Dahlan Iskan dan Jokowi, Marketer Sekaligus Leader

Dahlan Iskan dan Jokowi,  Marketer Sekaligus Leader

Oleh Hermawan Kartajaya (91)

Tiap akhir tahun, MarkPlus Inc selalu menyelenggarakan The MarkPlus Conference yang dihadiri ribuan manajer dan pimpinan berbagai perusahaan di seluruh Indonesia serta beberapa negara tetangga. Sesi terpentingnya adalah Marketing Outlook untuk melihat gambaran pada tahun berikutnya, selain pemberian penghargaan Marketer of The Year untuk tahun berjalan.

 Dalam acara 2010 yang diselenggarakan pada 16 Desember 2010, juara umum Marketer of the Year-nya adalah Dahlan Iskan yang saat itu menjabat Dirut PLN. Juara Kategori Pemerintahan adalah Joko Widodo yang waktu itu menjabat wali Kota Solo.

 Paginya, di ruang VIP, sebelum acara dimulai, ada perbincangan menarik antara Pak Dahlan dan Pak Jokowi. \"Apakah Bapak sudah cekcok dengan wakil wali kota seperti banyak wali kota di tempat-tempat lain?\"

 \"Ini pertanyaan Bapak sebagai Dirut PLN atau bos Jawa Pos?\" Jokowi balik bertanya. Seperti biasanya, Pak Dahlan mengatakan: terserah sebagai apa saja hahaaa\"

 \"Saya bisa membagi tugas dengan baik dengan wakil saya,\" jawab Jokowi.

 Itulah pertemuan pertama saya dengan Jokowi dua tahun lalu. Setelah itu, saya sempat diundang makan malam di rumah dinasnya di Solo. Ternyata, di situ ada kamar Bung Karno, tempat dulu presiden pertama kita suka nginap. Ada juga tempat pedagang kaki lima Solo sering diundang untuk makan bersama wali kota.

 Ketika itu, saya juga keliling kota dan memang mendapati bahwa Jokowi sangat dicintai rakyatnya. Karena sikapnya yang mau duduk sama rendah dan berdiri sama tinggi dengan rakyatnya. Seorang pemimpin yang bersikap horizontal dan tidak vertikal.

 Sebulan sebelum pilgub DKI Jakarta, saya ke Solo memenuhi undangan Bank Indonesia. Ketika bertemu berbagai kelompok masyarakat, hampir semuanya titip harapan dan doa agar Jokowi bisa menjadi gubernur DKI Jakarta. \"Kami sayang Pak Jokowi. Tapi, kami juga ingin supaya dia bisa berbuat sesuatu untuk Jakarta,\" kata mereka.

 Jokowi, sekali lagi, terbukti tetap menunjukkan sikap horizontal dan inklusifnya. Kampanye dengan bujet murah lewat blusukan dan berpasangan dengan Ahok yang keturunan Tionghoa. Bedanya dari Solo, Jakarta punya banyak netizen yang aktif.

 Banyak kelompok youth dan women yang dengan sukarela membuat berbagai aktivitas di media sosial. Muncul klip video yang dahsyat sekali responsnya. Dengan demikian, Jokowi lantas seolah dinobatkan sebagai social leader, bukan individual leader.

 Dia seolah lengkap mengikuti tiga tren besar transformasi, yaitu dari vertikal ke horizontal, eksklusif ke inklusif, dan individual ke sosial. Kemenangan Jokowi-Ahok akhirnya menjadi kenyataan di putaran kedua.

 Pada akhir masa jabatan sebagai gubernur DKI Jakarta nanti, belum tentu Jokowi berhasil menyelesaikan persoalan ibu kota yang memang kronis dan ruwet itu. Tapi, Jokowi akan dimaafkan, asalkan dia tetap akan horizontal, inklusif, dan sosial. Sebab, dengan begitu, dia akan tetap mendapat tempat di hati youth, women, dan netizen.

 Bagaimana pendapat Anda\" (*)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: