Ini Dia Sosok Pembunuh Berantai Seorang Oknum Polisi Jambi yang Berdarah Dingin (1)

Ini Dia Sosok Pembunuh Berantai Seorang Oknum Polisi Jambi yang Berdarah Dingin  (1)

Oknum polisi Jambi pelaku pembunuhan beratai, Gribaldi Handayani--

JAMBI, JAMBIEKSPRES.CO.ID - Nama lengkapnya Iptu Gribaldi Handayani SH. Anda yang rajin membaca berita pada tahun 2005 pasti tak asing dengan nama Gribaldi sebagai pelaku pembunuh berantai sadis.

Jambi Ekspres termasuk media yang terus memberitakan Gribaldi sejak awal kasusnya terkuak. Gribaldi terakhir saat tersandung kasus bertugas di Polda Jambi, sebelumnya juga pernah bertugas di Polres Kerinci.

Gribaldi membuat heboh Jambi bahkan Indonesia. Kesadisan Gribaldi sebagai pembunuh berantai membuat banyak orang merinding. Gribaldi ketika itu dicap masyarakat Jambi sebagai pembunuh berantai berdarah dingin dan sadis.

Gelar itu disematkan setelah ia ketahuan membunuh tujuh nyawa secara berantai. Korbannya bukan lah orang lain tapi orang-orang yang telah dikenalnya dengan cukup baik.

Cara membunuhnya juga hampir sama, yaitu menembak semua korban dengan pistol dinasnya.

Dari catatan Jambi Ekspres, korban pertama si pembunuh berantai Gribaldi adalah Rusdi Hutahuruk yang berusia 44 tahun. Pembunuhan terhadap Rusdi dilakukan Gribaldi pada tahun 1999.

Rusdi adalah seorang sopir, ia dibunuh di Rokan Hilir Riau.

Di persidangan, Gribaldi beralasan membunuh Rusdi karena merasa sakit hati selalu diejek seperti orang tionghoa oleh Rusdi, kebetulan kulit Gribaldi memang putih bersih dan bermata sipit.

Aksi pembunuhan pertamanya itu dilakukan ketika korban sedang membuang air kecil. Ia menembakkan empat peluru kepada korban, dari belakang. Jenis pistol yang digunakan adalah revolver special 38.

Pembunuhan pertama Gribaldi ini tidak ketahuan. Gribaldi usai membunuh masih bebas beraktivitas seperti biasa, kembali ke Jambi dan masuk kerja di tempat tugasnya  wilayah Polda Jambi.

Pada 5 November 2000, si pembunuh berantai Gribaldi kembali menjalankan aksinya, ia menghabisi nyawa orang lain tanpa merasa berdosa.

Korban kedua Gribaldi ini adalah seorang mahasiswi bernama Yeni Farida warga Telanaipura yang berusia 27 tahun.

Korban dibunuh tersangka di Jalan Lintas Timur Kandis Kabupaten Siak-Riau. Meski mengaku membunuh Yeni namun mayat korban masih belum ditemukan, kata Gribaldi mayat Yeni dibuangnya di Air Molek Riau.

Terakhir diketahui bahwa Yeni adalah perempuan selingkuhan Gribaldi.  Menurut pengakuan Gribaldi pula, ia membunuh Yeni karena kesal Yeni selalu menuntut minta dinikahi. Pacar gelapnya itu dibunuh dalam kondisi hamil tiga bulan.

Pada tanggal 5 Juli 2002, Gribaldi kembali menjalankan aksinya. Kali ini yang dibunuh adalah seorang perempuan bernama Gusmarni. Gusmarni adalah warga Kota Jambi.

Cara pembunuhan yang dilakukan Gribaldi sama dengan pembunuhan sebelumnya yaitu menembak korban saat buang air kecil, kali ini dengan tujuh tembakan peluru.

Pembunuhan ketiga ini dilakukan Gribaldi di Bagan Baru Riau.

Alasan Gribaldi membunuh Gusmarni karena kesal korban menuntut uang santunan atas kematian suaminya yang meninggal kecelakaan kepada Gribaldi senilai Rp 15 Juta.

Ditagih terus menerus oleh Gusmarni membuat Gribaldi kesal lalu menghabisi nyawa perempuan malang ini.

Lagi-lagi, setelah melakukan pembunuhan, Gribaldi kembali beraktivitas seperti biasa, kembali menjalani hari layaknya orang normal karena tidak ketahuan.

Korban pembunuhan berantai Gribaldi berikutnya adalah seorang perempuan bernama Nurmarta Lily. Dari catatan Jambi Ekspres dari persidangan, Lily dihabisi Gribaldi pada Agustus 2003.

Lily adalah istri ketiga Gribaldi. Ia kesal karena perempuan berusia 33 tahun ini dianggapnya telah main serong, selingkuh dan jalan-jalan keluar dengan pria lain.

Gribaldi yang cemburu buta melakukan aksi pembunuhan di Pangkalan Kerinci Kabupaten Pelalawan, lagi-lagi di Provinsi Riau padahal ketika itu ia masih bertugas di Jambi.

Merasa beres, pembunuh berantai Gribaldi lalu kembali ke Jambi dan bekerja normal seperti biasa.

Tak cukup sampai di situ, Gribaldi pada April 2004 kembali melakukan aksi pembunuhan. Korbannya kali ini adalah seorang sopir bernama Mohamad Ali.

Mohamad Ali atau Mamad adalah rekan Gribaldi terkait dengan urusan rental mobil.

Gribaldi mengaku sempat ribut dengan Mamad lalu kemudian membuat rencana pembunuhan dan menembaknya dengan empat tembakan di kepala dan dada.

Masih di tahun yang sama, tahun 2004, Gribaldi lalu kembali melakukan pembunuhan berikutnya pada akhir tahun 2004 terhadap korban bernama Listy.

Status Listy dan Gribaldi tidak diketahui secara rinci, namun Gribaldi memiliki urusan pekerjaan dengan Listy. Ia menjanjikan pekerjaan untuk Listy.

Kemudian suatu hari Listy ditelpon Gribaldi untuk mengikuti pelatihan kerja dan akhirnya tak pernah kembali ke rumah. Terakhir diakui Gribaldi bahawa Listy telah ia bunuh.

Korban ketujuh kesadisan Gribaldi adalah Ngadimin. Gribaldi dan Ngadimin merupakan partner kerja.

Bisnis mereka urusan calo masuk bintara polisi. Ngadimin merupakan wartawan salah satu tabloid di Jambi.

Ngadimin bertugas memungut uang pelicin masuk polisi senilai Rp 50 juta dari para calon bintara.

Gribaldi membunuh Ngadimin karena merasa dikhianati. Korban juga dianggap terlalu banyak tahu urusan Gribaldi lalu merasa harus dilenyapkan.

Pembunuhan Listy dan Ngadimin lagi-lagi diakui Gribaldi dengan cara ditembak.

Khusus untuk pembunuhan Rusdi dan Mohamad Ali, selain karena kesal, Gribaldi juga memiliki motif lain yaitu ingin menguasai harta mereka.

Hal ini diketahui setelah ada barang bukti mobil Kijang milik Rusdi, Isuzu Panther milik Mamad yang dikuasai Gribaldi dan diganti nomor platnya.

Mobil mereka ini pula yang menjadi salah satu pembuka tabir kejahatan sadis Gribaldi. Bagaimana akhirnya pembunuh berantai Gribaldi ketahuan membunuh?. Ikuti berita selanjutnya hanya di Jambi Ekspres. (dpc)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: