>

Menyikapi Tradisi Menjelang Ramadan

Menyikapi Tradisi Menjelang Ramadan

     Umat Islam memang sangat dianjurkan untuk memperbanyak ibadah dan amal-amal shalih sebagai bekal dan investasi di akhirat kelak. Tanpa beribadah dan beramal shalih, seseorang tidak akan mendapat pahala dan sekaligus merupakan pengingkaran kepada Khaliqnya. Bahkan diciptakannya jin dan manusia tidak lain adalah untuk beribadah kepada Allah SWT. Apapaun kegiatannya, hendaklah berorientasi pada ibadah dan taqarrub hanya kepada-Nya. Masalahnya, dalam Islam telah diatur kaidah dan rumus-rumusnya, agar ibadah dan amal shalih kita tidak keluar dari syariah Islam yang justru dinilai bid’ah, suatu perbuatan yang dilarang Allah SWT dan Rasul-Nya.

      Ancaman terhadap bid’ah dan ahli bid’ah itu amat keras. Banyak ayat-ayat al-Qur’an secara tidak langsung, begitu juga hadits-hadits Nabi dengan cara langsung mengancam terhadap bid’ah dan ahli bid’ah. Sampai ada sebuah hadits mengatakan bahwa ahli bid’ah itu anjing neraka. Dalam hadits yang lain Nabi saw bersabda :” Allah enggan menerima ibadat ahli bid’ah, kecuali kalau ia sudah meningalkan bid’ahnya itu”. (HR.Ibn Majah).

      Dalah hadits yang lain Nabi saw bersabda :”Barang siapa yang mengerjakan amal ibadah yang tidak kami perintahkan, maka amalnya itu ditolak” ( HR.Muslim dari ‘Aisyah ). Dan masih banyak hadits yang lain yang mengecam pembuat bid’ah.

      Agar kita tidak bingung dan tidak terjebak dalam bid’ah, perlu kita mengetahui selintas definisi bid’ah. Syeikh Izzuddin bin Abdus Salam seorang Ulama terbesar dalam lingkungan madzhab Syafi’I ( Wafat 660 H) menerangkan dalam kitabnya “Qawa’idul Ahkam”, begini : “Bid’ah itu adalah suatu pekerjaan keagamaan yang tidak dikenal pada zaman Rasulullah saw”.  Dan Imam Syafi’i pernah berkata :” Bid’ah itu dua macam, satu bid’ah terpuji dan yang lain bid’ah tercela. Bid’ah terpuji adalah yang sesuai dengan sunnah Nabi dan bid’ah tercela ialah yang tidak sesuai atau menentang sunnah Nabi” ( Fathul Bari, Juz XVII hal.10).

       Rumus yang paling mudah terkait dengan bid’ah adalah : Bid’ah adalah mengada-ada, membuat hal yang baru dalam keagamaan, yakni dalam bidang aqidah dan  ibadah mahdhoh. Dan jika terkait masalah mu’amalah, keduniaan tidak ada larangan bahkan dianjurkan oleh Islam selama tidak bertentangan dengan al-Qur’an maupun sunnah Rasul.

      Untuk itu, wahai Saudaraku, dalam melakukan tradisi-tradisi atau ritual-ritual seperti nyadran, nyekar, ziarah kubur,hendaklah jangan sampai terbalut dengan syirik . Niati berziarah kubur dan berdoa mengikuti sunnah Nabi.

      Begitu halnya tradisi yang sudah berlaku di tengah masyarakat seperti niga hari, nujuh hari, empat puluh hari dalam ta’ziyah kematian dengan membaca tahlil, yasinan, doa’, boleh dilaksanakan selama niatnya ditekankan ( taharri) pada bacaan tahlil, yasinan dan doa. Jika niatnya penekannya pada ‘niga hari, nujuh hari dstnya’ tidak dikenal dalam Islam, untuk itu masuk kategori bid’ah yang dilarang syariah Islam. Wallaahu A’lam Bisshowab.

(Penulis adalah Muballigh di Kuala Tungkal)

                                                                                  

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: