Produktivitas Karet Masih Rendah

Produktivitas Karet Masih Rendah

MESKI harga mulai naik, kondisi petani karet tetap memprihatikan. Produktivitas karet-karet mereka masih rendah. Musaidi, salah seorang petani karet Jambi mengatakan, dirinya sangat lega sekali terhadap kenaikan harga karet saat ini. Meskipun, kenaikan itu juga belum menambah pendapatan mereka.

\'Hasil produksi getah  saat ini belum normal, itu disebabkan masuknya musim gugur, sehingga berpengaruh kepada getah yang dihasilkan,\' tuturnya.

Seperti diketahui, harga karet di Provinsi Jambi saat ini mencapai Rp 12 ribu. Sebelumnya, harga karet yang dijual oleh petani kepada toke karet hanya berkisar Rp 8 ribu rupiah.

                Kabid Perdagangan Dalam Negeri, Pilda Deviani membenarkan adanya kenaikan harga karet itu. “Kemarin, karet memang sempat turun. Dalam beberapa hari ini memang naik,” tandasnya, saat di temui harian ini, dikantornya, kemarin.

                Naiknya harga karet itu, menurut dia, dikarenakan China telah melepas stoknya, sehingga, stok yang ada di China, sudah mulai habis. Selain itu, amerika juga mengakui bahwa, angka pengangguran mereka sudah mulai berkurang. Berarti, di Eropa sudah tidak krisis lagi.

                                Untuk meningkatkan pendapatan para petani, dikatakan Pilda, Disperindag, Dinas Perkebunan dan Universitas Jambi, selalu mensosialisasikan kepada petani agar selalu menggunakan pembeku yang ramah lingkungan (Deurub, red). “Petani tidak usah menggunakan cuka 61 atau cuka gentong lagi,” ujarnya. Apabila petani masih menggunakan, nilai getah petani jadi rendah.

Gabungan Perusahaan Karet Indonesia, Hatta mengatakan, naiknya harga karet saat ini, dikarenakan adanya Kesepakatan tiga negara anggota The International Tripartite Rubber Council (ITRC) yang merupakan penghasil karet alam terbesar, Indonesia, Malaysia, dan Thailand untuk membatasi produksinya.

“Indonesia hanya exspor 300 ribu ton dalam tiga bulan,” ujarnya.

Selain itu, krisis di eropa juga mulai membaik. “Yang  adanya pembatasan ekspor,” tandasnya.

Pengamat perkebunan, Prof Zulkifli Alamsyah menyampaikan, untuk meningkatkan produktivitas karet salah satu caranya adalah dengan melakukan replanting. Jika kendala musim lanjutnya, itu adalah temporer.

\'Saya kira replanting itulah yang penting dilakukan,\' tegasnya.

Dari Sarolangun dilaporkan, harga karet di wilayah Sarolangun mulai mengalami kenaikan.  Saukani salah satu toke karet di Sarolangun menyatakan, beban masyarakat saat ini sudah sedikit berkurang. Sebab harga karet yang selama ini sangat melorot sekarang sudah menunjukkan adanya kenaikan.

Parman, salah seorang petani di Kabupaten Tanjab Timur bisa kembali tersenyum. Pasalnya harga jual karet mengalami kenaikan. Menurutnya sudah sejak hari raya Idul Fitri yang lalu harga jual karet mulai merangkak naik. \"Ya bisa tersenyum dikitlah, karena karet mengalami kenaikan,\" katanya kemarin (09/10).

Menurutnya harga karet saat ini Rp 8500 per kilo. Padahal sebelum lebaran harga karet sempat anjlok hingga Rp 6000 per kilo. \"Padahal dulu kalau harga karet naik bisa tembus sampai Rp 15000. Tapi sekarang naiknya sedikit demi sedikit,\" jelasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: