>

Pembangunan Sub Sektor Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten Tebo

Pembangunan Sub Sektor Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten Tebo

MEMASUKI usia ke 14  Kabupaten Tebo  pada Tahun 2014 ini , dan  tahun ke 2 pemerintahan Sukandar –Hamdi sebagai Bupati dan Wakil Bupati Tebo, pembangunan di sub sector pertanian tanaman pangan tetap menjadi  prioritas  dalam upaya peningkatan kesejateraan masyarakat Tebo sesuai dengan Visinya yaitu menuju Masyarakat Tebo Sejahtera, Aman, Harmonis dan Merata.

Menyadari bahwa sebagian besar petani di Kabupaten Tebo ini  mengandalkan hasil pertaniannya dari subsector perkebunan ( Karet/Sawit ) sedangkan tanaman pangan  khususnya untuk penanaman padi sawah dan padi ladang  pada beberapa tahun belakangan ini mengalami penurunan  luas tanamnya.

Maka Dinas pertanian  tanaman pangan  yang saat ini dipimpin oleh Ir. Sarjono  diharapkan dapat membuat terobosan terobosan baru dalam rangka meningkatkan  ketahanan pangan Kabupaten Tebo, mengingat  kontribusi petani  di Kabupaten Tebo baru mampu memenuhi  45 % kebutuhan beras  masyrakat  Tebo   yang setiap tahunnya memerlukan beras  36.000 ton.

Disisi lain program pemerintah pusat melalui  Program P2BN  ( Peningkatan Produksi Beras Nasional ) yaitu tercapainya  surplus beras 10 juta ton pada Tahun 2014  serta  program pemerintah propinsi Jambi  dalam mewujudkan Jambi Emas  Tahun 2015 yang diharapkan  tercapainya produksi padi 1 juta ton tahun 2015.

Ini menjadi  tantangan dan pemacu bagi peningkatan kinerja dinas pertanian tanaman pangan.  Ir. Sarjono  yang ditemui dilapangan saat melakukan penanaman  untuk kedua kalinya  ( IP 200 ) di hamparan sawah kelurahan sungai Bengkal  seluas 60 ha  oleh kelompok tani Penggentingan.

“Tentunya capaian program nasional maupun propinsi Jambi tersebut  menjadi tantangan  yang harus diupayakan secara maksimal dapat direalisasikan. Namun demikian  untuk mencapai keberhasilan peningkatan produksi beras ini tidak hanya menjadi tanggung jawab  ataupun beban kerja dari Dinas pertanian  tanaman pangan saja, tetapi juga  diperlukan kontribusi dan koordinasi yang baik dari dinas/instansi terkait secara vertical, horizontal serta stake holder terkait dan yang paling utama adalah pelaku petani itu sendiri,” katanya.

“Kita akan sia sia bekerja  dan sia sia juga pemerintah menggaji  kami  apabila  peran dari petani itu sendiri tidak ada, maka dalam melaksanakan pekerjaan ini kita harus memandang bahwa petani itu adalah mitra kerja utama kita  dalam mewujudkan  seluruh program disektor pertanian , khsusnya dalam meningkatkan kesejahteraan petani itu sendiri,”  ujarnya.

Pada  beberapa tahun   belakangan ini dikatakannya   terjadi penurunan luas tanam padi sawah maupun padi ladang yang berpengaruh pada peningkatan produksi beras. Hal ini tidak terlepas dari pengaruh  ditiggalkannya lahan sawah karena petani lebih mengandalkan hasil perkebunan yang memang menjanjikan serta masuknya industry perkebunan swasta yang memerlukan tenaga kerja harian lepas  dari masyarakat desa.

Seperti yang terjadi di desa Penapalan dan Mengupeh sehingga mereka menelantarkan sawahnya. Disamping itu kebiasaan petani  yang menanam padi hanya sekali setahun  di daerah non irigasi teknis  yang sebenarnya  masih dapat diupayakan penanaman dua kali atau dikenal  dengan optimasi lahan. “Tantangan kedepan kami  tahun 2014 nanti adalah bagaimana  dapat  merealisasikan  adanya penanaman kembali pada  sawah sawah yang telah lama ditinggalkan petani yang jumlahnya ratusan hektar, yaitu di desa Semabu, Kandang, Sungai Keruh, Penapalan dan desa ,Badaro Rampak,” ujarnya.

“Juga mengupayakan  adanya peningkatan intensitas pertanaman padi dari hanya sekali setahun menjadi dua kali setahun  pada lahan lahan sawah yang berpotensi untuk  dioptimalkan, Alhamdulillah  pada tahun ini seperti yang anda lihat sendiri  pada lahan sawah kelompok tani penggentingan kelurahan Sungai bengkal ini  akan kita lakukan penanaman untuk kedua kalinya, biasanya disini hanya sekali setahun. Saya dan pak camat serta seluruh kabid serta  sekretaris dinas  saya ajak  untuk bersama petani turut menanam langsung padi disawah, hal ini dimaksudkan agar kita dapat merasakan langsung bagaimana  susah payahnya petani untuk mencukupi kebutuhan pangan kita, dengan demikian  InsyaAllah menjadi motivasi diri untuk meningkatkan kinerja sesuai tupoksi masing masing,” lanjutnya.

Luas sawah di Kabupaten Tebo  tidak kurang dari 5000 ha, sementara itu masih terdapat beberapa ribu hektar lagi yang  berpotensi untuk dijadikan sawah. Oleh kerana itu, adanya bantuan dari pusat untuk dana cetak sawah  masih terus diharapkan, tahun 2012  Tebo mendapat kegiatan cetak sawah seluas  300 hektar. 2013 ini 100 ha, pada Tahun 2014 nanti sudah dialokasikan  untuk  200 ha.

Adapun cetak sawah baru dilaksanakan  pada  calon sawah yang  petaninya siap untuk  melakukan penanaman sesuai dengan luas lahan yang  diajukan, dan mereka /setiap petani  membuat pernyataan  bermaterai bahwa mereka tidak akan mengalih fungsikan lahan yang telah menjadi sawah menjadi lahan peruntukan lainnya.

“Semangat  Kabupaten Tebo untuk mampu berswasembada beras  terus  kita sosialisasikan  kepada masyarakat  petani di pedesaan/ Kelurahaan. Untuk itu  keberadaan dan difungsikannya sawah yang telah ada secara optimal. Serta adanya penambahan  luas baku lahan sawah baru  merupakan upaya kerja keras yang  perlu dukungan  dari dinas instansi terkait lainnya, tokoh masyarakat, tokoh adat, alim ulama dan yang paling utama adalah partisipasiaktif daripetani  itu sendiri,” ujarnya.

“Dan  untuk pengamanan agar  ketahanan pangan kita dapat berkelanjutan, kita memerlukan  aturan  hukum berupa Peraturan Daerah ( Perda) yang mengatur larangan  alih fungsi lahan pertanian guna mendukung  keberadaan lahan pangan berkelajutan, InsyaAllah Rancangan Perda  tersebut  sedang  diproses  di DPRD Tebo,” pungkasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: