Harga Sawit Belum Stabil
Disbun Tak Bertaji, di Pasaran Lebih Rendah
JAMBI - Meskipun mengalami peningkatan dalam pekan-pekan terakhir, namun harga buah sawit tetap rentan anjlok. Karena harga komoditas perkebunan primadona Jambi ini sangat tergantung dengan perekonomian dunia. Sedangkan kondisi perekonomian dunia saat ini tak menentu.
“ Tapi, saat ini memang naik, hanya belum signifikan,” ujar Sekretaris Gabungan Perusahaan Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) Jambi, Nasrul Hadi saat dihubungi kemarin (13/10).
Ia menambahkan, ini merupakan hal yang biasa dialami oleh pebisnis sawit. Namun yang sedikit menjadi kendala saat ini yakni tentang peremajaan lahan yang akan berdampak terhadap kurangnya stok Crude Palm Oil (CPO).
“Di Jambi saat ini sudah cukup banyak lahan kelapa sawit harus diperbaharui. Ini cukup menjadi salah satu masalah bagi pabrik dimana akan terjadi kekurangan stok CPO,” ujarnya.
Dari data yang dirilis oleh Dinas Perkebunan Provinsi Jambi harga TBS untuk periode 10 Oktober alami peningkatan dari harga Rp 1.675 menjadi Rp 1.683. Sedangkan harga rata-rata crude palm oil (cpo) ditetapkan Rp 7.706.81 dan harga rata-rata inti sawit Rp 3.855.28. Untuk indeks “K” yang digunakan hasil analisis tim penetapan harga TBS adalah 89,16 persen.
“Nampaknya belum akan ada perubahan yang signifikan hingga akhir tahun. Sedangkan permintaan dari luar masih begitu-begitu saja,” tambahnya.
Sementara itu, pengamat ekonomi Jambi Dr Pantun Bukit berpendapat, meskipun perlahan harga akan sawit terus alami kenaikan. Namun masih ada disparitas atau perbedaan harga antara ketetapan Disbun dengan harga di pasaran.
“Terjadi ketimpangan harga jika dilihat harga petani dengan harga yang ditetapkan oleh Disbun,” ungkapnya.
Selain itu, sebenarnya kalau dilihat kondisi harga sawit di pasar internasional sudah mengalami perbaikan. Termasuk untuk permintaan CPO. Namun sayangnya meskipun sudah alami peningkatan harga ditingkat petani belum ada kenaikan yang signifikan. Jadi mungkin pemerintah terkait harus terus memantau hingga perkembangan dari tingkat petani, sehingga petani tidak terlalu dirugikan.
Ia menambahkan, dalam pengamatannya selama 3 tahun terakhir, di akhir tahun harga tbs selalu alami penurunan ketika memasuki bulan november dan desember.’’ Padahal, permintaan akan produk-produk olahan minyak sawit seperti minyak goreng dan juga margarin akan alami peningkatan di akhir tahun,’’ tuturnya.
(run)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: