Harga BBM Naik, Inflasi Melonjak

Harga BBM Naik, Inflasi Melonjak

      JAKARTA -  Risiko yang ditanggung pemerintah sangat besar jika harus menaikkan harga BBM (bahan bakar minyak) subsidi tahun depan. Selain berdampak politis, kenaikan harga BBM juga bakal mendongkrak harga-harga barang sehingga menyebabkan inflasi tinggi.

       Ekonom Standard Chartered Bank Fauzi Ichsan memprediksi inflasi Indonesia bisa tembus menjadi tujuh persen pada 2013 jika harga BBM dinaikkan. \"Ini akan menjadi dilematis,\" tuturnya

      Jika harga BBM tidak naik, otomatis anggaran negara semakin terbebani. Sementara itu, kenaikan harga BBM akan memicu kenaikan inflasi. \"Bagi partai politik yang mendukung rencana kenaikan itu, citra partai bisa terpuruk. Itu sangat riskan khususnya menjelang Pemilihan Presiden 2014,\" kata Fauzi.

      Sebaliknya, jika tahun depan tidak ada kenaikan harga BBM, Fauzi memprediksi inflasi Indonesia hanya akan bergerak di level 5 sampai 5,5 persen. Apalagi, tahun depan kondisi global cukup kondusif. \"Amerika Serikat dan zona Eropa akan membaik, khususnya di semester pertama,\" terangnya.

      Di sisi lain, pengamat migas dari Center for Petroleum and Energy Economics Studies (CPEES) Kurtubi mendorong pemerintah menaikkan harga BBM. Meski begitu, tetap harus memperhatikan dampak inflasi.

      Dia tidak menyebutkan kapan waktu yang tepat untuk menaikkan harga BBM. Menurutnya, hal itu diketahui oleh ahli ekonomi. Menurut Kurtubi, kenaikan Rp 1.500 per liter cukup moderat. Artinya, harga premium dan solar subsidi menjadi Rp 6.000 per liter.

      Kurtubi tidak menyangkal bahwa kenaikan harga BBM akan berdampak pada kenaikan harga barang-barang. Namun, ada beberapa cara yang bisa dilakukan untuk meredam situasi tersebut. Salah satunya adalah memastikan angkutan umum tidak boleh menaikkan tariff. Untuk itu, pemerintah harus memberi insentif kepada pengusaha angkutan. \"Seperti membebaskan pajak angkutan umum,\" kata dia.

      Kepala Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi (BPH Migas) Andy N. Sommeng mengatakan, selama harga BBM masih murah,\"tidak mungkin energi baru terbarukan (EBT) berkembang.\"Sebab, satu liter harga bahan bakar bio itu lebih mahal daripada BBM subsidi yang Rp 4.500,\" tandasnya

      Menurut dia, harga BBM saat ini hanya separo dari harga keekonomian yang sebenarnya. Sementara untuk menaikkan harga BBM menjadi harga keekonomian sangat sulit. \"Subsidi itu harus ada, tapi jelas peruntukannya. Seperti untuk pendidikan, kesehatan, dan energi,\" katanya

      Andy mengatakan, rakyat harus sadar bahwa Indonesia tidak lagi negara kaya minyak. Berbeda dengan era 1970-an ketika produksi minyak masih besar dan konsumsi rendah. Yang terjadi sekarang justru penurunan produksi minyak. Di sisi lain, konsumsi energi semakin besar.

(wir/ca)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: