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: