>

Bagian 7: “Malam Ini Tidur yang Nyenyak”

Bagian 7: “Malam Ini Tidur yang Nyenyak”

Ary--

“Jangan tinggalin saya sendirian.”

“Memangnya kamu pernah melihat saya melangkah lebih dulu dari kamu?”

>>>***<<<

Dipertemukan dengan Bagas Kalinadra ditengah malam saat ia terjebak dengan perempuan seperti Zona tidak pernah terlintas di benak Arya, terutama saat tatapan tajam calon suami mantan kekasihya itu dilayangkan sesuka hati padanya, atau pada…Zona yang kini tengah bersembunyi di belakangnya.

“Cil, ngapain ngumpet, maju sana!” Kesal Arya, sebab Zona benar – benar meringkuk bersembunyi di belakangnya sejak Bagas dan mereka berdua tak sengaja berpapasan. Arya tidak pernah ingin mencari masalah dengan siapapun, ia hanya ingin hidup dengan tenang, menghadiri pernikahan mantan kekasihnya yang merangkap sebagai sahabat baiknya, kembali ke Jakarta kemudian hidup bahagia bersama Mama dan adiknya, persetan dengan wanita, Arya lelah.

“Zona ayo pulang,” Pembahasan dan negoisasi yang sama sejak setengah jam lalu, Bagas yang membujuk Zona untuk pulang bersamanya, dan Zona yang terus menjadikannya tameng untuk berlindung, jika begini Arya rasanya sudah lebih pro dibanding raisa, serba salah. Maju salah, mundur juga salah, sekarang ia lebih pro dibanding syahrini. Kurang rambut mahoks nan kece badainya saja.

“Zona pulang sama om kan?” Tanya Zona menatap Arya dengan puppy eyesnya. Arya bergidik, “Ingat pilihannya cuma dua kalo pulang sama gue, panti asuhan atau kolong jembatan.” Tidak ada lagi kesan formal yang Arya gunakan, Arya menjadi dirinya layaknya biasa. Zona menatap Arya dengan tatapan penuh permusuhan namun tangan dan tubuhnya masih erat mencengkram kameja Arya dan bersembunyi di balik tubuh Arya.

“Abang pulang aja duluan, Zona sama om ini.” Ujar Zona tiba - tiba, niatnya tidak ingin pulang benar – benar keras. Arya menggeleng, “Lo kalo mau pulang sama gue, gue jual ke mucikari ntar.” Bisik Arya yang masih dapat didengar Bagas. Arya dapat merasakan death glare dari tatapan Bagas, namun jika tidak membuat emosi, bukan Arya namanya.

“Canda abang!” Ujar Arya menujukkan simbol peace di tangannya dengan senyum pepsodent miliknya. “Lo suadara bocah tengil ini?” Tanya Arya, sekarang Arya menarika Zona untuk berdiri di sampingnya dengan posisi sigap yang benar. Zona merengut, namun tetap menuruti Arya.

“Sepupunya,” Jelas Bagas yang diangguki oleh Arya, “Lo mau pulang?” Tanya Arya pada Zona yang langsung dibalas Zona dengan gelengan cepat, awalnya Arya tidak ingin membantu Zona, membiarkan Bagas menyeret perempuan itu untuk pulang ke rumah. Tapi, saat cengkraman Zona di kamejanya semakin erat dan gestur ketakukan yang diberikan oleh Zona melalui respon tubuhnya yang gemetar, Arya tahu tidak baik untuk Zona pulang malam ini. Belum lagi, saat sekilas Arya dapat melihat lebam kebiruan di lengan Zona saat pakaiannya tersingkap. Raut wajah yang terlalu cemas itu, sedikit meluluhkan hati Arya, setidaknya apapun yang dilalui bocah tengil itu, ia tidak akan melaluinya malam ini.

“Lo harus balikin polaroid gua nanti!” Bisik Arya yang diangguki Zona dengan cepat.

“Malam ini dia pulang sama gue,” Ujar Arya pada Bagas, yang langsung dibalas Bagas dengan tatapan tidak setuju.

Arya berdecih, “Lo tahu gue nggak suka berurusan Panjang dengan orang yang nggak pernah ada di hidup gue,” Ujar Arya, memutar bola matanya malas kemudia melirik Zona, “Untuk apapun itu, apa lo bakal yakin kalo dia pulang, dia bakal aman, setidaknya lo harus bisa mastiin nih bocah tengik bisa tidur nyenyak!” Lanjut Arya, meninggalkan Zona dan Bagas begitu saja.

Bagas terdiam, “Lo nggak bisa,” Ujar Arya, menarik lengan Zona untuk meninggalkan Bagas sendirian. (bersambung)

 

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: