Buah Naga Merah Komoditi Rintisan Prospektif Dikembangkan di Kabupaten Tebo
SALAH satu komoditi hortikultura yang tengah di kembangkan di kabupaten Tebo adalah buah Naga Merah ( Hylocereus polyrhizus ). Menurut Ir. Sarjono selaku kepala Dinas Pertanian Kabupaten Tebo, kabupaten Tebo mempunyai kesesuaian lahan dan iklim yang cocok dan mempunyai keunggulan komparatif bagi pengembangan budidaya dan pemasaran hasil buah Naga Merah.
“Beberapa hari yang lalu saya sempatkan mengunjungi salah satu sentra bibit dan tanaman buah naga di Jogjakarta, tepatnya di Kaliurang, ternyata hampir seluruh tanaman buah naga disana sedang tidak mengeluarkan buah. Sementara saya di telpon oleh PPL kita bahwa mereka sedang panen buah naga. Saat ini setiap pokok tanaman masih menyisakan buah yang akan kembali dapat dipanen sekitar minggu ke empat bulan oktober ini. Bukankah itu menunjukan bahwa kondisi iklim dan lahan yang di daerah kiita mempunyai keunggulan komparatif? Dan peluang inlah yang hendaknya dapat kita manfaatkan secara optimal,” katanya.
Buah Naga Merah akan menjadi icon Kabupaten Tebo bila program pengembangan buah naga ini berhasil dilaksanakan dan diikuti oleh petani hortikultura lainnya . Untuk tahap pertama pengembannya Kabupaten Tebo akan menjadi salah satu sentra bibit buah naga di Propinsi Jambi.
Persiapan untuk itu telah dilakukan dengan menjadikan lahan 1,8 hektar di BPP Rimbo Ilir sebagai sumber bibit buah naga merah. Sebanyak 1258 tiang tonggak sedang dipersiapkan dan bibit pun sudah siap. “Kami berterima kasih kepada Bapak Gubernur Jambi yang melalui Dinas Pertniian Tanaman Pangan Propinsi Jambi telah berkenan membantu kelancaran pembangunan kebun bibit buah naga berupa bantuan pengadaan Tiang dan bantuan bibit buah naga bagi masyarakat Tebo,” katanya.
Untuk percepatan pengembangan buah naga ini, prioritas utama penerima bantuan bibit buah naga baik dari Kabupaten Tebo maupun Propinsi Jami adalah kepada para Kelompok Wanita Tani ( KWT ) dan TP- PKK di desa desa kecamatan Ribo Ulu, Rimbo Bujang, Rimbo Ilir dan VII Koto.
“Sengaja bantuan kita berikan kepada KWT ataupun TP-PKK desa mengingat tanaman ini akan kita tanam di setiap pekarangan rumah sepanjang jalan utama desa. Bisa jadi satu rumah mendapat 5 sampai 10 batang, bibit diberikan secara gratis, kewajiban penerima bantuan adalah membuat lobang, memberi pupuk kandang dan menyiapkan tiang tonggaknya yang bisa terbuat dari beton ataupun kayu bulian sepanjang 2 meter,” ujarnya.
“Tanaman ini setahun sudah dapat berbuah dan masa tumbuhnya bisa mencapai 15 tahun, oleh karena itu investasi awal yang utama setelah bibit adalah tiang tonggak yang kuat/kokoh yang akan dibebani puluhan sulur tanaman buah naga,” lanjutnya.
Harga buah naga merah di swalayan bisa mencapai 40 s/d 45 ribu rupiah per kg. harga jual di tingkat petani selama ini paling murah 25 ribu rupiah per kg. paling sedikit setiap kg berisi 3 buah. “Bulan September kemaren dari 50 tonggak tanaman buah naga di halaman BPP RImbo ilir seluas 540 m2, telah di panen 100 kg buah naga yang bila dinilai dengan uang Rp. 2,5 juta , produksi buah sampai dengan pertengahan oktober ini sudah mencapai 60 kg,” katanya.
“Dan dalam waktu dekat akan kembali dipanen, Pemasaran hasil belum ada kendala, pedagang yang datang ketempat. Saat ini mulai banyak masyarakat Tebo yang memanfaatkan lahannnya untuk ditanami tanaman buah naga. Oleh karena itu Dinas pertanian akan terus mengembangkan kebun bibit buah naga untuk dapat menenuhi kebutuhan bibit masyarakat Tebo khususnya dan kedepan untuk se Propinsi Jambi Umumnya,” tambahnya.
Mengenai manfaat buah naga bagi kesehatan sudah tidak diragukan lagi, utamanya untuk menurunkan kolesterol, mencegah diabetes mellitus, mencegah kanker, meningkatkan kekebalan tubuh, merawat kulit dan lain sebagainya. Ini menjadikan komoditi buah naga sebagai komoditi yang prospektif untuk ditumbuhkembangkan.
“Bila nanti telah ada sebuah desa yang seluruh masyarakat desanya memanfaatkan lahan pekarangannya dengan tanaman buah naga dan sudah berproduksi dan mengkonsumsi buahnya apakah dalam bentuk juss, dimakan buah segar, maka sudah hampir dapat dipastikan bahwa desa tersebut mempunyai masyarakat yang sehat , bebas kolesterol, tidak menutup kemungkinan nantinya ada papan nama masuk kedesa tersebut yang bertuliskan Desa ini bebas Kolesterol,” selorohnya.
(adv)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: