Pilpres 2014 Pertarungan figuran

Pilpres 2014 Pertarungan figuran

JAKARTA–Politik kefiguran diprediksi bakal marak terjadi di Pilpres 2014. Parpol yang hanya mengandalkan mesin politik dan tetap mempertahankan tokoh-tokoh tuanya akan mudah ditinggalkan oleh pemilih. Rakyat mulai merindukan figur alternatif yang lebih membumi. “Pergeseran cara berpikir rakyat saat ini sudah semakin terasa. Mereka tahu siapa calon yang lebih membumi dan elitis. Mereka juga bisa merasakan mana yang tulus turun ke bawah dan mana yang pencitraan. Figur-figur lama yang akan maju pada 2014 pasti akan ditinggalkan karena rakyat butuh figur alternatif,” papar Sekretaris Majelis Nasional Partai NasDem Jeffrie Geovanie kepada wartawan, kemarin (28/9).

Jeffrie mengatakan, fenomena kemenangan Jokowi-Basuki dalam Pilkada DKI Jakarta memunculkan tren pilihan kefiguran, bukan politik aliran. Buktinya, Jokowi-Basuki hanya didukung dua partai sementara Foke-Nachrowi didukung tujuh partai. “Dari situ, publik lebih memilih figur yang sederhana, merakyat, dan jujur. Fenomena inilah

nanti yang akan berlaku juga pada pileg dan Pilpres 2014,” ujarnya. Menurutnya, kekuatan figur jelas mengalahkan kekuatan politik uang. Bahkan kekuatan uang sangat sedikit mempengaruhi elektabilitas. “Kegagalan partai-partai membaca tren soal figur ini bukan tidak mungkin akan membuat mereka gagal di pemilu, terutama pemilu presiden,” terangnya.

Rakyat, menurut Jeffrie sudah cukup dewasa untuk tidak terbawa arus upaya- upaya yang merusak demokrasi. Bahkan penggunaan agama dalam kampanye yang melibatkan tokoh-tokoh terkemuka pun tidak mempengaruhi pilihan politik warga. “Terpilihnya Jokowi-Ahok membuktikan kandasnya politik aliran dan agama sebagai komoditas politiknya,” ujarnya.

Menurutnya, kedewasaan rakyat dalam demokrasi ini harus secara arif dan rasional dicermati oleh partai politik. Faktanya, rakyat mempunyai pilihan sendiri. Karenanya, saatnya partai politik mempersiapkan kader inovatis yang bisa menjadi figur alternatif memenangkan Pilpres 2014. “Kedewasaan rakyat dalam berdemokrasi menjadi kabar baik bagi parpol karena bisa menjadi proses pembelajaran agar lebih cermat lagi dalam memilih figur. Rakyat lebih cenderung memilih suatu yang asli dan otentik ketimbang popularitas,” tegasnya.

Figur yang laku di masyarakat biasanya karena ide-ide kreatifnya, bukan karena proses mobilisasi isu dimana ada transaksi keuangan di baliknya. “Karena itu, partai-partai yang cenderung apriori terhadap perubahan seyogianya melihat bahwa tren ini nyata adanya, dan tidak dapat dibendung walau dengan menjalin kerjasama antar elite dan antar parpol,” tegasnya.

Sementara itu, pengamat politik Universitas Muhammadiah Jakarta (UMJ) Usni Hasanuddin berpendapat, agar muncul capres alternatif, hendaknya parpol membuka ruang hadirnya pemimpin alternatif dalam Pilpres 2014 mendatang. “Bangsa ini membutuhkan energi. Kalau (pemimpinnya, Red) sudah tua ya ngos-ngosan. Seharusnya, partai politik memberi lampu hijau kepada figur-figur alternatif. Karena itu, partai harus berani membuka ruang bagi figur independen yang terbukti sudah memiliki kemampuan memimpin,” ujar Usni.

Usni mengatakan, bila parpol tetap ingin memunculkan figur lama, maka bukan tidak mungkin akan dihukum masyarakat. “Tokoh-tokoh yang sudah gagal di pilpres sebelumnya harusnya sadar diri. Kalau sudah mencalonkan dan tidak laku, sebaiknya bercermin, bukan berprinsip kalau tidak sekarang kapan lagi,” katanya. Kategori capres alternatif, katanya, adalah belum pernah mencalonkan diri, bukan ketua umum partai dan masih memiliki energi yang cukup. Selain itu, calon alternatif juga adalah

calon yang berasal dari luar arus utama (mainstream). Calon alternatif ini tidak termasuk dalam kekuatan-kekuatan politik lama yang sudah mapan.

Sebelumnya, Sekjen PPP, M Romahurmuziy menyebutkan kepada wartawan bahwa, kuda hitamnya bisa dari golongan politisi generasi berikutnya seperti

Hatta Rajasa, Suryadharma Ali, Muhaimin Iskandar, atau dari kalangan yang dinilai relatif netral seperti Mahfud MD, Khofifah, Dahlan Iskan atau Anis Baswedan.

Disebutkannya, meski masih sekitar dua tahun lagi, Pemilihan Umum Presiden (Pilpres) 2014 diprediksi akan dipenuhi calon presiden (Capres) yang sudah pernah maju. Prediksi lainnya masih ada sejumlah tokoh yang bakal jadi kuda hitam.

 (dms)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: