Bagian 2: “Jangan Lama – Lama”
Ari Hardianah Harahap--
“Love is undefined. Because everyone can define love but no one knows what is the definition of love?”
>>>***<<<
“Pst…Pst…Pst!”
Sundra berbisik pada Sadap yang tengah fokus mendengarkan penjelasan dosen. Berkali – kali ia tendang kursi Sadap pelan, namun tak digubris oleh Sadap. Sundra menggeram kesal, dan melempar kotak pensilnya ke kepala Sadap.
Bugh
Sundra meringis, ia pikir lemparannya tidak kuat. Tapi, mendengar bunyi benturan yang dikeluarkan antara kepala Sadap dan kotak pensilnya, Sundra cukup tahu bahwa sang korban kini tengah menahan berangnya, untuk tidak melempar kursi kepadanya sekarang juga. Sundra segera bersembunyi dan mendekat kepada Arisa.
“Ris, mati gue!” Ucap Sundra cemas, yang dibalas dengusan keras dan putaran bola mata malas oleh Arisa.
“Lagian lo nyeleneh banget pake ngelempar kotak pensil tu ke kepala dia!” Arisa ingin sekali menendang kepala Sundra saat ini juga. Namun, keadaan tidak memungkinkan, ia masih harus menjaga nama dan sikapnya, jika tidak ingin mengulang kelas di tahun selanjutnya.
“Yah! Soalnya dia gue panggil kagak nyaut – nyaut, bete nggak lo?!” Kesal Sundra.
Arisa tidak tahan untuk tidak mememukul kepala Sundra keras, “Arrgh!!! Sakit Sa!” Protes Sundra mengusap kepalanya, menatap Arisa dengan tatapan nyalang.
“Makanya kalo punya otak tu dipake! Lo itu manggil Sadap, yang paling ambisius di kelas, ya kali dia mau nyaut dosen lagi ngejalasin!” Jelas Arisa, keduanya mulai sibuk dengan dunia mereka. Volume pembicaraan yang tadi berbisik – bisik mulai meningkat hingga tidak sadar keduanya kini menjadi perhatian seisi kelas. Menyadari keadaan kelas yang mulai hening, keduanya menatap satu sama lain, dan memasang raut tegang.
“Dua orang yang dibelakang! Keluar!” Bentak dosen, yang dengan sigap segera Arisa dan Sundra mengemasi barang langsung beranjak keluar kelas. Sundra melengos dengan santai sambil tersenyum, melihatnya Arisa geleng – geleng kepala tidak habis pikir. Arisa menyusul Sundra, wajahnya menampakkan raut menyesal dan tersenyum kecil pada dosennya, “Maaf pak,” Ucap Arisan pelan, kemudian berjalan dengan kepala tertunduk.
“Udah nggak usah sedih, kuy gue traktri mie ayam depan kampus!” Ajak Sundra semangat merangkul Arisa saat keduanya telah diluar kelas. Arisa menatap Sundra kesal, menginjak kaki Sundra kuat, sebagai pembalasan karena Sundra telah membuatnya tidak bisa mengikuti kelas.
“LO TU EMANG KAGAK PERNAH WARAS YA SUNDRA! BISA BISANYA!” Teriak Arisa, menjambak rambut Sundra keras. Arisa bukan tipe perempuan yang akan diam saja atau hanya berteriak manja saat seseorang mengusiknya, tidak peduli kawan ataupun lawan, selama Arisa merasa terusik, ia tak akan segan – segan melakukan apapun untuk membuat dirinya bertahan di zona nyamannya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: