Jalanku Sayang Jalanku Malang
Oleh Indria Mayesti
Jalan raya merupakan infrastruktur sosial-ekonomi yang kerusakannya paling repetitif serta sangat kasat mata. Tambal sulam bentangan jalan raya menjadi semacam drama yang tak berkesudahan. Jalan raya seharusnya akan mempermudah akses sosial dan ekonomi, namun jalan-jalan yang tersedia ternyata melahirkan berbagai permasalahan. Diantaranya kemacetan.
Macet lagi macet lagi
Salah satu yang memperparah keruwetan jalan raya dikarenakan munculnya sentra-sentra baru usaha ekonomi masyarakat. Seperti kita lihat disepanjang jalan Pattimura dimulai dari daerah Simpang Rimbo sampai dengan simpang Tugu Sipin mengarah ke pasar keluarga dan seterusnya bermunculan hutan-hutan ruko. Ruko itu sendiri berdiri persis disamping jalan raya yang memang diawal pembangunan ruko berkemungkinan tidak memperhitungkan besarnya jalan yang akan terpakai pada saat pelebaran jalan terjadi. Sehingga pada saat pelebaran jalan tempat parkir yang dimiliki masing-masing ruko menjadi kecil. Akibatnya pemilik mobil banyak yang memarkir memakan badan jalan di sepanjang jalan raya sehingga mempersempit jalan raya yang digunakan.
Memang menjadi dilema bagi pihak pemerintah mengenai masalah pembangunan ruko. Dari sisi ekonomi dengan banyaknya ruko berarti menandakan semakin banyaknya usaha masyarakat dan selanjutnya memiliki dampak positif terhadap pengurangan jumlah pengangguran dan selanjutnya menambah pendapatan. Namun sebaliknya memiliki dampak negatif bila dilihat dari kurangnya tempat parkir yang tersedia.
Saat ini angkutan umum nampaknya bukanlah menjadi pilihan utama lagi bagi masyarakat kita. Karena sekarang sudah semakin banyak orang-orang yang memiliki kendaraan sendiri baik roda dua ataupun roda empat. Banyak hal yang menyebabkan lonjakan jumlah kendaraan pribadi, salah satunya faktor kemudahan memiliki kendaraan secara kredit. Ini akan menjadi masalah lagi kedepannya, mengapa demikian? karena semakin banyaknya masyarakat yang memiliki kendaraan sendiri berakibat meningkatnya konsumtif masyarakat terhadap bahan bakar. Masalah lain yang akan muncul adalah polusi udara. Menurut saya pribadi harus ada aturan kepemilikan kendaraan bermotor.
Belum lagi pembangunan galian optik di sepanjang ruas jalan, diakui masyarakat bahwa apa yang tengah dikerjakan pihak terkait saat ini pada dasarnya adalah bagian dari upaya pembangunan dan penyediaan sarana prasarana.
Rindukan Jalan layang
Dulu, tahun 1990-an sewaktu Kota Jambi belum seramai ini, sebagai perbandingan jam tempuh dari simpang rimbo ke pasar angso duo hanya memakan waktu setengah jam saja tetapi saat ini bisa mencapai satu jam atau lebih. Lalu, apakah jalan layang itu menyelesaikan masalah kemacetan? Jalan layang merupakan perlengkapan jalan bebas hambatan untuk mengatasi hambatan karena konflik dipersimpangan, melalui kawasan kumuh yang sulit ataupun melalui kawasan rawa-rawa.Jalan layang sebagai penghubung dari satu daerah ke daerah yang lainnya, menjadi sarana yang memiliki peran penting dalam pendistribusian secara ekonomi maupun sosial.
Pekerjaan rumah ini memang dirasa sangat berat, mengingat pembuatan jalan layang memerlukan biaya yang sangat besar dan biaya pemeliharaan yang tidak sedikit. Tetapi apabila menghitung laba rugi, kita berharap dengan pengorbanan yang sedemikian besar akan mampu memperoleh keuntungan.(*)
*widyaiswara Bandiklatda Prov Jambi dan Dosen tetap STIE Muhammmadiyah Jambi
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: