>

Suka Melamun, Bengong? Masalah Psikologis Jadi Faktorny

Suka Melamun, Bengong? Masalah Psikologis Jadi Faktorny

Melamun, Bengong, Ilustrasi oleh Trương Hoàng Huy Ngân dari Pixabay----

JAMBI, JAMBIEKSPRES.CO.ID - Untuk suatu alasan Anda atau keluarga di rumah punya kebiasaan suka melamun atau bengong.

 

Dan yang kerap ditanyakan orang terkait kebiasaan melamun ini adalah indikasinya dengan masalah psikologis.

 

Menurut dr. Fadhilah Az Zahro, CIMI, orang yang punya kebiasaan melamun bisa dikaitkan dengan beberapa kondisi.

“(Contohnya seperti) depresi, gangguan kecemasan, gangguan kepribadian, perubahaan suasana hati, selain juga PTSD,” kata dr. Fadhilah seperti dikutip FIN dari Alodokter.

 

Pada gangguan kecemasan, lanjut dr. Fadhilah, hal ini bisa dibagi menjadi beberapa kategori, gangguan kecemasan umum, gangguan kecemasan sosial atau fobia sosial.

 

Pada gangguan kepribadian, ada beberapa kondisi seperti skizotipal, skizoid, paranoid, menghindar atau avoidant personality disorder.

 

Lalu bagaimana menentukan penyebab kebiasaan orang suka melamun.

 

Dr. Fadhilah mengatakan untuk yang satu ini, seseorang tidak bisa mendiagnosanya secara mandiri, karena membutuhkan pengamatan spesialis.

 

“Hanya profesional yaitu dokter spesialis Kejiwaan (Sp.KJ)/Psikiater yang dapat menentukan penyebab. Maka dari itu, diperlukan pemeriksaan pada kondisi fisik dan informasi terkait keluhan saat ini,” jelas dr. Fadhilah.

 

Melek Depresi

 

Psikolog Ratih Ibrahim, M.M. ajak masyarakat melek akan bahaya yang ditebarkan oleh kondisi bernama depresi.

 

Ratih Ibrahim menjelaskan bahwa depresi bukanlah sebuah kondisi yang bisa dipandang sebelah mata, karena kondisi ini berisiko memunculkan keinginan seseorang untuk bunuh diri.

 

“Saya mau mengajak kita semua untuk aware dengan apa sebetulnya depresi itu dan bagaimana kemudian sampai kepada bunuh diri,” kata Ratih Ibrahim dalam sebuah webinar, via ANTARA.

 

Hal tersebut disampaikan Ketua II Bidang Kemitraan Ikatan Psikolog Klinis (IPK) Indonesia itu, dalan diskusi bertajuk “Major Depressive Disorder with Suicidal Ideation” yang digelar secara virtual.

 

“Mungkin kalau dilihat secara umum, kita sering dengar kadang-kadang, ‘Aduh, mau mati saja, deh, bawaannya’. Terus kita pikir teman kita ini lebay banget. Padahal hati-hati, lho, itu adalah sebuah tanda yang perlu disikapi secara tidak sembarangan,” jelasnya.

 

Ia pun mengutip data milik WHO yang dikeluarkan tahun ini. Di situ disebutkan bahwa 1 dari 8 orang di seluruh mengalami gangguan mental. Kecemasan dan depresi menjadi gangguan mental yang paling umum. (fin)

 

Dari angka itu, Ratih Ibrahim menegaskan seberapa seriusnya penyakit yang masuk dalam kategori silent killer itu terhadap umat manusia.

 

“Dalam perjalanan saya sebagai seorang profesional kesehatan jiwa, saya menemukan memang betul-betul depresi ini nggak main-main,” ucapnya.

 

“Bila tidak ditangani secara serius memang akan masuk ke major depressive disorder (MDD) dan muncul keinginan untuk bunuh diri,” ujarnya. (fin)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: