Sikok: Banyak Siswa SMA Jual Diri
JAMBI-Siswa SMA di Kota Jambi ini ternyata banyak yang jadi PSK. Menurut Pjs Direktur Eksekutif Yayasan SIKOK Mirna Novita Amir, yang sehari-hari merupakan koordinator program dance for live yayasan SIKOK, fenomena ini bukan hal yang baru. Kebanyakan anak SMA yang menjual diri itu dikarenakan persoalan ekonomi.
Pasalnya, siswa cenredung ingin mengikuti perkembangan zaman, terutama dalam bergaul.
‘’Anak SMA yang menjual diri itu ada. Ini bukan hal yang baru. Kebanyakan akan sekolah yang menjual diri itu karena persoalan ekonomi. Hal seperti itu bukan di kota besar saja, di Jambi juga banyak,” ungkapnya.
Namun, menurut dia, memang bisnis menjual diri sendiri ini berjalan dengan tertutup. Dikatakan Mirna, siswa yang menjual dirinya adalah dengan modus dari mulut ke mulut. “Modusnya dalam menjual diri itu melalui perantara temannya. Kalau anak sekolah biasanya tak pakai mucikari. Berbeda dengan anak kuliahan. Kalau anak kuliahan biasanya ada bosnya (mucikari, red),” tukasnya.
Sayangnya, ditanya berapa persentase jumlahnya di Jambi, Mirna mengaku tak mengetahuinya. Menurut dia, kalangan tersebut tak mau membuka dirinya untuk mengakui status mereka seperti Orang Dengan HIA/AIDS (ODHA). “Kita tahu mereka ada, namun kita tak tahu berapa banyak jumlahnya,” ujarnya.
Ia mengatakan, kenyataan ini memang sangat mencengangkan. Sebab, menurutnya, soal kesehatan reproduksi adalah hal yang tabu. Namun, nyatanya tidak di kalangan remaja saat ini. “Mereka sudah tahu,” ungkapnya.
Disebutkannya, dari perkembangan soal kesehatan reproduksi di sekolah, hal ini memang terbukti. Dari sampel yang diambil dari beberapa SMP di Kota Jambi, ditemukan beberapa keganjilan dari para siswa. “Kita beberapa waktu lalu pernah mengambil sampel di beberapa SMP. Kita ambil sampel cairan vagina siswa. Dan hasilnya, mencengangkan. Beberapa dari sampel itu, ada yang sudah terkena penyakit kelamin. Artinya, di tingkat SMP saja remaja saat ini sudah tahu soal seks. Kalau sudah punya penyakit kelamin, artinya mereka sudah pernah melakukan hubungan seks,” tergasnya.
Bahkan, kata dia, pada 2012 lalu ada sepasang remaja yang datang ke klinik Dara Jingga milik yayasan PKBI di area yayasan SIKOK itu sendiri untuk meminta dilakukan aborsi. “Artinya anak SMP tak tabu lagi soal seks. Artinya itu bisa mengarah ke jual diri. Jadi kita tak bisa tutup mata, kalau itu ada,” ujarnya.
“Malahan yang datang itu perempuan yang kalem, bukan yang cewek yang suka bergaul dan cenderung ceria. Malahan yang datang untuk aborsi itu cewek yang kalem,” tambahnya.
Dirinya mengatakan, sampel yang diambil di beberapa SMA islam, juga banyak ditemui keganjilan dari hasil pemeriksaan cairan vaginanya. “Kalangan remaja yang tahu soal seks sudah banyak. Bahkan pengetahuan mereka bisa lebih jauh tinggi,” ungkpanya.
Hal itu terbukti, lanjutnya, dari beberapa pertanyaan yang sering dilontarkan peserta saat SIKOK melakukan sosialisasi. Menurutnya, yang dipertanyakan anak laki-laki adalah, bagaimana jika jari dimasukkan ke vagina perempuan, apakah akan menyebabkan hamil atau tidak?.
“Anak SMP sering nanya, kalau melakukan hubungan seks sekali bisa hamil tidak? Nah kalau sudah begitu kan apakah dia sudah melakukan,” tukasnya.
Dari beberapa sekolah yang pernah di datangi, menurut Mirna, 2 persen diantaranya memang sudah bisa dikatakan pernah melakukan hubungan seks bersama pasangannya. “Namun sayangnya kalangan ini kalangan yang tertutup, jadi sulit untuk terdeteksi,” ungkapnya.
Disamping itu, katanya, ketika SIKO ingin masuk ke sekolah-sekolah untuk melakukan sosialisasi, juga terkendala sekolah yang tak mau menerima mereka untuk masuk. “Sekolah banyak yang tak mau terbuka dan menerima kita masuk ke sekolah mereka,” sebutnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: