Sosok Habizar, Dari TKI di Negeri Jiran, Kini Jadi Dosen
Habizar--
Dengan perasaan bahagia ia berangkat kembali ke Malaysia, kali ini bukan sebagai pelancong melainkan sebagai seorang pelajar. Di Malaysia, Habizar disambut dengan penuh semangat oleh kedua orang tuanya. Namun sebagai anak, terkadang ia merasa kasihan juga kepada orang tuanya.
"Dengan kuliah di sana berarti akan menambah beban mereka. Karena memang Saya datang untuk belajar ke Malayisa bukan dengan beasiswa, sebagaimana mahasiswa umumnya. Saya datang dengan modal nekat saja mengandalkan orang tua yang bekerja sebagai TKI di sana," imbuhnya.
Kendati demikian, Ia pun tidak mau membebani orang tuanya terlalu berat. Ia merasa kasihan melihat orang tuanya yang bekerja sebagai ceaning service di sana. Ahkirnya ia memutuskan untuk ikut bekerja selama cuti semester.
"Ingin membayar uang SPP matakuliah yang akan diulangi itu dengan uang hasil keringatnya sendiri," katanya.
Sebagaimana banyak orang sekampungnya di Malaysia, Habizar bekerja pada cleaning service di kampus nya sendiri (UM). Tak Cuma di musim cuti, ketertarikannya untuk kuliah sambil bekerja pun terus ia lakukan.
Ketika berangkat ke kampus Habizar membawa dua stel pakaian: seragam cleaning service dan pakaian biasa. Selesai bekerja dia mengganti seragam dengan baju biasa untuk mengikuti perkuliahan.
"Saya juga pernah bekerja sebagai tukang kebun (gardener) dan juga petugas fotocopy," ungkapnya.
Pendek cerita, kerja keras Habizar akhirnya membuahkan hasil. Karena pada tahun 2016 ia berhasil menamatkan pendidikan S2 nya di Malaysia. Ia kembali ke Indonesia bersama kedua orang tuanya dan bekerja sebagai dosen luar biasa (DLB) di IAIN Kerinci, Almameternya.
"Alhamdulillah tahun 2017 ia berhasil lulus dalam seleksi CPNS dosen bahasa di Universitas Jambi," tukasnya. (*)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: