>

Juara Umum Belum Tentu Mengaum

Juara Umum Belum Tentu Mengaum

Hanya Tiga Cabor Berpotensi Ulangi Catatan

JAKARTA-Sukses Indonesia menjadi juara umum pada SEA Games 2011 silam tidak terlepas dari prestasi di beberapa cabornya. Setidaknya, ada sepuluh cabor yang jadi penyumbang medali emas terbanyak. Namun, kesepuluh cabor itu diprediksi tidak akan mengaum kembali pada SEA Games di Myanmar, bulan depan.

  Kesepuluh cabor yang menjadi juara umum tersebut lebih banyak dari cabor terukur, antara lain dari dayung, balap sepeda, dan panjat tebing. Lalu, dari cabor permainan ada bulutangkis, tenis lapangan, dan soft tennis. Empat lainnya dari cabor beladiri dan akurasi, seperti karate, wushu, panahan, dan equestrian.

  Di Myanmar, khusus untuk panjat tebing, tenis lapangan, dan soft tennis tidak diperlombakan. Dengan sisa tujuh cabor itu pun belum tentu semuanya bisa kembali mengulangi pencapaiannya kembali. Terutama untuk cabor terukur yang diwakili dayung dan balap sepeda. Banyak hal yang menjadi indikasinya.

  \"Banyak aspek yang bisa menjadi penyebabnya. Apalagi kan beberapa waktu yang lalu sempat ada perubahan nomor dan pengurangan kuota di sejumlah cabor. Sehingga, dengan melihat itu saja sudah bisa menghitung berapa persen reduksi medali yang akan dialami,\" ujar koordinator cabor terukur Satuan Pelaksana Program Indonesia Emas (Satlak Prima), Hadi Wihardja, kepada Jawa Pos, kemarin (25/11).

  Dari ketujuh cabor penyandang status penguasa di 2011 silam, balap sepeda jadi cabor paling merasakan perubahan nomor dan pengurangan kuota tersebut. Balap sepeda yang semua berawak 38 pembalap, kini menyusut hingga 26 pembalap saja. Penyusutan 12 orang itu membuat cabor itu harus berpikir ulang.

  Sehingga, untuk mengulangi perolehan 12 medalinya di Palembang lalu semakin berat. Di SEA Games kali ini, hanya 13 nomor saja yang diperlombakan. \"Mentok, dari cabor balap sepeda mungkin hanya mampu mendapatkan separo dari jumlah emas yang ada, sekitar enam medali,\" ungkapnya.

  Tercatat, hanya tiga cabor yang punya potensi meneruskan dominasinya. Seperti karate, wushu, dan bulutangkis. Sedangkan cabor lainnya, semisal panahan, dayung, dan equestrian perlu itung-itungan untuk menguasai kembali persaingan. Apalagi untuk cabor panahan dan dayung, perlu ada persaingan dengan tuan rumah.

  Dayung misalnya. Tuan rumah sudah jauh lebih siap ketimbang Indonesia. Myanmar yang pada SEA Games 2011 lalu nihil emas, kini serius membidik emas di dayung. Mereka telah menjalani pemusatan latihan sejak 2012 di Tiongkok. \"Dan jujur saja, kami masih buta dengan kekuatan mereka. karena mereka setahun terakhir belum pernah menjalani event bersama kami,\" ungkap Sekretaris Umum (Sekum) PB PODSI, Edi Suyono.

  Pun demikian dengan cabor panahan. Ada beberapa nomor yang memaksa Indonesia bersaing ketat dengan Myanmar. Terutama untuk nomor compound, baik individu, beregu ataupun mix. Jika lengah, Myanmar bisa menggondol emas lebih dari ketiga nomor itu. Nah, di sinilah peran dari kuartet Rona Siscasari, Sri Ranti, Delly Trisiadinda dan Della Adisti Handayani memegang peran penting.

  Pelatih pelatnas panahan SEA Games, Daniel Lumalesil tetap yakin anak asuhnya tetap mampu mengulangi prestasinya. Atau bahkan lebih baik daripada di Palembang lalu. \"Beberapa simulasi sudah kami lakukan, mulai dari scoring, kekompakan beregu, dan sejauh ini semua berjalan baik. semoga ini tetap dipertahankan anak-anak sampai di Myanmar nanti,\" pungkasnya.

(ren)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: