Polri Tarik Air Gun dari Peredaran

Polri Tarik Air Gun dari Peredaran

Lulusan Akpol Tak Minat Jadi Intel

       JAKARTA - Persoalan peredaran airsoft gun dan air gun menjadi bahasan dalam rapat tertutup antara Baintelkam Polri dan Kompolnas, kemarin (2/10). Penyebabnya, tidak lain kasus penembakan polisi yang marak belakangan. Salah satu kesimpulan Kompolnas dari bahasan tersebut adalah lemahnya intelijen kepolisian.

                Kabaintelkam Suparni Parto mengungkapkan, saat ini masih ada sekitar 8.700 senjata berupa airsoft gun dan air gun yang beredar. Dua jenis senjata itu beredar di kalangan olahragawan menembak. Sebab, untuk memilikinya memerlukan izin. \"Senjata (air gun) itu sudah masuk kategori senpi, dan sudah ada Perkapnya,\" kata Suparni setelah rapat.

                 Selebihnya, sekitar 10 ribu senjata berjenis sama telah ditarik dan digudangkan. Untuk saat ini, pihaknya masih kesulitan mencegah masuknya kedua jenis senjata itu ke Indonesia. Sebab, Bea Cukai masih menganggap senjata tersebut sebagai mainan sehingga dapat dengan mudah lolos masuk ke Indonesia.

                Anggota Kompolnas M. Nasser memiliki penilaian berbeda. Selain masalah peredaran senpi, ada satu persoalan yang dilupakan Polri terkait maraknya penembakan polisi. Persoalan itu tidak lain lemahnya intelijen. Lemahnya intelijen membuat kemampuan deteksi dini Polri menjadi tereduksi.

                Menurut Nasser, satuan intelijen kepolisian saat ini sangat kurang mendapat perhatian dibandingkan fungsi lain seperti reserse dan lalu lintas. Alhasil, kinerjanya pun menurun. \"Intelijen ini sebaiknya diberi porsi anggaran, SDM, dan sarana prasarana yang memadai sehingga komunitas intel polisi berkembang dengan baik,\" ucapnya.

       Hal senada disampaikan anggota Kompolnas lainnya, Edi Saputra Hasibuan. Sebagai gambaran, dia menyebut minat calon anggota polisi untuk menjadi intel sangat rendah. \"Dalam catatan kami, ketika mereka mau lulus Akpol, ketika ditawari jadi intel, nyaris tidak ada yang mau menjadi intel,\" ucapnya. Akhirnya, intelijen pun terpaksa menggunakan stok SDM yang ada saat ini meski tidak maksimal.

       Terpisah, Wakapolri Komjen Oegroseno juga mengakui rendahnya minat para taruna Akpol untuk menjadi intel kepolisian. \"Mungkin indikasi itu ada. Kalau lulus akpol ditanya siapa yang mau jadi intel, pasti angkat tangannya ragu-ragu,\" ujar Oegros saat ditemui di kantor Kompolnas kemarin.

       Namun, jika ditanya siapa yang ingin menjadi reserse atau polantas, semua berebut. Itulah yang menurut Oegros masih dicari penyebabnya. Dia dan timnya masih mencari tahu faktor apa yang membuat calon polisi ogah menjadi intel.

       Bahkan, saat ini Oegros sedang mencoba kemungkinan para polisi muda itu diposkan di semua bidang. \"Jangan saat Ipda di lalu lintas sampai pensiun jadi polantas,\" tambahnya. Mereka secara berkala bisa dipindahkan ke satuan reserse, intel, sabhara, atau satuan lainnya. Suatu saat, akan ketahuan di mana bakat polisi itu.

(byu/agm)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: