Bagian 11: “Karena Lagu Dunia Tipu – Tipu”

Bagian 11: “Karena Lagu Dunia Tipu – Tipu”

Ary--

“Nggak apa kita terjebak di hubungan yang abu – abu, nanti ada masanya kita tahu warna apa sesungguhnya, mau itu suka atau duka, cuma ikhas kuncinya”

-Zona, Cinta bertepuk sebelah tangan itu sakit cuy!

>>>***<<<

Arya melemparkan kotak tisu dengan kasar kepada Zona, memutar bola matanya malas melihat penampilan Zona yang jauh dari kata rapi, sangat berantakan dan jelek. “Lap noh ingus lo, jijik tau!” Kesal Arya. Jika dipikir – pikir, Arya bersama Zona itu rasanya nano – nano, kadang ia harus berperan seolah ia adalah kekasi Zona, kadang ia hanya perlu menjadi sahabat dan teman Zona, atau ada waktu dimana ia kadang merasa menjadi Ayah untuk Zona, dan kadang Arya merasa menjadi hal yang tak pernah ia tahu, rasanya begitu nyaman namun tidak pernah bisa ia deskripsikan, jika itu bersama Zona, maka hal itu akan selalu ada.

Zona mengambil kotak tisu yang dilempar Arya, walau dahinya merah dan sakit saat ini. Biar bagaimanapun Zona terpaksa memaklumi sedongkol apapun hatinya, sebab ini Arya. Mustahil rasanya melihat Arya dapat berbuat baik dan lembut padanya, jika hari itu tiba nantinya, Zona yakin jika saat itu kiamat sudah sangat dekat dengannya. Arya dan romansa picisian dalam bayangannya sangat tidak cocok disandingkan, alih – alih tersanjung dan senang dengan scenario yang tersusun di kepalanya, Zona malah bergidik ngeri, sumpah, Zona tidak mau.

“Ngapain geleng – geleng, gila lo?” Tanya Arya sekali lagi, kali ini ia nikmati ketoprak berkuah kacang di pinggir jalan, lagi – lagi satu kebiasaan yang ada antara Arya dan Zona, pertengkaran mereka selalu dimulai saat jalan dan makan, seolah tanpa kata dan perdebatan yang panjang, makanan Zona dan Arya tidak akan pernah afdol, apalagi kencannya, jika kencan tidak baku hantam, maka bukan Zona dan Arya Namanya.

(For the first, mau bilang maaf dulu, soalnya outline ceritanya beneren amburadul. Aku beneren kehabisan ide, alur cerita yang aku tulis, nggak bisa aku temuin, jadi aku meutusin buat Zona dan Arya ini jadi kayak oneshoot gitu aja tiap ceritanya, inti ceritanya ada Arya dengan segala sifat tsunderenya dan Zona dengan bar – barnya, cuteness relationship banget nggak sih? Btw, makasih yang udah mau baca sejauh ini, semoga feelnya tetap dapat, adios!)

“Om tu bisa nggak sih baikan dikit sama aku?! Aku tuh lagi sedih!” Sewot Zona memasukkan sesendok ketoprak yang ia pesan, Arya mendengus malas, Zona sedih itu lucu rasanya, tidak masuk akal. Jikapun perempuan seperti Zona sedih, bukan tipe Zona sekali mellow berlama – lama, yang ada perempuan itu akan merecoki Arya seharian penuh, belanjalah, inilah, itulah, initinya, Zona sedih, domper dan tenaga Arya terkuras habis untuk membayarnya. Padahal diantara mereka tidak pernah ada hubungan, bukan pula siapa – siapa namun mengapa pedulinya begitu kentara satu sama lainnya.

“Liat muka gue? Ada apa disana?” Tanya Arya menunjuk wajahnya, Zona dengan ekspresi seriusnya menyianyati wajah Arya, “Ada ketampanan dan bau – bau rupiah!” Jawab Zona cengengesan dengan tampang watadosnya yang langsung didorong kuat oleh Arya hingga Zona yang tadinya duduk di bahu jalan jadi duduk di jalan.

“OM! Nggak punya hati banget. Entar saya tepos gimana?!” Kesal Zona.

“Body triplek nggak usah sok punya spik!” Balas Arya enteng, dengan batagor yang hampir habis ia kunyah di mulutnya, “Cewe matre lo, tapi ada benarnya sih gue itu tampan, muda, dan kaya raya. Masih bagus tuh mata, dua jempol buat lo!” Kekeh Arya senang, sedang Zona dengan tampang memberenggutnya.

Zona kembali membuka ponselnya, memutar lagu yang baru saja trending dan rilis, lagu dunia tipu – tipu milik yura yunita, Zona tidak pernah mengidolakan wanita tersebut, ia hanya penikmat sesaat lagu – lagu milik penyanyi perempuan tanah air itu. Dan saat ini, lagu yang baru dirilis tersebut mampu membuat Zona mengeluarkan air matanya dan menangis sesegukan di depan Arya. Lirik lagu itu benar – benar menggambarkan Arya di mata Zona, tidak peduli dunia Zona begitu gelap, selama Arya disisinya ia akan baik – baik saja, Arya bukan lampu yang paling mahal, atau benda yang dapat menyinarinya paling terang, bagi Zona Arya hanya lilin yang nantinya akan habis, namun disetiap ukir hari dan kisah mereka, Arya begitu berharga.

Siapa bilang Zona tak jatuh cinta? Siapa bilang Zona tak jatuh hati? Ada ribuan momen dimana Zona ingin berteriak lantang pada Arya, bahwa ia ingin dicintai kembali oleh Arya, selayaknya ia mencintai laki – laki yang harianya itu selalu saja tak terduga. Ada detik dimana, Zona hanya ingin menyimpan Arya untuk dirinya sendiri, memeluk laki – laki itu sesuka hatinya, Arya seringkali melontarkan kata kasar dan bertindak acuh padanya, namun laki – laki itu tidak pernah membiarkan ia berjalan sendirian. Dan karena itu, Zona sadar, Arya menjadi satu – satunya titik mengadu, menjadi satu – satunya penopang dan titik tumpunya.

“Kalo lo nangis lagi, gue lempar beneren nih ponsel loh! Kalo sedih ngapain lo denger sih itu lagu?!” Kesal Arya. Arya tidak suka Zonanya yang menangis, Arya lebih suka melihat perempuan itu menganggunya kemudia tertawa, lincah kesana kemari, dibanding hanya duduk berurai air mata, jika saja Zona tahu, Arya sama jatuh cintanya, mungkin Zona tidak akan menangis sehebat ini sebab takut ditinggalkan suatu hari nanti. Bagaimana Arya bisa pergi, jika Zona menjadi satu – satunya tempat ia melepas letih dan gundah, tempat ia berkaram untuk waktu yang lama.

“Om nggak akan ngerti, om mah lagunya cuma goyang dombret aja! Hiks!” Kesal Zona, memukul lengan Arya pelan. Arya berdecak, “lah iyalah itu lagu buat riang, bukan sedih, ngapain nangis denger lagu seasyik itu!” Balas Arya tak mau kalah. Putaran lagu di ponsel Zona berhenti, hening melanda sesat diantara mereka, hanya isakan kecil dari Zona yang terdenger, seolah dipaksa berhenti oleh sang empu, namun Namanya rasa kadang tidak selalu bisa dikendalikan, bukannya berhenti, tangisnya semakin kencang.

“Hati sialan! Arya nggak akan ninggalin lo, kalo lo bertahan tanpa melewati batas!” Batin Zona, menekan perasaanya. Tertunduk dalam, membiar Arya sendirian menunggu tangisnya reda.

Arya merangkul Zona, “Jangan baper lo! Gue lagi kedinginan aja!” Arya menyaut tiba – tiba yang mengundang tawa Zona pelan. Tidak apa ap ajika mereka terus terjebak di Zona abu – abu, selama Arya ada, maka Zona dan dunianya akan aman – aman saja. Tak apa jika cintanya pada Arya tak pernah sampai, selama Arya di sisinya, maka dunia Zona akan baik – baik saja. Zona hanya butuh Arya.

“Om,” Panggil Zona pelan masih di pelukan Arya, tangisnya mereda sedikit.

“Hmm?” Balas Arya seadanya.

“Saya nangis bukan karena sedih dengerin lagu itu lagi, tapi ketoprak saya kepedasan!” Balas Zona yang langsung membuat Arya berdiri dan mendorong Zona dari peluknya. Wajah Arya memerah, menahan malu, Zona tertawa puas, Arya tidak boleh tahu sisinya yang lain, Arya hanya boleh tau Zona, bukan seorang Mandala Naim.

“Bajingan!” Umpat Arya, meninggalkan Zona dengan tawa kerasanya. (bersambung)

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: