Defisit Perdagangan Cetak Rekor

Defisit Perdagangan Cetak Rekor

JAKARTA-Alarm kinerja perdagangan internasional Indonesia mulai menyala. Kombinasi melemahnya ekspor dan lonjakan impor berimbas pada melebarnya defisit neraca perdagangan.

                Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa Badan Pusat Statistik (BPS) Sasmito Hadi Wibowo mengatakan, sepanjang Oktober 2012 lalu, ekspor memang mengalami penurunan, sebaliknya impor naik signifikan. Akibatnya, defisit neraca perdagangan periode Oktober pun menembus angka USD 1,55 miliar, sedangkan akumulasi neraca perdagangan mencatat defisit USD 516 juta. \"Harus diakui, ini defisit terbesar sepanjang sejarah perdagangan Indonesia,\" ujarnya kemarin (3/12).

                Data BPS menunjukkan, nilai ekspor sepanjang Oktober 2012 sebesar USD 15,67 miliar. Angka ini turun 7,61 persen dibanding periode Oktober 2011 yang sebesar USD 16,96 miliar. \"Salah satu penyebabnya adalah penurunan harga CPO (crude palm oil),\"katanya.

                Dengan realisasi tersebut, maka akumulasi kinerja ekspor sepanjang Januari - Oktober 2012 mencapai USD 158,66 miliar, turun 6,22 persen dibanding periode sama tahun lalu yang sebesar USD 169,18 miliar.

                Khusus untuk Oktober 2012, lanjut Hadi, penurunan ekspor nonmigas terbesar terjadi pada lemak dan minyak hewan/nabati, terutama \"CPO, sebesar USD 519,2 juta. Adapun peningkatan terbesar terjadi pada komoditas bahan bakar mineral sebesar USD 254,2 juta. Pasar terbesar ekspor nonmigas Indonesia masih ditempati oleh Tiongkok sebesar USD 1,82 miliar, disusul Jepang USD 1,42 miliar, dan Amerika Serikat (AS) sebesar USD 1,15 miliar.

                Sementara itu, arus impor mengalir makin deras ke Indonesia sepanjang Oktober 2012. Data BPS mencatat, realisasi impor naik signifikan sebesar 10,82 persen mencapai USD 17,21 miliar. “Kenaikan ini karena impor unusual (tidak biasa), seperti pesawat terbang dan BBM yang cukup besar,” ujarnya.

                BPS mencatat, selama Oktober 2012, beberapa maskapai penerbangan di Indonesia melakukan impor pesawat. Misalnya, Lion Air 4 unit, Garuda 1 unit, Sriwijaya Air 1 unit, dan Wings Air 1 unit, sehingga totalnya 8 unit senilai USD 331,13 juta. “Semuanya (merek) Boeing. Ini yang membuat nilai impor dari Amerika naik signifikan,” ucapnya.

                Secara akumulasi, impor periode Januari - Oktober 2012 tercatat sebesar USD 159,18 miliar atau naik 9,35 persen dibanding periode sama tahun lalu yang sebesar USD 145,56 miliar. Negara pemasok terbesar nonmigas diduduki Tiongkok dengan akumulasi USD 23,92 miliar, lalu Jepang USD 19,33 miliar, dan AS sebesar USD 9,65 miliar.

(owi)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: