Lulusan 8 Kampus Terbaik Asia ini Dapat Visa Khusus Jika Ingin Kerja di Inggris, Indonesia Tidak Termasuk

Lulusan 8 Kampus Terbaik Asia ini Dapat Visa Khusus Jika Ingin Kerja di Inggris, Indonesia Tidak Termasuk

A team of researchers led by NTU-www.ntu.edu.sg-

INGGRIS, JAMBIEKSPRES.CO.ID- Pemerintah Inggris Senin 30 Mei 2022 kemarin mulai memberlakukan kebijakan khusus untuk lulusan kampus terbaik yang ingin berkarir di Inggris.

Kebijakan ini yaitu memberi visa khusus bagi mereka yang dianggap potensial karena lulus dari 50 kampus terbaik dunia. Sayangnya, lulusan kampus di Indonesia tidak termasuk diantaranya.

Acuan peringkat yang digunakan yakni Times Higher Education World University Rangkings, Quacquarelli Symonds World University Rangkings, dan Academic Ranking of World Universities.

Hanya delapan universitas di Asia yang masuk daftar, yakni

Hong Kong:

Universitas Tiongkok Hong Kong (CUHK) & Universitas Hong Kong

Jepang:

Universitas Kyoto & Universitas Tokyo

Singapura:

Universitas Teknologi Nanyang (NTU) & Universitas Nasional Singapura

China:

Universitas Peking & Universitas Tsinghua

 

Mereka yang beruntung ini, tidak perlu mendapatkan penawaran pekerjaan di Inggris lebih dulu untuk bisa mengajukan permohonan. Pelamar yang berhasil dan memiliki gelar sarjana atau master akan mendapat visa kerja berdurasi dua tahun, sedangkan untuk yang bergelar doktor akan mendapat visa berdurasi tiga tahun.

Selanjutnya, mereka berpeluang mendapatkan visa kerja jangka panjang lainnya apabila memenuhi syarat tertentu. Tidak ada batasan kuota untuk lulusan yang memenuhi syarat.

Tidak masuknya kampus lain yang berhak mendapat visa khusus ini, dikritisi oleh sejumlah akademisi, mereka menyatakan kecewa dengan tidak masuknya universitas dari Asia Selatan, Amerika Latin, atau Afrika. Mereka menyebut pendekatan itu sangat tidak adil.

"Maka Inggris perlu mengenali dan menyertakan beragam keterampilan dan wawasan dari lulusan universitas di negara-negara berkembang," kata direktur dan peneliti utama di Universitas Cape Town, Christopher Trisos seperti dikutip dari BBC. (dpc)

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: