Mabes Pantau Bom Mobil Poso
JAKARTA---Tim Detasemen Khusus 88 Mabes Polri bersiaga penuh terkait ledakan bom mobil di Poso, Sulawesi Tengah tadi malam. Aksi diduga dilakukan oleh kelompok teroris yang memang masih mempunyai basis kekuatan di Poso. \"Kita monitor secara seksama perkembangannya,\" ujar Kepala Biro Penerangan Mabes Polri Brigjen Boy Rafli Amar tadi malam.
Mantan anggota Satgas Bom Polri itu menyebut, bom yang terjadi di Poso diduga kuat dirakit oleh kelompok profesional. \"Dari laporan yang masuk, itu termasuk rakitan yang sangat berbahaya karena sangat kuat. Radius ledakan juga jauh,\" kata Boy.
Kelompok yang masih berada di Poso diduga terkait dengan jaringan Tambora \" Depok \" Solo yang memang sedang dibongkar Densus 88. Salah satu tersangka yang ditangkap pekan lalu bernama Wendy juga bersembunyi di Poso sebelum akhirnya berhasil dibekuk.
\"Memang masih terlalu dini datanya, tapi dari analisa awal sangat mungkin terkait,\" katanya. Bom itu meledak di bawah sebuah mobil namun tidak ada korban jiwa.
Senin lalu, Densus 88 juga menangkap seorang pelaku terorisme bernama Imron di Balaroa, Palu, Sulawesi Tengah. Pria kelahiran 1986 itu diduga berperan sebagai kurir kelompok Santoso. Ia mencari dan membeli senjata untuk kelompok tersebut. Imron juga diduga fasilitator latihan militer di Poso.
Selain itu, Imron diduga pernah belajar merakit bom di kelompoknya di Solo, Jawa Tengah, dan kelompok Thorik yang terlibat ledakan di Beji, Depok, Jawa Barat. Imron juga disebut berulang kali merampok untuk mendanai aksi teror di Sulawesi Tengah. Dalam aksinya, ia menggunakan senjata revolver.
Santoso masuk dalam daftar pencarian orang (DPO). Dia diduga terlibat dalam sejumlah aksi teror, termasuk penembakan tiga anggota Polri di BCA Palu pada 25 Mei 2011. Ia juga dinyatakan terlibat pelatihan militer di Poso.
Selain Imron, polisi menangkap terduga teroris bernama Sofyan alias Acong di Jalan Pulo Mangga, Kelurahan Grogol, Kecamatan Limo, Depok. Ia dinyatakan terlibat bom Beji sebagai bagian dari kelompok Thorik.
Warga sekitar rumah Sofyan menilai pria yang akrab dipanggil Pak Fian itu sebagai pribadi yang tertutup. \"Sering banyak tamu ke rumahnya, tapi malam hari,\" kata Indra, sekretaris rukun wilayah di lokasi penangkapan kemarin.
Sofyan tinggal di lingkungan itu sejak dua tahun lalu. Dia mengaku berasal dari Jawa Tengah. \"Tidak pernah terlalu dalam kalau bicara , seperlunya saja,\" katanya. Sofyan juga sering meninggalkan rumah selama berhari-hari. \"Seringnya keluar malam hari, pulang juga malam hari. Kalau siang rumahnya tertutup,\" ujarnya.
(rdl)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: