Pembangunan PLTG Dikaji
Satu Korban Longsor Ditemukan
JAMBI – Proses pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Geothermal (PLTG) kabupaten Kerinci akan dikaji kembali oleh Pemprov Jambi. Mengingat, musibah longsor di lokasi tersebut memakan korban jiwa sebanyak lima orang. Sementara korban dalam kondisi luka dan patah tulang tangan maupun kaki sebanyak empat orang.
Hal ini ditegaskan oleh Gubernur Jambi, H Hasan Basri Agus yang diwakil Asisten II Setda Provinsi Jambi, Ir Havizd Husaini dalam rapat yang digelar di ruang PUSDALOPS PB Provinsi Jambi kemarin.
Pembangunan ini sendiri, dilakukan oleh PT. Pertamina Geothermal Energi (PGE).
\"Sementara BPBD Provinsi Jambi akan melaporkan secara tertulis kejadian ini kepada BNPB RI,\" ujar Haviz Khusaini.
Dikatakannya, Gubernur Jambi mengintruksikan kepada SKPD terkait untuk melaksanakan antisipasi Bencana Tanah Longsor dan Banjir di Kabupaten Kerinci. Diungkapkannya juga, setelah dilaksanakan koordinasi dengan BPBD Kabupaten Kerinci, hasil kajian Tim Reaksi Cepat (TRC) BPBD Provinsi Jambi dan laporan tertulis Ruang Pusat Kendali Operasional Bencana (RUPUSDALOPS ) BPBD Kabupaten Kerinci diketahui, longsor di lokasi cluster B Geothermal terjadi akibat pengerukan tanah bukit di bagian atas lokasi proyek Geothermal.
\"Akhirnya, longsor itu menimpa perumahan karyawan dan menggeser perumahan tersebut sejauh lebih kurang 50 meter dari tempat semula. Sehingga, menimbulkan korban di kalangan karyawan,\" ujarnya.
Korban yang meninggal dunia, dikatakannya, disebabkan karena terjepit di bawah puing longsor serta diantara puing perumahan yang berupa bak-bak kontainer.
\"Direktur Pertamina sudah menuju ke lokasi. Satu Pleton TNI, 50 Personil Polri, 2 Regu Tim SAR dan TRC BPBD Provinsi Jambi serta intansi terkait Kabupaten Kerinci sudah melaksanakan Bearifing untuk persiapan Evakuasi,\" ungkapnya.
Selain itu, sambungnya, alat berat dari PT Pertamina Geothermal Energi telah berada dilokasi dan melaksanakan pencarian korban. Selain itu, dinas PU Kabupaten Kerinci juga telah mengirim satu Unit alat berat beserta Operator. \"Pemerintah Provinsi Jambi siap memberikan atau mengirim 2.000 Lembar karung kawat Beronjong, Obat – obatan melalui Intansi terkait,\" tukasnya.
Sementara itu, soal banjir di Dusun Baru, Lempur Tengah, Koto Dian, Pulau Tengah, Jembatan Merah dan Desa Limok Manaih Kecamatan Keliling Danau Kabupaten Kerinci yang diakibatkan meluapnya sungai Desa Dusun Baru Lempur Tengah pada Sabtu lalu juga dipikirkan. \"Akibat banjir itu, 100 rumah tergenang Air,\" katanya.
Korban jiwa dalam musibah banjir ini, tidak ada. Sedangkan, untuk kerugian materil, pihaknya masih menunggu laporan dari BPBD Kabupaten Kerinci. \"Pemerintah Kabupaten melalui Dinas Sosnakertrans telah mempersiapkan bantuan Logistik dan obat – obatan melalui Dinas Kesehatan. Pemerintah Provinsi siap mendistribusikan bantuan logistik dan obat-obatan serta bantuan uang. Pendistribusian bantuan tersebut akan didistribusikan setelah ada pernyataan tangap darurat dan permohonan bantuan bencana dari Pemerintah Kabupaten Kerinci,\" tandasnya
Sementara itu, kemarin, satu orang pekerja di lokasi longsor sejak Sabtu (26/1) pukul 19.30 akhirnya ditemukan sekitar pukul 14.20 Minggu (27/1) kemarin. Korban diketahui bernama Miswanto (29), petugas Material Boy. Miswanto ditemukan setelah pencarian petugas gabungan SAR, TNI, Polri, BPBD dan pihak PGE dengan alat berat dan secara manual.
Pantauan di lokasi, sekitar pukul 14.00 WIB, Dirut Pertamina Karen Agustiawan yang sengaja datang ke lokasi kejadian bersama rombongan menuju lokasi longsor di titik Cluster B. Sekitar pukul 14.20 korban terakhir ditemukan dan langsung dibawa ambulan menuju Rumah Sakit MH Thalib.
Sementara itu Humas PT PGE, Riki mengatakan, sampai saat ini jumlah korban meninggal dunia sebanyak lima orang, yakni Yanto (33), karyawan PT RPN, kemudian Ahmad Saiku (40) karyawan PT Harko, lalu Triono (56), karyawan PT Pra, M Nasoka (43), karyawan PT ADS dan Miswanto.
Sedangkan yang mengalami luka berat adalah Edwin (20) karyawan PT Harko, kemudian Ali (50). Selanjut korban luka ringan Nando (30) dan Ahmad (23).
AKBP Ismail menambahkan korban meninggal dunia kebanyakan akibat terjepit peti kemas yang bergeser karena longsor. “Ada yang pecah kepalanya, kakinya terjepit di peti kemas sehingga patah dan diamputasi,” ucapnya.
Kapolres menyebutkan dugaan sementara kejadian tersebut karena longsor akibat hujan. Walaupun demikian pihaknya tetap melakukan penyelidikan. “Tim ident tetap kita turunkan untuk olah TKP, apakah pengaruh dari aktivitas pengeboran atau memang faktor alam,” ucapnya.
Dikatakan Kapolres bencana longsor di lokasi pengeboran PT PGE merupakan bencana Nasional. Pasalnya baru kali ini menewaskan lima orang.
Diungkapkannya, dilokasi pengeboran terdapat sekitar 59 orang pekerja yang terdiri dari pekerja pengeboran, rescue, surveyor, catering, tenaga kesehatan dan ambulan serta petugas logistik. “Sekitar 10 Perusahaan, rata-rata satu perusahaan jumlahnya 5 orang. Dari PT Pra yang paling banyak 8 orang, tapi hanya satu yang meninggal, karena kepalanya terjepit,” ujarnya.
Mengenai kerugian pihaknya belum diketahui, karena masih dalam perhitungan. “Sekarang aktivitas dilokasi adalah membersihkan material longsor dan meninghitung kerugian. Yang jelas rugi besar, karena alat-alat pengeboran mahal,” ucapnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: