Bagian 6: “Nggak Cukup Sundra, Ternyata Sandra Juga”

Bagian 6: “Nggak Cukup Sundra, Ternyata Sandra Juga”

Ari Hardianah Harahap--

“tetap tenang di gempuran ayang dimana – mana”

-Sundra, bertahan sampe bisa bikin instastroy, today w/ ayang-

>>>***<<<

Arisa tidak pernah tau, jikalau percakapannya dengan Sundra di malam beberapa hari yang lalu akan membawa efek sebesar ini padanya. Hanya karena beberapa baris kalimat, Arisa tidak pernah berhenti untuk berpikir dan mencari jawaban. Apa iya manusia tidak layak untuk dijadikan tempat pulang? Sisi realistis Arisa terus saja setuju. Namun, ada bagian dirinya yang masih ingin percaya, manusia tidak seburuk itu untuk dijadikan tempat pulang. Sebagian manusia memang mengecewakan, tapi tak sedikit juga yang menjunjung tinggi prinsip kepercayaan, dan salah satunya percaya cinta sejati itu ada.

Ponsel Arisa terus bergetar sejak tadi, entah sudah keberapa kalinya pesan dari orang yang sama terus datang padanya. Biasanya Arisa akan bersemangat untuk membukanya, tapi lagi – lagi hanya karena Sundra, Arisa menjadi takut setengah mati untuk membukanya. Takut jikalau semua yang akan dibacanya nanti tidak akan pernah terjadi, takut jikalau nanti, ia terjebak dengan angan dan perasaan yang ia ciptakan sendiri, Arisa takut jatuh sendirian.

“Overthingking tu nggak enak tau kalo sendirian,” Sekaleng Coca – Cola mendarat di depan wajah Arisa yang tengah menumpukan kepalanya di meja. Sandra berdiri di hadapannya dan tersenyum. Tidak ada siapapun selain mereka di ruangan, mengingat jam kuliah sudah selesai dari setengah jam yang lalu. Arisa bahkan tidak sadar, jika sedari tadi Sandra ada.

“Siapa yang overthingking, orang gue ngantuk doang!” Elak Arisa, ia pura – pura meregangkan badannya dan menguap, mencoba menutup matanya seolah bersiap tidur. Sandra terkekeh kecil, mengambil posisi untuk duduk di samping Arisa.

“Ya udah, tidur gih! Gue temenin, biar nggak ada yang ganggu lo,” Sandra tersenyum tulus. Biasanya, Arisa dan Sandra tidak sekaku ini. Tapi, mengingat beberapa kejadian lalu, Arisa menjadi tidak enak sendiri pada Sandra. Hanya karena dirinya, hubungan Sandra dan Sadap nyaris borpetensi pisah, padahal keduanya sudahlah sangat pas bagi satu sama lain. Hening melanda keduanya, Arisa yang masih konsisten dengan akting pura – pura tidurnya dan Sandra yang turut diam di sampingnya.

Sandra turut meletakkan kepalanya di meja, sama hal dengan posisi Arisa, yang kini membuat keduanya saling berhadapan, “Maafin gue ya Arisa, gue nggak bermaksud untuk menjadikan lo….” Sandra tak melanjutkan kalimatnya, saat ia melihat Arisa menangis dengan kelopak mata tertutup. Sandra tersenyum tipis, awalnya ia pikir tidak akan ada masalah dengan hubungan Sadap dan Arisa, toh, keduanya memang sudah sangat dekat sejak dulu, Sandra-lah yang menjadi pendatang di kehidupan mereka, dan Sandra cukup sadar diri untuk menempatkan posisinya. Sandra tidak pernah berekspetasi jika cemburunya membawa petaka bagi segala orang, ternyata hatinya tidak selapang itu untuk menerima segala interaksi Sadap dan Arisa.

“Cengeng, udah nggak ada yang mau liat air mata buaya lo.” Sejujurnya Sandra sedikit khawatir untuk mengucapkan kalimat yang datangnya dari Sundra ini. Tapi, entah mengapa Sandra ingin percaya, kalo Sundra tidak akan membuat hubungannya dan Arisa semakin renggang.

“Gue lagi kesel ya San, jangan sampe ajaran Sundra membawa lo ke jalan setan.” Sandra tertawa. Semua tebakan Sundra benar, Arisa merespon dirinya.

“Kok lo tau?” Tanya Sandra, “Apasih yang gue nggak tau tentang kembar cesper satu itu.” Jawab Arisa.

“Apasih yang gue nggak tau tentangg cewe bar – bar satu itu,” de javu. Pagi lalu, saat Sandra bertanya tentang Arisa pada Sundra, jawaban yang dilontarkan Sundra versis sama dengan jawaban yang dilontarkan Arisa kini.

“Sa, gue mengecewakan ya? Tanya Sandra.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: