Gajah Masuk Pemukiman Warga
Mulai Rusak Lahan Perkebunan
KERINCI - Perkebunan dan pemukiman warga di Desa Pungut Hilir, Kecamatan Air Hangat Timur yang berbatasan langsung dengan Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS) dirusak oleh sekelompok gajah. Tidak hanya itu kawanan gajah juga masuk ke perkebunan dan pemukiman warga di Muara Emat, Kecamatan Batang Merangin.
Perkebunan warga yang berada tepatnya didaerah Maliki yang hanya berjarak sekitar empat kilometer dari Desa Pungut Hilir kini dikuasai sekelompok gajah.
Masuknya gajah tersebut membuat warga tidak berani beraktivitas di perkebunan. Pasalnya gajah-gajah ini tidak hanya mencari makan, tapi sudah merusak rumah dan kebun milik warga.
Idris, salah seorang tokoh masyarakat Desa Pungut Hilir mengungkapkan, gajah baru diketahui berada di lahan perkebunan warga di Maliki pada Jum’at (19/7) lalu. Dia menyebutkan, gajah-gajah mengancam keselamatan masyarakat, karena sudah merusak rumah warga di perkebunan.
Menurut keterangan seorang warga, Junaidi kata Idris dia memang tidak melihat berapa jumlah gajah tersebut, tapi dari jejaknya gajah-gajah tersebut lebih dari tiga ekor. Gajah tersebut kata dia, diperkirakan masuk ke Maliki melalui perbukitan yang biasa disebut warga bukit “Villa”, diduga berasal dari Batang Tabir yang tidak jauh dari balik bukit itu.
“Saya dapat kabar dari warga yang baru kembali dari situ (Maliki, red), katanya gajah sudah merusak rumah ladang milik warga,” kata Idris.
Kepala Desa Pungut Hilir, Rustam Husin mengaku mendapat informasi adanya kawanan gajah yang masuk ke perkebunan masyarakat Desa Pungut Hilir. Gajah-gajah tersebut menurut keterangan warga sudah merusak rumah ladang milik warganya di Maliki.
“Ini sangat bahaya. Karena jarak perkebunan warga di Maliki itu tidak jauh dari Desa Pungut Hilir. Biasa warga menempuh dengan berjalan kaki dari desa ke perkebunan itu, hanya memakan waktu dua jam saja,” kata Rustam Husin.
Rustam Husin berharap, pihak Balai Besar Taman Nasional Kerinci Seblat (BBTNKS) segera melakukan pengecekan dan mengusir kawanan gajah tersebut dari Maliki. Mengingat, kawasan tersebut merupakan perkebunan masyarakat, serta sudah sangat dekat jaraknya dengan perkampungan. Bahkan, bila gajah-gajah tersebut bergerak mengikuti aliran sungai Maliki, diperkirakan dalam waktu semalam akan sampai di Muara Air Dua, Kecamatan Sitinjau Laut.
“Kalau kembali ke Batang Tabir sepertinya sulit, karena bukit “Villa” itu tinggi dan terjal. Kita cemas kalau kawanan gajah itu mengikuti aliran sungai, itu akan sampai ke persawahan warga di Batang Sangkir dan bisa jadi sampai ke Muara Air Dua,” ujarnya.
Satwa liar jenis Gajah yang masuk ke perkebunan warga Desa Pungut Hilir, belakangan diketahui hanya berjumlah sekitar enam ekor. Lima ekor merupakan gajah dewasa, dan satu diketahui masih kecil.
Kasman, salah seorang warga Pungut Hilir, Kecamatan Air Hangat Timur yang rumah di kebunnya dirusak gajah, mengaku melihat sendiri gerombolan binatang besar itu. Bahkan, pihaknya mencoba menghalau agar kerusakan tanaman dan rumah tidak meluas, hanya saja gajah-gajah tersebut sepertinya enggan meninggalkan daerah itu.
“Kurang mau lari, hanya berjalan santai saja. Kalau jumlahnya yang terlihat enam ekor, lima besar satu kecil. Tidak tahu kalau ada yang lain,” kata Kasman.
Kepala Desa Pungut Hilir, Rustam Husin menambahkan dia sudah melaporkan keberadaan gajah di Maliki wilayah Desa Pungut Hilir ke pihak Balai Besar Taman Nasional Kerinci Seblat (BB TNKS).
“Sudah saya laporkan, katanya TNKS akan menurunkan tim penghalau gajah ke lokasi,” kata Kades.
Humas BB TNKS Kerinci, Andre Ginson mengatakan akan mengirim tim untuk menghalau gajah dari perkebunan warga. Hanya saja, saat ini petugas tersebut sedang berada di Muara Emat, Kecamatan Batang Merangin dalam rangka menunaikan tugas yang sama, yakni menghalau gajah.
“Tim penghalau gajah sedang di Muara Emat, disana jumlah gajahnya lebih banyak yakni 20 ekor lebih. Kita tunggu tim pulang, nanti langsung kita terjunkan ke Pungut Hilir,” kata Humas BB TNKS.
Andre mengaku, kawanan gajah yang berada di Muara Emat tidak hanya berada di perkebunan warga, tapi sudah masuk ke pemukiman dengan menyeberangi jalan raya. Namun lanjutnya, gajah-gajah tersebut tidak mengganggu masyarakat, hanya numpang lewat saja lantaran jalan Kerinci-Merangin itu masih TNKS.
Pihaknya menduga, keluarnya gajah dari kawasan TNKS, besar kemungkinan menghindari pemburu. Hal itu kata dia, seperti yang terjadi di Aceh beberapa waktu lalu, gajah yang dibunuh diambil gadingnya.
“Gajah itu selalu berkelompok, sangat jarang menyendiri. Jika ada, itu pertanda gajah itu sedang tersesat,” ujarnya.
(Dik)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: