IPO Seret, BEI Gagal Raih Target

IPO Seret, BEI Gagal Raih Target

JAKARTA- Target Bursa Efek Indonesia (BEI) mendatangkan 25 perusahaan baru sepanjang tahun ini tidak tercapai. Di sisa waktu ini hanya menyisakan dua perusahaan yang akan melakukan Initial Public Offering (IPO) sehingga total menjadi 23 emiten pendatang baru di lantai bursa.

Dua perusahaan antri untuk mencatatkan sahamnya di lantai bursa akhir tahun ini adalah PT Waskita Karya dan PT Wismilak Inti Makmur. Waskita akan melepas sebanyak 3,08 miliar lembar saham atau setara 32 persen dari modal ditempatkan dan disetor setelah penawaran umum. BUMN infrastruktur ini akan listing pada 19 Desember.

Sedangkan Wismilak dijadwalkan akan listing pada 17 Desember. Produsen rokok asal Surabaya itu akan melepas 629,96 juta lembar saham setara 30 persen  dari total sahamnya. “Emiten lainnya memilih menunda,\" kata Direktur Penilaian Perusahaan BEI, Hoesen, di kantornya, kemarin.

Sebenarnya masih ada 9 perusahaan lain yang siap listing di tahun ini namun memutuskan untuk mundur ke tahun depan. Alasannya kondisi saat ini belum menjadi momentum baik seiring dengan perekonomian global yang masih belum kondusif. Sehingga sulit untuk menentukan strategi pricing (harga) sesuai kehendak.

Sembilan perusahaan yang ada di pipe line dan prosesnya telah selesai di BEI di antaranya PT Bank Maspion,  PT Siba Surya, PT Indoprima Gemilang, PT Pelita Cengkareng Paper, dan PT Cipaganti Citra Graha.

Hoesen mengatakan, pihaknya tidak bisa mengintervensi seluruh perusahaan tersebut agar mau melepas saham tahun ini juga. Sebab itu terkait dengan strategi masing-masing perusahaan bersama underwriternya. “Proses di bursa telah selesai. Tapi kalau pricingnya tidak dapat, bagaimana Bursa tidak bisa intervensi,\" ungkapnya.

Analis Sinarmas Sekuritas, Jeff Tan, mengatakan tidak tercapainya target perusahaan IPO di tahun ini disebabkan ketidaksesuaian persepsi antara owner perusahaan dengan investor. Khususnya yang terkait dengan harga saham yang ditawarkan owner perusahaan. “Tidak heran kalau proses pembentukan harga tidak sesuai seperti yang diharapkan,\" katanya.

Sentimen global memang menjadi alasan ketidaksepahaman itu. Hal itu menyebabkan investor tidak berani menawar harga saham calon emiten terlalu tinggi. Apalagi terhadap calon emiten yang tidak  termasuk perusahaan besar serta sektor di luar konsumer atau infrastruktur yang menjadi sektor unggulan.

(gen/jpnn)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: