Skandal Korupsi, Pemilih Demokrat Lari

Skandal Korupsi,  Pemilih Demokrat Lari

JAKARTA - Partai Demokrat sebagai partai peraih suara terbesar pada Pemilu 2009 masih terpuruk. Hingga sekitar 1,5 tahun jelang Pemilu 2014, dukungan terhadap partai yang kelahirannya dibidani Susilo Bambang Yudhoyono itu belum bisa rebound seperti perolehan pada pemilu terakhir.

                Hasil survei Saiful Mujani Research and Consultant (SMRC) terakhir menempatkan Demokrat sebagai partai yang paling banyak memiliki swing voters. Pemilih 2009 yang menyatakan tidak atau belum menentukan kembali memilih Demokrat mencapai sebanyak 66,4 persen. Hanya, sekitar 33,6 persen saja yang sudah menyatakan akan kembali memilih.

       \"Sumber utama swing voter Demokrat adalah skandal korupsi yang menimpa sejumlah kader utamanya,\" kata CEO SMRC Grace Natali, saat melansir hasil riset lembaganya, di Hotel Grand Hyatt, Jakarta, kemarin (14/10).

       Dia lantas menunjukkan, hasil lainnya yang juga sempat dipotret dalam survei. Yaitu, bahwa ada sebanyak 52 persen pemilih Demokrat pada 2009 yang yakin ada oknum kader Demokrat melakukan korupsi. Dan, hanya 34 persen yang menyatakan tidak yakin. Sisanya, 14 persen menyatakan tidak tahu.

       Lebih lanjut, Grace mengungkap, tingginya desakan pemilih Demokrat 2009 agar oknum petinggi Demokrat mengundurkan diri atau menonaktofkan diri. Angkanya mencapai hingga 72,4 persen. Hanya sebanyak 26,7 persen yang menyatakan tidak perlu, sisanya 0,9 persen menyatakan tidak tahu. 

       \"Alasan penurunan (suara Demokrat) sudah kami buktikan, nampaknya memang bukan karena kinerja pemerintah, dalam hal ini presiden,\" imbuh Grace. Sebab, hasil survei lembaganya mengungkap ternyata kepuasan atas kinerja Presiden SBY yang juga merupakan ketua Dewan Pembina Demokrat masih di atas angka kritis 50 persen. Tepatnya, 54 persen yang masih menyatakan puas.    

       Secara umum, survei SMRC masih menempatkan Partai Golkar di posisi puncak partai pemilik dukungan terbesar jika pemilu dilaksanakan sekarang. Lewat model pertanyaan top of mind (pilihan spontan) yang menunjukkan pilihan sangat kuat, Golkar unggul dengan 14 persen.

       Di peringkat kedua menyusul PDIP dengan 9 persen. Baru kemudian, Demokrat dengan 8 persen. Kemudian berturut-turut, Nasdem (4 persen), Gerindra (3 persen), PKS (3 persen), PKB (3 persen), PPP (3 persen), PAN (2 persen), Hanura (0,5 persen), dan lainnya (0,5 persen).

       Survei yang dilaksanakan pada 5-16 September 2012 tersebut menggunakan 1.219 sampel. Mereka dipilih dari populasi seluruh warga negara Indonesia yang punya hak pilih. Diperkirakan margin of error mencapai sebesar plus minus 3 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen. 

       Di tempat yang sama, anggota Dewan Pembina Partai Demokrat Hayono Isman menyatakan bisa memahami hasil survei SMRC terakhir tersebut. \"Sejak partai kami berdiri pada 2001, sekarang ini memang masa dengan cobaan terberat setelah susah payah partai berangkat dan berjuang dari bawah,\" kata Hayono, menanggapi hasil survei.

       Menurut dia, masa saat ini menjadi masa terberat juga karena hantaman yang harus dihadapi partai adalah isu korupsi. Sebuah isu yang bertolak belakang dengan pilihan ikon partai. Yaitu, partai bersih dan mengatakan tidak pada korupsi. \"Ya ini memang ironis, tapi tidak membuat kami pesimis,\" kata mantan menteri pemuda dan olahraga itu.

       Pada kesempatan itu, dia juga menyampaikan harapan kalau SBY sebagai simbol utama partai bisa melakukan upaya-upaya menaikkan lagi citra partai yang sudah terpuruk. \"Kami berharap Presiden SBY turun tangan menyelesaikan,\" tandasnya.

       Menurut dia, SBY perlu turun langsung karena upaya kader-kader partai seperti dirinya yang aktif turun membangun jaringan ke bawah ternyata terbukti belum cukup mendongkrak suara partai. \"Masih kalah dengan derasnya pemberitaan media, karenanya kami mohon doanya juga agar dapat melakukan bedah rumah kami dengan baik,\" tandasnya.

       Dia kemudian mengungkapkan, bahwa situasi terakhir yang dihadapi partainya belakangan ini juga berimbas pada figure capres dari kader internal. Menurut dia, saat ini, harapan partai hanya tinggal bertumpu pada sosok ibu negara Ani Yudhoyono. Itupun, SBY sebagai suami sudah pernah menyatakan kalau keputusan keluarga yang bersangkutan sebagaimana dirinya tidak akan maju pada 2014.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: