Membaca Slogan Cabup: Sebuah Analisis Pragmatik

Membaca Slogan Cabup: Sebuah Analisis Pragmatik

(Catatan Untuk Pilkada Kerinci)

Oleh: Amri Ikhsan

 

Salah satu unsur terpenting  dan menjadi icon pasangan dalam pilkada adalah tagline atau slogan. Slogan tidak hanya  menjelaskan  keberadaan pasangan itu tetapi meyimpulkan pesan keseluruhan yang hendak dikomunikasikan kepada masyarakat. Slogan berperan besar dalam ‘mengetuk’ pintu hati publik untuk berpaling kepada pasangan itu dan menjadi alat dan inspirasi masyarakat dalam menentukan pilihan.

Slogan membantu pemilih menerjemahkan program yang akan dilakukan pasangan itu jika pasangan itu menang dalam pilkada sekaligus menunjukan karakter, kepribadian, sikap  dari pasangan itu. Kekuatan utama tagline  terletak pada pilihan kata, serta penggarapan kreatif tata letaknya dan tampilan yang dikemas dengan bahasa membumi, kontekstual, dan ‘gaul’ yang memberikan informasi yang positif yang dapat mengubah pola pikir, sikap, dan perilaku yang dapat menyadarkan masyarakat dan mempengaruhi proses penentuan pilihan masyarakat dalam pilkada.

Tulisan ini ‘mencoba’ menganalisis slogan para cabup Kerinci secara pragmatik bukan secara politik dan bukan bermaksud menilai atau mempengaruhi masyarakat untuk memilih pasangan tertentu. Kalau ada analisis yang ‘terkesan’ menilai, indikatornya ilmu pragmatik bukan ilmu politik.

Pertama, pasangan nomor urut 1, Dasra-Madin: Damai, oke. Pro-rakyat, yes. Secara sintaksis, slogan ini berisi kata-kata  benda dan mencoba meniru ungkapan yang pernah disampaikan Cak Nur: Islam Yes, Politik No, yang satu positif yang lainnya negatif, tapi dalam slogan ini semua elemen positif. Tetapi secara pragmatik, tuturan ini menginformasikan kepada publik, adanya keinginan pasangan ini akan suasana ‘damai’ dan berpihak kepada rakyat. Tuturan ini memiliki implikatur bahwa ‘suasana’ sekarang ‘belum’ damai dan belum berpihak kepada rakyat.

Kedua, pasangan nomor urut 2, Adirozal-Zainal: Untuk Kerinci Lebih Baik. Tuturan ini secara pragmatik merupakan sebuah ‘harapan’ untuk masyarakat akan suasana yang lebih baik. Ini mengimplikasikan sebuah pengakuan bahwa Kerinci hari ini ‘baik’ dan pasangan ini akan berjuang untuk lebih baik.

Ketiga, pasangan nomor urut 3, Murasman - Zubir: Ayo, Lanjutkan, Menuju Kerinci Lebih Sejahtera. Pasangan petahana selalu memulai dengan tuturan, “lanjutkan”,. Pasangan ini tentu saja mengharapkan apa yang sudah dilakukan bisa diteruskan. ‘Untuk Kerinci  Lebih Sejahtera’ merupakan bentuk info bahwa Kerinci hari ini sudah sejahtera dan membuka mata publik bahwa sejahtera belumlah cukup, dan berjuang supaya masyarakat Kerinci lebih sejahtera dari sekarang.

Keempat, pasangan Sukman - Sartoni: saatnya membangun Kerinci baru. Tuturan mengklaim bahwa Kerinci harus membangun ‘sesuatu’ yang baru. Ini mengimplikasikan yang dibangun pada saat ini melanjutkan ‘bangunan’ yang sudah ada. Saatnya Kerinci membangun sesuatu yang baru, melakukan ide yang baru.

Kelima, Pasangan Rahman - Nopantri:  MAPAN:  maju peduli akan negeri, lebih memahami Kerinci. Ini satu satunya pasangan yang ‘memuji’ dirinya sendiri dan ‘memaksakan’ inisial nama pasangan sebagai slogan. Ada dua adjectiva dalam slogan ini: maju dan peduli. Dan ini merupakan klaim bahwa pasangan ini ‘berpikiran’ maju dan pasangan yang peduli dengan Kerinci. Pasangan ini juga mendeklarasikan bahwa mereka merupakan pasangan yang paham akan situasi Kerinci. Diyakini untuk membangun suatu daerah terlebih dahulu memahami daerah itu.

Keenam, Pasangan Irmanto - Idrus: Niat kami ikhlas dan jujur untuk memimpin Kerinci dan telah teruji dan terbukti dalam membangun Kerinci. Slogan ini ‘meminjam’ bahasa ‘petahana’ yang sedang memimpin. Pasangan yang slogannya ‘agak’ panjang dan juga memuji diri sendiri: sudah teruji dan terbukti.

Dari slogan diatas, kebermaknaan dan keberterimaan masyarakat sangat tergantung pada kohesi dan koherensi slogan itu. Kohesi dan koherensi dapat menjadikan slogan bermakna, memiliki ide atau informasi yang ingin disampaikan ke publik dan memberi pembelajaran yang positif. Koherensi (Kepaduan Makna ) berhubungan dengan apakah slogan itu berhubungan dengan ‘kebutuhan’ rakyat, kohesi (Keterpaduan Bentuk )berhubungan dengan apakah slogan itu bisa dicerna oleh masyarakat dengan cepat.

Yang perlu diperhatikan: (1) apakah slogan itu berhubungan dengan konteks pembicaraan (kondisi masyarakat Kerinci); (2) apakah slogan itu ‘cocok’ dengan waktu, tempat, topik, peristiwa yang sedang terjadi di Kerinci; (3) apakah slogan itu berbanding lurus dengan latar belakang pengetahuan masyarakat Kerinci (konteks epistemis); (4) apakah slogan itu sesuai dengan tuturan yang biasa dituturkan oleh masyarakat Kerinci.

Berhubungan dengan konteks maka akan timbul pertanyaan apakah benar masyarakat Kerinci pada hari ini perlu ‘damai’, sesuatu yang lebih baik, sesuatu yang lebih sejahtera, membangun Kerinci baru, sesuatu yang mapan atau yang sudah teruji.  

Dari slogan ini, disimpulkan (1) tak satu pun slogan yang berkalimat lengkap seperti slogan SBY: Bersama Kita Bisa atau slogan Barack Obama: Change We Believe; (2) dari tuturan, tidak ada slogan yang menunjukkan sebuah aksi, wacana yang diberikan ‘hanya’ menggambarkan dan mendeskripsikan’ Kerinci kedepan (konstantif) bukan apa yang harus dikerjakan kedepan (performatif);  (3) tidak ditemukan slogan yang menonjolkan kebersamaan, seperti, mari kita membangun...dsb.

Jadi, masyarakat harus lebih kritis dalam memahami makna slogan para calon. Karena slogan yang diekspos belum tentu mencerminkan bagaimana jati diri calon. Sehingga, untuk dapat memahami para calon tersebut, slogan salah satu alternatif mengenal kepribadian dan sikapnya. Apakah mereka memiliki kapasitas untuk mewujudkan apa yang mereka katakan atau mungkin slogan itu hanya dibuat-buat hanya untuk menarik simpati dan perhatian masyarakat. Kita Tunggu! Bagi masyarakat Kerinci, Selamat ‘mencari’ pemimpin!

*) Pemerhati Pendidikan, Guru MAN Muara Bulian, Anggota PELANTA

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: