James Bond Juga Manusia

 James Bond Juga Manusia

Oleh Hermawan Kartajaya

 Sudah menonton film Skyfall\" Seingat saya, tak ada satu pun film James Bond yang saya lewatkan dan Skyfall adalah yang terhebat. Selain theme song-nya dinyanyikan Adele dan laris manis, karya layar lebar terbaru itu memang merupakan film James Bond yang paling humanistis.

 Bayangkan, James Bond dalam film tersebut bisa tertembak oleh Eve Moneypenny atas perintah M. Mana ada serial yang dulu, ada film seperti ini, di mana agen rahasia Inggris membuat kesalahan fatal. Lantas, James Bond-nya bisa mati untuk waktu yang cukup lama. Muncul lagi ketika justru markas M16 dibom bekas agennya yang tidak puas.

 Jadi, kali ini lawannya bukan musuh luar seperti komunis, penjahat, maupun teroris. James Bond-nya bisa hidup lagi, tapi gemetaran sehingga tidak bisa menembak. Bahkan, lari pun harus ngos-ngosan. James Bond pun bisa punya perasaan. Kesal bercampur sayang kepada M. Tapi, moralitas James Bond untuk loyal kepada korpsnya juga diperlihatkan.

 Dengan begitu, kompletlah James Bond sebagai manusia dengan IQ, EQ, dan SQ. Dan film ditutup dengan kematian M. Juga sangat manusiawi. Bahkan, M sebagai atasan James Bond pun bisa mati.

 Di tulisan pertama seratus hari yang lalu, saya menulis film Batman yang sukses besar karena sangat manusiawi. Pada tulisan terakhir ini, saya juga ingin menutup seri ini dengan suksesnya film James Bond ke-23 itu karena mengusung pesan sangat manusiawi.

 Seratus tulisan ini akan dibukukan oleh Gramedia dan diluncurkan di pembukaan MarkPlus Conference oleh CEO Kompas Gramedia Agung Adiprasetyo dan pendiri Jawa Pos Group Dahlan Iskan di hadapan 5.000 peserta konferensi pada 13 Desember 2012 di Ritz-Carlton Hall, Pacific Place, Jakarta. Judulnya\" Superhero Juga Manusia.

 Ada tiga pelajaran utama dari seri ini. Pertama, brand Anda harus berpikir, bersikap, dan berperilaku seperti manusia dan bukan superhero. Kedua, sebaliknya, berikanlah kesempatan kepada customer Anda menjadi superhero. Boleh tanya, boleh membantah, boleh usul, dan  bahkan boleh jadi mitra.

 Ketiga, hubungan antara brand dan customer haruslah hubungan antara manusia dan manusia. Bukan superhero dengan superhero lain.

 Semoga 100 cerita tentang saya pribadi, Indonesia, dan kepingan pengalaman yang saya dapat dari berbagai belahan bumi ini bisa menjadi contoh inspiratif untuk kemajuan Indonesia.

God bless you. I love you all! (*)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: