PM Yingluck Tekankan Harmoni Media

PM Yingluck Tekankan Harmoni Media

       \"Organisasi seperti Google harus dilobi pada level global. Industri kita harus mempunyai posisi yang kuat atau kita akan kalah,\" kata Margaret Boribon, Sekjen Asosiasi Surat Kabar Berbahasa Prancis di Belgia. Asosiasi tersebut memiliki pengalaman memenangkan gugatan hak cipta terhadap Google atas pelanggaran hak cipta. \"Solidaritas pada level lokal sangat penting. Sama pentingnya dengan solidaritas di tingkat global,\" lanjutnya. (jan/aan/sof/kim)

Jamu an Teh \"Hangat\" Perdana Menteri

\"SETELAH memberikan kata sambutan pada sesi pembukaan Kongres Surat kabar Dunia\" WAN -IFRA ke-65 di Bangkok pada pukul 09.00, sorenya, Perdana Menteri Thailand Yingluck Shinawatra\" mengundang anggota komite dan jajaran direksi WAN-IFRA dalam sebuah jamuan High Tea.\"

      Acara minum teh hangat sore hari yang biasa dilakukan oleh lingkungan kerajaan itu digelar di ruang utama kantor perdana menteri di gedung Santi Maitri. Dihadiri 32 undangan, Leak Kustiya\" Pemimpin Redaksi Jawa Pos\" --mewakili Direktur Utama Jawa Pos Koran Azrul Ananda yang juga menjadi salah satu anggota komite WAN-IFRA --adalah satu-satunya delegasi dari Indonesia yang diundang pada acara itu.

\"\"\" Diawali dengan ramah-tamah sambil makan kue dan minum teh suasana menjadi terasa sangat santai. Mengenakan blazer warna krem, Yingluck Shinawatra, Perdana Menteri berpenampilan memesona itu, menyampaikan rasa terima kasihnya secara khusus kepada panitia yang telah memilih Bangkok sebagai kota tempat diselenggarakannya kongres surat kabar.

       Karena dengan hadirnya tak kurang dari 1.500 insan pers yang menjadi delegasi media dari bergagai penjuru dunia, akan membuat Thailand semakin mendapat tempat dan perhatian dunia internasional.

\"\"  Setelah undangan menempati semua kursi yang ditata melingkar dan para fotografer selesai mengambil gambar, semua jurnalis diminta meninggalkan ruangan. Pembicaraan bebas dengan undangan pun dimulai. Isu hangat yang kini tengah mengemuka di Thailand pun tak ayal terlontar.\"

         Lese Majeste, semacam Undang-Undang Subversif di Indonesia yang diberlakukan di Orde Baru, kini memang tengah mendapat sorotan tajam di Negeri bekas kerajaan Siam itu.\" Undang-undang produk monarki itu dianggap membungkam kebebasan di Thailand.

       Presiden WAN-IFRA, Jacob Mathew, mempertanyakan keberadaan Lese Majeste, karena tak sejalan dengan kehidupan demokrasi. Berbagai argumen dan pandangan menyangkut kekurang mutuan Lese Majeste di era modern seperti menyerang Yingluck sore kemarin. \"Kami bukan tidak tahu demokrasi. Kami melihat bagaimana demokrasi di tempat lain dijalankan. Kami sangat berterima kasih terhadap berbagai pandangan ini, \" kata Yingluck di akhir jamuan minum teh.

(lk/kim)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: