Mulai Normal, Polda Jambi Kirim Brimob

Mulai Normal, Polda Jambi Kirim Brimob

MUSI RAWAS- Aktivitas warga di Kecamatan Rupit, Kabupaten Mura pasca bentrok tiga hari lalu berangsur kembali normal. Kendati demikian, disetiap sudut jalan masih banyak petugas TNI yang berjaga-jaga. Bahkan Polda Jambi mengirimkan dua kompi brimob ke daerah konflik tersebut.

Akses jalinsum Km  72 yang sempat diblokir massa menggunakan kayu dan sisa rongsokan mobil telah dipinggirkan. Wargapun mulai menjalankan aktivitas, sebagian mereka masih mendatangi lokasi Mapolsek Rupit yang dibakar massa. 

‘’Kalau bangun kantor Polisi jangan didalam Rupit lagi, kalau bisa diluar Rupit saja,\" kata salah seorang warga yang enggan disebutkan namanya dilokasi Mapolsek Rupit.

Pasca bentrok warga yang menuntut percepatan Muratara dimekarkan hingga memakan korban jiwa warga sipil, berdampak pada kekecewaan warga sekitar. Bahkan warga sangat membenci keberadaan Polisi diwilayahnya. Kekecewaan ini terlihat dari berbagai tulisan makian yang dialamatkan ke Polisi pada dinding Mapolsek Rupit.  

Dikatakannya, kasus perampokan warga Karang Dapo saat melintas menggunakan sepeda motor di Desa Maur, Kecamatan Rupit, Kabupaten Mura beberapa waktu yang lalu hingga saat ini tidak ada tindaklanjut. Bahkan korban harus kehilangan tangan.

\"Giliran warga melapor soal kejahatan lamban ditindaklanjuti. Coba kalau soal tabrakan atau urusan duit, mereka cepat menjalankannya,\" bebernya.

Sementara itu hingga kemarin masyarakat sekitar terus menjarah barang-barang yang ada didalam puing Mapolsek Rupit. Bahkan mereka menjarah sisa-sisa puing kendaraan mobil yang terbakar. Disini terdapat 7 unit mobil yang dibakar saat terparkir dihalaman Mapolsek saat kejadian.

Namun sayangnya, warga sekitar masih menaruh curiga dengan kehadiran pendatang yang memasuki wilayahnya. Bahkan koran ini sempat diancam oleh warga dipersimpangan akses jalinsum KM72, Kelurahan Muara Rupit, Kecamatan Rupit. ‘’Siapo kau, apo Polisi,\" kata warga dengan logat asli bahas Rupit kepada koran ini. Setelah dijelaskan bahwa koran ini tengah menjalankan tugas jurnalistik alias melakukan peliputan, ia baru merespon dengan baik.

Versi warga, bentrokan terjadi diduga diawali oleh petugas yang saat kejadian berusaha membubarkan massa. Bahkan warga mengaku aparat saat itu langsung mengarahkan moncong senapan ke arah massa tanpa memberikan peringatan keudara.

Nawawi, salah seorang warga Kecamatan Rupit saat ditemui di Mapolsek Rupit mengatakan massa sebelum bentrok berkerumun diakses jalinsum KM 72.  Warga menuntut agar pemerintah segera memekarkan Muratara.

\"Ketika massa berkumpul, dan kebetulan dilokasi dipasang tenda dan ada hiburannya, tiba-tiba Polisi memaksa agar tenda dibongkar dan blokir jalan dilepas. Jadinya kita ngotot tidak mau,\" jelasnya.

Terpisah di Mapolsek Karang Jaya, satu kompi polisi dan gabungan dengan Brimob tetap berjaga-jaga. Bahkan petugas disini begadang dan siap siaga menjaga batas Kecamatan tersebut dengan Kecamatan Rupit yang dianggap sebagai sentra keamanan.

Selain itu, sempat ada isu saat situasi tiga hari lalu memanas ada yang mengatakan bahwa massa akan melakukan pembakaran Mapolsek Karang Jaya. \"Jadi isu itu tidak benar, kita tetap menjaga keamanan dan siap siaga. Dan Mapolsek Karang Jaya merupakan Mapolsek sentra kita pasca bentrok,\" kata Kapolres Mura, AKBP M Barly Ramadhani.  

Terpisah, Bupati Musi Rawas (Mura), H Ridwan Mukti menegaskan agar seluruh pejabat diinstansinya tidak mengeluarkan statement yang dapat memancing dan memperkeruh suasana pasca bentrok antara warga dengan polisi yang menuntut pemekaran Muratara segera terbentuk.  ‘’Substansi kita cooling down jangan ada statement yang memperkeruh, pejabat saya himbau untuk tidak mengeluarkan statement memperkeruh karena suasananya belum selesai,\" ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: