Pertumbuhan Kredit Perlu Diwaspadai

Pertumbuhan Kredit Perlu Diwaspadai

JAKARTA- Perbankan di Indonesia terus menunjukkan kegemilangannya. Selain tingkat profitabilitas tinggi, fundamental juga diyakini makin kokoh. Ini terlihat dari hasil penilaian assessment Fitch Ratings yang menyebut perbankan di Indonesia lulus stress test.

Direktur Fitch Ratings Indonesia Julita Wikana mengatakan, bank-bank besar di Indonesia diyakini mampu bertahan jika sewaktu-waktu terjadi krisis yang menekan sektor perbankan. “Rena itu, rating outlook untuk perbankan di Indonesia tetap stabil,” ujarnya kemarin (31/1).

Salah satu raksasa perusahaan pemeringkat dunia yang berbasis di London itu menyatakan, kekuatan perbankan di Indonesia terletak dari kualitas aset yang dimiliki serta kuatnya dukungan permodalan dari induk perusahaan. enurut Julita, dalam beberapa tahun terakhir, perbankan di Indonesia mampu mencapai profitabilitas yang sangat tinggi dibandingkan perbankan di negara-negara emerging market lainnya. “Itu menjadi bantalan yang kuat bagi perbankan terhadap potensi risiko memburuknya ekonomi,” katanya.

Dalam stress test yang dilakukan Fitch Ratings, sembilan bank besar di Indonesia dihadapkan pada situasi buruk dengan tingkat kredit macet atau nonperforming loan (NPL) hingga 3.8 persen atau sekitar dua atau tiga kali lipat dari kondisi NPL riil yang saat ini sekitar 1 hingga 2 persen. Dengan kondisi itupun, perbankan di Indonesia masih tetap aman.

Direktur Perencanaan Strategis dan Humas Bank Indonesia (BI) Difi A. Johansyah mengatakan, stabilitas sektor perbankan Indonesia sepanjang 2012 memang menunjukkan kinerja yang solid. Hal itu tecermin dari tingginya rasio kecukupan modal (CAR/Capital Adequacy Ratio) yang mencapai 17,4 persen, jauh di atas batas bawah 8 persen.

Selain itu, ancaman risiko kredit bermasalah (NPL) juga terkendali dengan rasio gross NPL yang hanya di kisaran 2 persen pada akhir November 2012. “Jadi, secara keseluruhan, kinerja perbankan kita memang bagus,” ucapnya.

Meski demikian, assessment Fitch Ratings juga menunjukkan bahwa laju pertumbuhan kredit di Indonesia yang di atas 20 persen sudah harus dikendalikan karena bisa memicu risiko kredit macet. Fitch menyebut, Indonesia bersama Tiongkok, Hongkong, Mongolia, dan Sri Lanka masuk kategori negara dengan pertumbuhan kredit tinggi, sehingga harus diwaspadai.

Difi mengakui, laju pertumbuhan kredit perbankan di Indonesia memang menjadi perhatian serius BI. Selain berpotensi memicu overheating ekonomi, juga bisa berdampak serius terhadap kualitas kredit yang disalurkan. “Khususnya di sektor kredit konsumsi,” ucapnya.

Data BI menunjukkan, total pertumbuhan kredit hingga akhir November 2012 mencapai 22,3 persen (year-on-year/yoy) dan diperkirakan mencapai sekitar 23 persen pada akhir tahun 2012. Kredit Investasi tumbuh cukup tinggi hingga 29,8 persen (yoy) dan Kredit Modal Kerja tumbuh 26,1 persen (yoy).

(jpnn)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: