Terburuk Sepanjang Sejarah

Terburuk Sepanjang Sejarah

 Jambi Gagal Total di PON XVIII

Laporan langsung Indrawan S dan M Ridwan dari Riau

PEKANBARU - Prestasi olahraga Jambi di titik terendah sepanjang sejarah keikutsertaan Jambi di PON. Target mempertahankan raihan di PON Kaltim tak terpenuhi.  Hingga berita ini diturunkan, Jambi hanya sanggup mengoleksi 3 emas, 8 perak dan 20  perunggu. Jambi pun bercokol di peringkat 24 dari 33 provinsi peserta PON XVIII/2012. Sangat jauh dari raihan di Kaltim 2008 lalu dengan duduk di posisi ke-15.
\"Butuh keseriusan semua pihak untuk bisa mengembalikan kejayaan olahraga Jambi,\" kata wakil Sekretaris Kontingen Jambi, Ronald, kemarin.
Dia menambahkan,   masa persiapan yang sangat mepet menjadi penyebab kegagalan ini. Ronald mengatakan tidak perlu mencari siapa yang salah.  \"Kami sudah berbuat maksimal. Sekuat tenaga kami bekerja mempersiapkan even ini,\"tuturnya. Namun karena memang dana dan waktu yang tersedia sangat sedikit, tidak banyak pula yang bisa dilakukan.
Dia mencontohkan ketika tim monitoring dan evaluasi datang ke cabor. Di sana KONI hanya bisa mendengar keluhan atlet tanpa bisa berbuat apa-apa. \"Kami tidak bisa berbuat banyak,\" tandasnya.
Apalagi, imbuhnya, pelatda juga dilakukan sangat singkat. \"Baru bulan April 2012, kami memulai pelatda. Bandingkan dengan daerah lain yang pelatdanya bertahun-tahun,\"ungkapnya.
Ketua Pengprov Persatuan Renang Seluruh Indonesia (PRSI) Jambi, Yopi Muthalib, mengatakan koordinasi cabor dan KONI harus ditingkatkan. Tanpa itu, mustahil bisa menjalin komunikasi dengan atlet. \"Selama ini sedikit sekali forum untuk mengetahui kendala di cabor,\"tambahnya.
Untuk itu, katanya, menghadapi PON XIX/2016 nanti, sudah sejak dini program harus dijalankan. \"Kalau ingin cepat tidak mungkin. Tidak ada yang cepat,\"tukasnya.
Sementara itu pengamat olahraga, Asnawi Nasution, mengatakan kegagalan Jambi di PON kali ini karena memang sejak awal, di kepengurusan sebelumnya juga bermasalah. \"Bisa dibilang ini warisan kepengurusan lama,\"katanya.
Lebih jauh ia mengatakan sudah saatnya saat ini Jambi kembali ke tahun 1981. Saat itu, ujar mantan ketua harian PB Persani ini, ada skala prioritas yang ditetapkan.
Waktu itu keinginan daerah mengangkat nama Jambi di tingkat nasional begitu kuat. Maka dari itu ajang PON digunakan. Berikutnya KONI langsung bergerak dan menentukan skala prioritas olahraga.
Jadi, sambungnya, dari awal sudah diwacanakan olahraga perorangan dan terukur yang diprioritaskan. Pilihan jatuh ke renang. Hanya butuh waktu 2 tahun, nama Jambi pun berkibar di pentas olahraga nasional. \"Ini yang harus dipikirkan pengurus dari sekarang,\"ujarnya.
Untuk cabang tak terukur seperti bela diri dan lainnya, perlu perhatian pada wasit juri. Keberadaan wasit juri dari Jambi di ajang PON sangat terasa. Sebab mereka memberi penilaian subjektif. \"Ini harus juga jadi perhatian,\"sergahnya.
Tak kalah penting adalah pelatih. Pelatih bersertifikat nasional hingga internasional harus dimiliki. Bukan sekadar untuk gagah-gagahan, tapi dengan pelatih bersertifikat, tentu ilmu juga lebih. 
Regenerasi atlet juga harus jadi perhatian. Sudah saatnya kini KONI menggandeng Dinas Pendidikan dan Dispora untuk berbicara bersama membahas itu. \"Sumber bibit atlet ada di dinas pendidikan dan Dispora. Baru setelah si atlet menunjukkan prestasi, KONI yang membina,\"jelasnya.
Ia menekankan bahwa kerja sama antarinstansi itu harus dipererat. Dengan demikian beban biaya pembinaan juga terbagi. \"Jangan tahu-tahu semua ditanggung KONI. Ya, berat,\"sergahnya.
Kepengurusan di tingkat cabor juga harus dipikirkan. \"Ketua cabor harus kaya. Kalau miskin dan tidak mau keluar duit, tidak usah pimpin cabor,\" tegasnya. Untuk bisa mengembalikan kejayaan olahraga, Jambi butuh 3 kali PON atau 12 tahun. \"Itu kalau memang mau membina dari dini,\"sambungnya.

(tya)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: