Defisit Perdagangan Bisa Sentuh USD 1 Miliar

Defisit Perdagangan Bisa Sentuh USD 1 Miliar

JAKARTA- Kekhawatiran terhadap jebolnya pertahanan surplus perdagangan Indonesia terjadi. Pada periode Oktober, neraca perdagangan Indonesia secara akumulatif telah anjlok, hingga defisit sebesar USD 516,1 juta, atau sekitar Rp 4,95 triliun. Diproyeksi, tren defisit perdagangan ini akan kembali terjadi hingga dua bulan terakhir pada 2012. Kementerian Perdagangan memprediksi defisit neraca perdagangan hingga akhir tahun bisa mencapai USD 1 miliar.

Menteri Perdagangan Gita Wirjawan sebelumnya mengatakan bahwa pihaknya tak mematok angka keseimbangan perdagangan secara agresif. Bahkan, mantan Ketua Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) ini mengasumsikan angka terendah terhadap akumulasi surplus neraca perdagangan. “Kalau tahun ini saja surplus perdagangan kita di angka USD 0 miliar hingga USD 5 miliar, itu sudah bagus,” ungkap Gita.

Sayangnya, realisasi neraca perdagagan yang dicatat Badan Pusat Statistika (BPS) per Oktober 2012 berbanding terbalik dengan asumsi Mendag. Bahkan, dikhawatirkan, posisi defisit neraca perdagangan bertahan sampai akhir tahun. Jika diasumsikan, rata-rata impor Indonesia sebesar USD 15,9 miliar setiap bulan. Sementara rata-rata ekspor per bulannya sebanyak USD 15,8 miliar. Sehingga, total ekspor selama 12 bulan diprediksi USD 190 miliar. Sedangkan impor sebesar USD 191 miliar. “Jadi kami proyeksi ada defisit neraca perdagangan hingga USD 1 miliar hingga akhir tahun,” ungkap Kepala Badan Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan Perdagangan Kemendag Bachrul Chairi.

Kendati demikian, Bachrul tetap optimistis, mengingat defisitnya perdagangan bukanlah lantaran importasi barang dengan sifat konsumsi. Sebaliknya, importasi yang besar adalah bahan baku dan barang modal. “Kami meyakini, importasi barang modal itu untuk membantu pertumbuhan ekonomi,” ungkap Bachrul.

Secara jangka panjang, Direktur Direktorat Hubungan Masyarakat BI Difi A. Johansyah mengatakan defisit neraca perdagangan ini tidak akan berpengaruh secara signifikan terhadap surplus neraca pembayaran Indonesia (NPI). \"Karena nilai defisitnya (neraca perdagangan) masih terhitung kecil,\" ungkapnya kepada Jawa Pos.

Pihaknya optimistis, membaiknya kinerja Tiongkok akan membawa dampak baik terhadap geliat ekspor Indonesia. \"Kita masih berharap dari rebound ekonomi Tiongkok. Saat ini indicator manufacturing industry Tiongkok baik. Dan artinya ini akan diikuti dengan membaiknya harga komoditas dari Negara-negara lain,\" jelasnya.

(gal)

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: