Jenazah TKI Jambi Dikirim
Gara-gara Merampok di Malaysia
JAMBI – Tiga jenazah Tenaga Kerja Indonesia (TKI) asal Jambi yakni Hendra Rozak (35), Mohd. Anuar (39), dan Acun Risky Saputra (26) dikirim ke Jambi. Mereka ditembak oleh polisi diraja Malaysia gara-gara merampok nasabah bank.
‘’Ketiga jenazahnya sudah kita kirim ke Jambi,\" ungkap Dino Nurwahyudin Koordinator Fungsi Konsler dan Ketua Satgas Perlindungan WNI Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Malaysia.
Hanya saja pihak Polda Jambi belum mendapat laporan terkait pengiriman jenazah tersebut. Kabid Humas Polda Jambi, AKBP Almansyah menyatakan itu. ‘’Kita nggak tahu, karena belum dapat laporan,’’ tukasnya.
Sementara itu, baru-baru ini juga terjadi penembakan terhadap TKI asal Batam. Penembakan empat Tenaga Kerja Indonesia (TKI) oleh Polisi Diraja Malaysia (PDRM) di Blok B-15-7 Ampang Hilir Pinggiran Jalan Ampang Putra, Kuala Lumpur, Malaysia, Jumat (11/10) siang lalu dianggap janggal oleh keluarga korban.
Keluarga Besar warga Sumbawa Nusa Tenggara Barat (NTB) di Batam berkumpul di Pertokoan Ruko Sevare, persis di belakang BCA, Jodoh untuk menanggapi penembakan itu. Isak tangis isteri korban menghiasi pertemuan itu, apalagi setelah melihat foto suami serta keluarga mereka yang tewas mengenaskan.
Pihak keluarga meminta pemerintah mengusut tuntas kasus penembakan yang menyebabkan empat orang TKI tewas yakni Wahyudi,28, Iknoriansyah ,25, Hery Setiawan ,33, dan Hafat,44,.
\"Suami saya bukan perampok, kalau dia (Hery Setiawan) merampok keluarga kami sudah kaya, punya rumah dan mobil sendiri,\" ungkap Nurhadiyah isteri Hery Setiawan ditemui di Pertokoan Ruko Sevare, Jodoh, Minggu (13/10).
Namun lanjut Nurhadiyah keluarganya hingga kini masih tinggal di rumah kontrakan Perumahan Mangsang Blok C 8 Nomor 2, Tanjung piayu.\"Makan saja kami susah,\"ungkap wanita berkerudung ini.
Karena itu Nurhadiyah tidak menerima suaminya dituduh merampok dan ditembak mati pihak PDRM.
\"Kami meminta pemerintah membantu pengusutan kasus ini hingga jelas dan terang benderang. Suami saya tulang punggung keluarga kami, siapa yang akan memberi makan saya dan kedua anak saya,\"ungkapnya sambil meneteskan airmata.
Menurut pengakuan Nurhadiyah suaminya itu memang sering pulang pergi Malaysia-Batam.\"Bukan merampok tapi mencari nafkah sebagai kuli di perkebunan Sawit Malaysia, sebulan pergi kemudian balik lagi ke Batam,\" ungkapnya.
Terakhir , suaminya itu pergi ke Malaysia 28 September 2013 menggunakan paspor pelancong bukan pekerja. \"Satu hari sebelum insiden penembakan suami saya telepon sekedar menanyakan kabar anaknya,\" ungkapnya.
sehari kemudian, Sabtu (12/10) malam ketika dirinya menonton siaran TV Malaysia, melihat berita tentang penembakan suaminya atas tuduhan perampok. \"Dari berita itu saya tau suami saya ditembak PDRM atas tuduhan perampokan,\" bebernya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: