Dinkes Dinilai Lamban Tangani Penyakit Hapatitis
JAMBI- Dinas Kesehatan Kota Jambi dinilai lamban dalam mengetasi soal mewabahnya virus Hepatitis A hingga dinyatakan KLB untuk Kota Jambi.
Harlina Fahri, anggota komisi D DPRD Kota Jambi, kepada harian ini menyebutkan, tak ada langkah antisipasi kongkrit dari dinas kesehatan untuk mengatasi penyebaran virus ini di Kota Jambi. Sehingga, virus ini terus menyebar ke beberapa daerah lain di Kota Jambi, selain di lingkungan SD 47.
“Hepatitis ini berasal dari virus. Harusnya pemantauan dinas baik di sekolah harus intensif dilakukan. Dinas Kesehatan itu lamban mengambil langkah dalam mengatasi hal ini. Harusnya dia bisa mengambil antisipasi ketika virus ini sudah mulai mewabah. Lakukan antisipasi sedini mungkin,” kata Harlina.
Seharusnya, katanya, ketika ditemukan virus di SD 47 ini, Dinas langsung melakukan sosialisasi Pola Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) ke sekolah-sekolah. Pasalnya, ia menilai, virus ini disebabkan oleh perilaku hidup yang tidak bersih.
“Harusnya Dinas Kesehatan langsung melakukan pencegahan. Sebenarnya bisa diminimalisir, cukup di SD 47 saja. Kemudian ambil langkah dan melakukan sosialisasi di sekolah lain. Tidak perlu tunggu evaluasi apa penyebabnya. Virus ini akan terus menyebar, dia (virus, red) tidak akan menunggu hasil evaluasi itu, dia akan menyebar,” sebutnya
Dirinya menilai, kepekaan Kepala Dinas Kesehatan dalam mengatasi persoalan penyakit di Kota Jambi sangat rendah. “Saya nilai kurang tanggap,” cetusnya.
Sementara itu, Dinas Kesehatan Kota Jambi menolak jika dikatakan pihaknya lamban dalam menangani kasus hepatitis tersebut. Kepala Dinas Kesehatan Kota Jambi, Polisman Sitanggang, melalui Kasi Penanggulangan Penyakit Menular, Kemas Azmi, menjelaskan, pihaknya sudah melakukan penyuluhan ke sekolah-sekolah.
“Untuk mengantisipasi virus Hepatitis ini, masyarakat hanya diharapkan untuk melakukan PHBS. Jika PHBS sudah dilakukan secara baik, maka virus ini bisa dihindari,” katanya kemarin.
Dirinya juga mengaku, pihak Puskesmas juga melakukan pemantauan ke sekolah-sekolah. “Gejala ini kan lama berlangsungnya. Proses inkubasi, pertumbuhan virus itu kurang lebih 28 hari baru terdeteksi,” ujarnya.
Terkait situasi yang sudah dikatakan KLB, dirinya mengatakan, itu hanya ungkapan saja. “Kalau sudah KLB, harusnya semua bertindak dan terlibat mengatasinya. Termasuk juga masyarakat. KLB itu kan vonis dari Pemda, nah jadi mereka itu (pasien, red) wajib dibantu dan dilayani dengan baik di rumah sakit,” katanya.
Oleh karenanya, ia menilai, ke depan, PHBS harus digalakkan dan diterapkan di sekolah. Ia menyebut, obat khusus untuk mengobati hepatitis A ini tidak ada. “Hanya sekedar perawatan yang ada. Obat khusus tidak ada untuk hepatitis A ini. Namun, belum pernah juga saya dengar jika ada yang meninggal karena hepatitis A ini,” tandasnya.
(wsn)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: