Bagian 13: “What If…Gara Gara Mahen”

Bagian 13: “What If…Gara Gara Mahen”

Ari Hardianah Harahap--

“Kalo kamu luka itu bukan cinta, tapi siksa”

-Arya to Zona

>>>***<<<

Ini kencan kesekian Zona da Arya, masih sama, tidak ada bedanya seperti hari sebelumnya, masih sama ributnya, bahkan perdebatan yang mereka lakukan masih sama sia – sianya. Zona dengan kedramtisannya dan Arya yang tidak bisa menerima Zona apa adanya. Duan – Duanya sama mencintai, sama terjebak dengan perasaan hati, lalu alih – alih bersatu, mengapa keduanya memilih terjebak dirasa yang begitu ambigu, sebab perihal hati siapa yang tahu, katanya cinta, apalah Namanya cinta, jika hati hanya dipenuhi isi ragu – ragu. Mungkin begitulah gambaran perasaan Zona kini, ditemani lagu Seamin tak Seiman milik Mahen, penyanyi muda tanah air, Zona menangis hampir seharian, membuat Arya jengah ingin melempar Zona segera keluar dari mobilnya.


yamaha--

Arya mematikan radio mobilnya asal, ia putar dari channel apapun selain channel Zona dengan seribu satu playlist kegalaunnya, lebih baik mendengar berita Kominfo yang sedang panas dihuhat netizen dibanding bergaul ria dengan Zona yang tiada habisnya. “OM! Kenapa diganti sih? Orang lagi menghayati juga!” Kesal Zona, mencubiti lengan Arya.

Arya memutar bola matanya malas, “Kamu tu nggak ada hari tanpa galau ya? Saya tu capek habis kerja, dihibur kek apa kek, ini ditangisin. Jalan sama kamu tu kalo nggak emosi ya saya berasa di pemakaman?!” Kesal Arya.

“Jadi om merasa keberatan jalan sama saya?!” balas Zona dengan tatapan menyalang.

“Iyalah! Kamu kan beban, memangnya kamu pernah traktir saya?!”

“Lah om sendiri yang bilang, katanya kaya raya gini aja kok ngeluh, baru saya belum anak – anak kita nanti!”

“Memangnya yang mau berkelurga sama kamu siapa? Saya mah O to the gah. OGAH!” Sarkas Arya tanpa memfilter kalimatnya, Zona memerah menahan malu.

“Ya udah saya mau turun disini!” Kesal Zona, Arya tak segan untuk memberhentikan mobilnya, membiarkan Zona keluar dan pergi. Zona dan kebiasaanya, Arya menggelengkan kepala, ini bukan pertama kalinya Zona meminta turun ditengah jalan, saking terbiasanya bahkan Arya mampu memprediksi dengan tepat pada menit keberapa Zona akan berlari kembali memasuki mobilnya. Dan benar saja, tepat dua menit Zona kembali berlari memasuki mobilnya.

“Kenapa balik?!” Tanya Arya, “Saya nggak kuat dikejar jamet Jakarta om!” Batin Arya menebak jawaban Zona.

“Saya nggak kuat dikejar jamet Jakarta Om!” Jawab Zona, kan benar apa kata Arya. Arya hanya menggeleng pelan, perjalanan mereka berlanjut dengan hening, hingga Zona bertanya tentang bagaimana jika itu kita.

“Menurut om cinta beda agama itu gimana?” Tanya Zona, kali ini ia tidak menatap Arya, ia tatap kaca mobil sampingnya yang menampilkan lampu jalanan dan padatnya kota Jakarta bahkan di jam yang hampir menunjukkan tengah malam.

“ya nggak gimana – gimana, biarin aja, orang jatuh cinta nggak ada yang bisa ngatur, mau kamu nasehatin sampe mulut kamu berbuih juga sia sia aja.” Balas Arya.

“Gimana sakitnya nanti? Gimana mereka nanti?” Tanya Zona kembali. Arya menghembuskan nafas lelah, Zona, hati sentimental dan rasa penasarannya adalah perpaduan yang sangat melalahkan, hingga Zona lega akan gundah di hatinya, Arya tidak akan pernah berhenti mendengar pertanyan – pertanyaan dari Zona.

“Apa yang kamu harapkan dari dua orang yang nggak mungkin bersama? Jatuh cinta itu sakit, Namanya jatuh pasti ada sakitnya walau kamu merasa cinta itu hal paling bahagia. Cintai dia sepuas mungkin, sampai kamu lelah, setelahnya gimana kedepannya? Kita nggak pernah tau, yang menjalani cuma ada dua kemungkinan luka dan bahagia. Tapi kalo kamu pikir, luka menjadi satu – satunya yang nyata yang pasti bakal mereka hadapi. Karena kamu nggak pernah bisa merebut hamba-Nya dari sisi-Nya.”

“Kamu tau cinta beda agama itu hal paling sia – sia menurut saya, kenapa kamu harus cinta dengan hal sesulit itu. Walau banyak yang berhasil, menurut kamu salah satu diantara mereka yang meninggalkan tuhannya mampu mencintai tuhan mereka yang baru mereka kenal? Sama kayak manusia, saat pertama kali jatuh cinta kamu sakit kan? Setelahnya kamu takut untuk percaya, gimana mereka?” Arya mengakhiri kalimatnya.

“Kalo takdir?” Tanya Zona lagi.

“Semesta ngasih pilihan, diantara banyaknya pilihan bukan salah takdir kalo kamu memilih, manusia selalu punya akal untuk berpikir, dikasih hati biar mempertimbangkan, biar kamu nggak buta mana yang akan jadi luka mana yang benar cinta.” Ada jeda sesaat sebelum Arya melanjutkan perkataannya, “Lagipula cinta apa yang isinya hanya ragu berujung merana, itu Namanya siksa bukan cinta.”

“Kayak kita nggak sih om?” Zona melontarkan pertanyaan tiba – tiba yang membuat Arya bungkan dalam waktu yang sangat lama, “Bedanya kita bukan di agama, terjebak di Zona nyaman tanpa kejelasan juga sama sia – sianya, sama lukanya, sama kesiksa dan merananya.” Dan malam itu, hening menjadi satu – satunya peneman Zona dan Arya. (bersambung)

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: