>

Kader Parpol Potensial Rebut Gubernur

Kader Parpol Potensial Rebut Gubernur

Sekretaris DPW PAN Provinsi Jambi, Saipul Azwar saat ditanyakan soal Pilgub, menyatakan, PAN saat ini masih focus untuk menghadapi Pemilu 2014. “Sekarang kita masih focus Pileg, setelah itu baru tahu hasilnya bagaimana. Menangkan partai terlebih dahulu baru bicara Pilgub,” sebutnya.

Dikatakan Saipul, bagi kader yang mau maju siklahkan untuk melakukan sosialisasi kemasayarakat. Termasuk juga Zumi Zola yang sudah disebut-sebut bakal menjadi salah satu kandidat dalam pesta demokrasi tersebut.

“Bagi kader PAN yang ada niat untuk maju silahkan sosialisasi. Termasuk juga Zumi Zola, tetapi jangan sampai menggangu tugasnya sebagai kepala daerah. Soal Zumi Zola mau maju belum ada pembicaraan resmi, hanya sebatas komunikasi biasa saja diinternal partai,” katanya.

PDIP seperti juga masih enggan terburu-buru untuk membicarakan soal Pilgub Jambi 2015 tersebut. Alasannya, saat ini masih focus dengan Pemilu dan Pilpres 2014 yang sudah tidak berapa lama lagi. “Sekarang kita masih focus untuk konsolidasi menghadapi Pemilu dan Pilpres 2014,” tuturnya.

Sedangkan untuk Pilgub Jambi, akan dibahas setelah Pemilu 2014. Karena hasil Pemilu tersebut akan menjadi tolak ukur bagi PDIP untuk menghadapi Pilgub.

“Kita punya banyak kader potensial untuk maju di Pilgub, tapi kita masih akan melihat sejauh mana pilihan masyarakat terhadap PDIP. Kita punya Syafrial, Ichsan Yunus, kita juga bisa dorong Khafid Moein, Abdullah Sani dan banyak lagi kader potensial lainnya,” imbuhnya.

Pengamat Politik Jambi, Jafar Ahmad mengatakan, pada Pilgub 2015 mendatang, jika dilihat dari dinamika politik kemungkinan Demokrat akan maju dengan menjagokan HBA. Kemudian PAN yang pernah berkuasa periode sebelumnya juga akan maju, disini ada Zumi Zola.

“Kekuatan besar ada didua ini, HBA didukung mayoritas pada Pilgub 2010 kemarin. Sedangkan Zumi Zola diwakili oleh Zulkifli Nurdin juga didukung mayoritas pada 2005 lalu. Jadi kelompok besarnya ada pada ini,” sebutnya.

Sedangkan untuk figur lainnya, dengan waktu yang sudah tak sampai dua tahun, waktunya sudah mepet untuk melakukan sesuatu gebrakan yang luar biasa. Kalau tidak bisa untuk melakukan sesuatu yang luar biasa kemungkinan besar itu susah terdongkrak.

“Karena sudah jauh kalah dengan popularitas HBA dan Zumi Zola. Dua ini sudah terlalu kuat dimata public bahwa mereka akan maju. Kalau mau menjadi nomor satu, selain HBA dan Zumi Zola berdasarkan logika politik itu susah mendapatkan popularitas yang tinggi kalau tidak mampu membuat sesuatu yang luar biasa,” katanya.

Dirinya justru melihat, kalau figur lainnya mau menjadi orang nomor dua akan memiliki pengaruh. “Jadi berdasarkan teori analisis politik yang kami punya, HBA dan Zumi yang akan bertarung,” cetusnya.

Soal belum ada yang memberikan kepastian untuk maju, memang diakuinya untuk maju itu tidak harus selalu bilang maju, malahan kadang bilang tidak maju bisa lebih popular. “Itu bisa menjadi semacam retorika untuk menunggu momentum kapan ia menyampaikan soal kepastian dirinya untuk maju,” tukasnya.

Jafar melihat, jika HBA tidak maju, hampir dipastikan Zumi Zola tidak akan memiliki lawan yang tangguh. Demikian juga sebaliknya, jika Zumi Zola tidak maju maka HBA tidak aka nada lawan yang tangguh.

Mengenai waktu sosialisasi yang sudah relativ singkat, bagi mereka yang sudah sangat popular itu tidak masalah. Yang paling penting bagaimana orang dikenal dahulu, yang dikenal banyak orang sekarang yaitu HBA dan Zumi Zola.

Meski demikian, pekerjaan yang agar berat ada pada HBA selaku incumbent. Karena persoalan keberhasilan pembangunan, jika gagal, kegagalan ini hanya ditimpa kepada Gubernur.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: