Figur Cagub Memanas

Figur Cagub Memanas

Oleh : Suwardi

PEMILIHAN Gubernur Jambi memang sejatinya baru akan dihelat dua tahun lagi (baca : 2015). Namun, sejumlah tokoh baik berasal dari kalangan birokrasi, pengusaha, tokoh masyarakat sudah banyak yang digadang-gadang untuk bisa bertarung memperebutkan kursi BH 1. Meski ada yang masih malu-malu, ada juga yang telah berterus terang untuk maju dalam Pemilihan Gubernur Jambi Mendatang. Mereka diantaranya adalah HBA (gubernur saat ini), Usman Ermulan, Cek Endra, Sarkawi dan sederet nama beken lainnya.

Perebutan kursi panas Gubernur Jambi kian santer terdengar di telinga masyarakat, dan menjadi diskusi terbuka di ruang publik. Ditengah perdebatan dan diskusi tersebut, terucap pertanyaan, apakah Hasan Basri Agus dan Fachrori Umar masih memantapkan hati maju sebagai sejoli dalam Pemilihan Gubernur Mendatang ? dan siapakah yang akan mampu mengimbangi popularitas HBA saat ini yang masih berada di puncak kekuasaannya dengan program unggulannya Samisake (Satu Miliar Satu Kecamatan) ?.

Pertanyaan pertama, yang mampu menjelaskannya adalah HBA sendiri. Meski selama duet kepemimpinannya tidak ada persoalan politik sama sekali dan bagi-bagi prioritas kerja pun tidak pernah terkuak masalah. Tetap saja, hemat penulis, HBA memiliki kalkulasi politik tersendiri untuk dapat melanggengkan kekuasaannya pada periode kedua.

Terlebih lagi, Gubernur yang sempat dijagokan sebagai kader Demokrat potensial untuk menduduki kursi Ketua Umum Demokrat menggantikan Anas Urbaningrum yang terjerat kasus Megaproyek Hambalang itu, menghadapi tantangan yang tidak kecil untuk mampu mempertahankan kursi kekuasaannya. Mengingat dari beberapa Pilkada yang dihelat di Kab/Kota di Jambi menunjukkan trend yang sama, yakni incumbent  selalu kalah dari rivalnnya. Terakhir sekali adalah kekalahan Bambang dan Sum Indra terhadap Fasya dalam Pilwako Jambi.

 

Kemampuan Finansial

Pemilukada Pasca reformasi memang memerlukan cost yang tidak sedikit, dan bahkan untuk Pilkada Kepala Daerah Kabupaten Kota saja bisa mencapai angka sampai dengan Rp. 25 M bahkan lebih, meski jumlah dana yang dilaporkan kepada KPUD hanya berkisar antara puluhan hingga ratusan Juta. Namun, realitas anggaran kampanye dan sosialisasi melebihi data rill yang diumukan. Meski Jumlah cost yang sebenarnya tidak sebanding jika harus menerima Gaji sebagai seorang Bupati dan Walikota. Oleh karenanya perhelatan Pemilihan Gubernur pun terkadang menjadi ajang unjuk kekuatan dan analisa jalanan, siapa yang kaya dan banyak uang dia yang menang.

Meski kalimat terakhir tersebut tidak bisa dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Menjadi suatu hal yang niscaya pada era Reformasi saat ini ketika Pemilukada membutuhkan banyak uang untuk mobilitas, dan terlepas dari kegiatan Money Politics.

Akhirnya penulis, ingin menyampaikan jika tulisan opini ini merupakan wacana di lintas ruang publik dan media serta diskusi lintas masyarakat awam. Selain itu, penulis, bukan penggemar Zumi Zola di tataran entertaint karena penulis sendiri tidak terlalu hobi dengan sinetron,  tidak pula bagian dari komunitas pengagum Zumi Zola. Namun, Penulis ingin menghidupkan wacana kepemimpinan Daerah, sehingga jangan terkooptasi pada satu individu penguasa, tidak juga pada golongan tua yang sudah selayaknya menjadi guru bagi pemimpin dan pemuda Jambi mendatang.

Bagaimanapun juga kekuatan kendaraan politik, finansial, figur masih menjadi alat ukur keberhasilan politik pascareformasi. Pada akhirnya, pemilik mandat dan kedaulatan demokrasi (baca : rakyat) tertinggilah yang akan menentukan siapa pemimpin yang layak untuk jadi pemimpin dan memimpin Bumi Sepucuk Jambi Sembilan Lurah, Batangnyo Alam Rajo. Sekali lagi penulis ungkapkan Zumi Zola Figur potensial pengganti HBA, layak diperhitungkan dan menjadi bahan disksui untuk suksesi kepemimpinan di Jambi. Wallahu a\"lam

Suwardi adalah Wakil Direktur dan Peneliti Ekonomi – Politik Forum for Studies of Islamic Thought and Civilization. Anggota PELANTA (NIA. 20130729)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: