Lebih Dekat dengan Mahasiswa Asal Malaysia di Jambi
Suka Menu Tempoyak, Beli Makanan di Bazar Ramadhan
MENJALANKAN ibadah puasa di negeri orang sepertinya membuat seseorang harus mengikuti tradisi di negara tersebut. Itu juga yang kini dilakukan oleh mahasiswa-mahasiswa asal Negeri Jiran Malaysia yang kuliah di IAIN STS Jambi. Mereka harus menyesuaikan diri, termasuk soal menu makanan dan takjil buka puasa
DEDI AGUSPRIADI
RUMAH bercat putih tanpa pagar itu, kemarin sore terlihat lengang. Sepertinya tidak ada aktivitas di dalam rumah yang berlokasi di kawasan Pemancar, Telanaipura, Kota Jambi tersebut.
Namun demikian, dari luar sudah bisa diketahui, rumah itu bukanlah rumah yang ditempati oleh satu keluarga, melainkan sebuah rumah kontrakan atau kosan untuk mahasiswa. Di rumah inilah 10 orang mahasiswa asal Negeri Jiran, Malaysia yang kini menempuh pendidikan di IAIN STS Jambi itu bermukim.
Lokasinya yang hanya berjarak sekitar 200 meter dari kampus IAIN Telanaipura tentunya membuat kontrakan ini dilirik oleh mahasiswa asal Malaysia sebagai tempat bagi mereka untuk menghabiskan hari usai mengikuti pendidikan formal di kampus.
Kesan ramah dari si empunya rumah terlihat kentara ketika wartawan koran ini memasuki rumah berlantai satu itu. Tidak semua mahasiswa asal Malaysia yang tergabung dalam Persatuan Kebangsaan Pelajar Malaysia di Indonesia (PKPMI) berada di rumah saat disambangi koran ini. Hanya ada sekitar 5 orang, sedangkan sisanya sedang mengikuti kegiatan di luar.
Salah seorang mahasiswa Muhamd Izzu, kepada koran ini, kemarin, mengatakan, puasa di tanah rantau bukan kali pertama ini ia rasakan, namun ini merupakan kali yang kedua.
‘’Kami telah dua kali melewati bulan Ramadhan di Indonesia tepatnya di Jambi. Layaknya seperti anak-anak perantau lainnya, kita melewati bulan Ramadhan dengan hati yang gembira,” ujar Izzu.
Meskipun dua tahun harus melewati bulan Ramadan jauh dari orang tua dan keluarga tapi hal tesebut tidak membuat mereka larut dalam kesedihan, kebersamaan yang mereka ciptakan seperti, buka bareng, sholat tarawih berjamaah, dan tadarus bersama, menghilangkan rasa sedih tersebut sehingga membuat mereka lebih semangat menyongsong bulan Ramadan ini.
Lantas, bagaimana soal menu makanan? Izzu mengatakan, mereka bisa menyesuaikan dengan menu makanan yang ada di Jambi, meski di Malaysia tidak mereka temukan.
‘’Seperti anak kos lainnya, kita membeli sambal-sambal tradisional dari Bazar Ramadhan (baca Pasar Bedug, red) yang ada,’’ sebutnya dengan logat bahasa Malaysia yang kental.
Secara jujur Izzu mengakui, menu makanan tradisonal Jambi lebih enak rasanya ketimbang makanan tradisional Malaysia. Hal ini dikarenakan di Malaysia itu sendiri makanan tradisionalnya sudah banyak campuran dengan masakan ala barat.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: