Demokrasi Lonjong

Demokrasi Lonjong

(Kemenangan FasNi dalam Pemilukada Kota Jambi)

 Oleh : H. Navarin Karim

BERDASARKAN data hasil Pleno KPUD Kota Jambi menunjukkan Simpatik unggul  di 6 kecamatan dibanding Fasni. Di kecamatan Jelutung Unggul 321 suara, di Kecamatan Kota Baru unggul 1.024 suara, di kecamatan  Pelayangan unggul 594 suara dari Fasni tapi kalah sedikit dari Fena, Kecamatan Telanaipura Unggul 2.000 suara, Kecamatan Pasar Unggul 471 dan di Danau Teluk Unggul 315 suara dari Fasni juga kalah sedikit dibanding Fena. Namun di dua kecamatan yaitu Jambi Timur dan Jambi Selatan dengan kemenangan telak FasNi  masing-masing 3.435 dan 4.389 dibanding Simpatik.

Ditinjau dari distribusi data kemenangan ini sebenarnya secara representatif, Simpatik lebih diterima masyarakat kota  karena pasangan ini dapat unggul di enam kecamatan dibandingkan FasNi. Namun karena kita menganut cara voting demokrasi barat mau tidak mau, suka tidak suka maka masyarakat di enam kecamatan di luar kecamatan Jambi Timur dan Jambi Selatan harus menerima kepemimpinan FasNi.  Masih segar dalam ingatan penulis Hizbut Tahrir sangat menolak praktek demokrasi voting ini, dia menggunakan istilah demokrasi lonjong.

Kejadian  Pemilihan Presiden secara tidak langsung  tahun 1999 anggota legislatif yang berasal dari Hizbut Tahrir walk out dari ruang sidang  DPR RI karena tidak setuju voting dilakukan. Ketika itulah terpilih Gus Dur (K.H. Abdurrachman Wahid) sebagai Presiden.   Bahkan secara ekstrem, Hizbut Tahrir membuat suatu analogi : seandainya di suatu tempat pelacuran ada pemilihan pemimpin, siapa pemimpinnya? Jawabnya sudah dipastikan adalah germonya.

Alhamdulillah pemimpin kota yang terpilih masih punya charisma, karena fakta yang tidak dapat disangkal lagi menunjukkan  FasNi secara sempurna diterima di dua kecamatan Jambi dan Jambi Selatan, karena dukungan penuh berasal dari dua kecamatan ini. Kemenangan mencolok di dua kecamatan ini kalau merujuk dalam istilah statistic dikatakan kemencengan (skewness) yaitu penyimpangan data dari nilai rata-rata. Faktor geopolitik yang sangat mendukung kemenangan Fasni, karena dua kecamatan ini adalah daerah  urban. Di kecamatan Jambi Timur beliau lebih banyak didukung oleh etnis Tionghoa dan di Jambi Selatan karena etnis Jawa yang lebih banyak memberi dukungan suaranya kepada Fasni, mengingat tokoh jawa (baca : istri Abdullah Sani adalah orang Jawa)

Masyarakat Menunggu

Masyarakat kota sebagai pemilih yang cerdas sekarang sedang menunggu janji-janji FasNi yang mengatakan: tidak menerima gaji dari pemerintah dan akan dialihkan kepada masyarakat yang membutuhkan, serta akan memosikan pegawai sesuai dengan basic dan kapabilitas yang dimiliki pegawai.

Masyarakat kota  juga sangat menunggu upaya mengatasi  kemacetan dan persoalan angso duo yang belum juga terselesaikan. Masyarakat sudah bosan dengan  aksesoris dan kosmetik politik, kandidat  membuat sedemikian rupa janji  yang manis dan  menggoda   sebelum terpilih. Masyarakat masih skeptic apakah FasNi dapat keluar dari tekanan tim sukses dan dukungan partai yang tergolong gemuk.

Pembuktian dalam waktu dekat ini akan terjawab setelah beliau dilantik nanti.  Apakah penempatan staf yang sesuai dengan basic dan kapabilitasnya, jangan pula mentang-mentang kemenangan besar diperoleh di Kecamatan Jambi Timur dan Jambi Selatan, maka akan muncul pula istilah baru lagi yaitu Enak  Memang Pegawai Kecamatan Jambi Timur dan Jambi Selatan. Jika ini terjadi, maka  siap-siap pegawai Kecamatan Jambi Timur dan Jambi Selatan memperoleh promosi jabatan sebagaimana banyak terjadi selama ini.

---------------------------------

Penulis adalah ketua Sekolah Tinggi Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (STISIP) Nurdin Hamzah Jambi dan Ketua Pelanta. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: