>

Semester I, Berlanja Iklan Naik 25 Persen

Semester I, Berlanja Iklan Naik 25 Persen

JAKARTA-Menjelang pemilihan umum (Pemilu) 2014, para kandidat dari

partai politik pun mulai berlomba-lomba mengenalkan diri kepada masyarakat melalui media iklan. Pada pertengahan tahun ini tercatat belanja iklan pemerintah dan partai politik memberi kontributor

terbesar. Sehingga belanja iklan media pada semester pertama ini naik 25 persen dibanding periode yang sama tahun lalu. Berdasarkan survei yang dilakukan lembaga independent Nielsen Indonesia pada semester I ini belanja iklan mencapai Rp 51,2 triliun. Nilai itu naik 25 persen dibanding peride yang sama tahun lalu yakni Rp 40,9 triliun. Kontribusi terbesar yakni iklan pemerintah yakni mencapai Rp 2,72 triliun atau naik 56 persen dibanding tahun lalu.Ketua Persatuan Perusahaan Periklanan Indonesia (P3I) Harris Thajeb berkata, menjelang Pemilu 2014, saat ini belanja iklan untuk kampanye sudah dimulai. Pada momen seperti itu agen iklan lebih mendahulukan iklan pemerintah dibanding iklan lainnya karena  nilainya sangat besar dan intensitasnya tinggi.  \"dan dipastikan itu akan semakin meningkat hingga akhir tahun. Kami akan manfaatkan ini untuk mencapai target tahun ini,\" jelasnya saat dihubungi pada Jawa Pos. Tahun lalu belanja iklan mencapai Rp 119 triliun atau naik 22 persen dibanding 2011. Tahun ini P3I memprediksi belanja iklan bisa tembus Rp 124 triliun. Setelah iklan pemerintah, kategori iklan yang mendominasi yakni produk dan jasa telekomunikasi (Rp 2,26 triliun), produk perawatan rambut (Rp 2,19 triliun), iklan CSR perusahaan (Rp 2,15 triliun), rokok (47 persen), serta produk kopi dan teh (Rp 1,62 triliun). Dari data tersebut Harris mengungkapkan, terdapat penurunan nilai pada beberapa produk seperti iklan telekomunikasi dan rokok. Dia memperkirakan penurunan itu diakibatkan oleh regulasi pemerintah.

            Seperti yang diketahui pada Januari 2013 lalu pemerintah telah mengeluarkan PP Tembakau. Dalam beleid tersebut membatasi iklan rokok, sehingga produsen rokok mulai mengurangi budget iklan di media televisi. Sedangkan untuk produk dan jasa telekomunikasi, Maret lalu Kementerian Komunikasi dan Informasi telah mengeluarkan guidance perusahaan telekomunikasi dalam beriklan. \"Meskipun masih menjadi sektor terbesar belanja iklan, iklan telekomunikasi mengalami tren penurunan sekitar 10 persen,\" katanya. Sedangkan menurit jenis medianya, iklan di media televisi berkontribusi sekitar 68 persen lalu diikuti oleh media cetak sekitar 30 persen. Secara nilai iklan di media cetak khususnya koran naik 15 persen atau mencapai Rp 15,5 triliun. Harris mengatakan, ditengah perkembangan media online, kepercayaan perusahaan terhadap media koran masih sangat besar. \"Koran dan televisi masih menjadi media utama yang dianggap efektif dalam berpromosi. Sedangkan media digital masih banyak yang belum yakin apakah itu cukup ampuh dalam strategi marketing,\" katanya. Dia menambahkan iklan di media digital tumbuh 100 persen per tahun, tapi tetap belum bisa mengejar iklan di media koran dan televisi.

(uma)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: