Transaksi E-Money Rp 1,48 T

Transaksi E-Money Rp 1,48 T

JAKARTA - Penggunaan uang elektronik (e-money) dalam transaksi pembayaran meningkat lebih dari 100 persen. Bank Indonesia (BI) mencatat volume e-money pada Oktober 2012 mencapai 9,97 juta transaksi. Angka tersebut tumbuh 113,7 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang hanya 4,66 juta transaksi.

Direktur Kepala Grup Pengembangan dan Kebijakan Sistem Pembayaran Departemen Akunting dan Sistem Pembayaran BI Y.F. Sri Suparni menyebutkan, dari jumlah 20,4 juta instrumen e-money yang beredar, rata-rata transaksi per bulan mencapai 7,9 juta. “Hingga akhir Oktober, nilai transaksi e-money Rp 1,48 triliun,” ungkapnya.

Capaian 10 bulan terakhir 2012 ini, papar Sri, telah melampaui realisasi transaksi e-money pada 2011 yang tercatat hanya Rp 981,2 miliar. Selaras dengan itu, akumulasi transaksi selama setahun diproyeksi melebihi realisasi volume transaksi pada 2011 yang tercatat 41,06 juta transaksi.

Besarnya potensi penggunaan e-money di Indonesia menyedot perhatian banyak investor. Hingga akhir September, jumlah penerbit e-money tercatat 12 yang terdiri atas bank dan nonbank. “Saat ini sudah ada 13 penerbit e-money di Indonesia,” jelasnya.

Sebelumnya, Sri memaparkan ada empat perusahaan yang berminat menjadi penerbit e-money di Indonesia. Dari empat perusahaan tersebut, dua di antaranya merupakan perbankan swasta, dan dua lainnya lembaga nonbank. “Saat ini masih ada beberapa dokumen yang harus dipenuhi. Jadi perizinannya belum bisa dikeluarkan,” ungkapnya.

Jika semua perusahaan e-money anyar tersebut resmi masuk tahun ini, hingga akhir tahun Indonesia memiliki 16 penerbit kartu e-money. Saat ini, dari 13 perusahaan penerbit kartu e-money, enam di antaranya perbankan dan tujuh lainnya lembaga nonbank. Bank yang telah menjadi penerbit e-money adalah BCA, Bank Mandiri, Bank Mega, BNI, BRI, dan BPD DKI Jakarta. Untuk lembaga nonbank antara lain Indosat, XL Axiata, Telkomsel, dan Telkom.

Sedangkan perusahaan lain yang tercatat sebagai penerbit e-money adalah PT Finnet Indonesia dan PT Skye Sab Indonesia, serta yang terbaru PT Artajasa Pembayaran Elektronis.

 

Kepala Divisi Perizinan BI Sudarmaji menuturkan, perusahaan nonbank maupun bank kini berlomba-lomba masuk bisnis e-money lantaran prospeknya yang dianggap cerah, apalagi di sektor transportasi. \"Di sektor transportasi manfaat e-money lebih terasa. Walaupun dari nilai transaksi di belanja lebih besar dibandingkan transportasi, volume transaksi lebih sering transportasi,\" jelasnya. Sedangkan penggunaan e-money yang berasal dari sektor telekomunikasi kebanyakan untuk pembelian pulsa.

(gal/oki)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: