IT IS DREAM COME TRUE, TRIP TO EUROPE

IT IS DREAM COME TRUE, TRIP TO EUROPE

CATATAN PERJALANAN GURU FAVORIT JAMBI EKSPRES 2013  KE EROPA

OLEH : IMELDA AISAH SARIP

                Bagaikan mimpi menjadi kenyataan., bagaimana tidak? Mimpi saya ke Benua biru akhirnya kesampaian juga. Ini adalah kedua kalinya saya pergi ke negara empat musim. Yang pertama saya pergi ke Benua Australia tepatnya di Negara New Zealand  selama tiga bulan dan sekarang adalah ke Benua Eropa tepatnya ke lima negara yaitu Belanda, Belgia, Perancis, Jerman dan Luxemburg selama lebih kurang sepuluh hari. Semua ini adalah program yang diinisiasi oleh ide brilian Jambi Ekspres, turut didukung oleh sponsor Dinas Pendidikan Provinsi Jambi dan perusahaan swasta yang peduli dunia pendidikan.

                Saya mulai cerita perjalanan saya bersama Guru Favorit yang lain. Saya tiba di  Amsterdams Netherland hari minggu jam 10 pagi waktu Belanda.  Saya sangat senang dan berguman hmm... akhirnya saya kembali menghirup udara dan merasakan cuaca seperti ini Alhamdulillah. Beda waktu antara Indonesia dan Belanda adalah 6 jam duluan Indonesia.Rombongan langsung menuju museum di Amsterdams untuk mencari foto asli pahlawan Jambi yaitu Sultan Thaha. Tetapi sungguh sayang fotonya tidak ditemukan, tapi pengurus museum berjanji untuk mencari foto tersebut. Saya beserta rombongan langsung menuju kota Volendam, kota ini di kenal dengan kota nelayan. Di kota ini kita bisa melihat kapal-kapal laut serta banyaknya toko aksesoris. Kami tertarik pada salah satu toko yaitu studio foto. Guru favorit langsung menuju kesana untuk berfoto ala noni-noni Belanda dengan baju dan sepatu serta aksesoris yang lengkap. Tujuh guru favorit berfoto bersama dengan ceria dan gembira walaupun biayanya agak mahal tetapi gak papa untuk bukti jika pernah ke negeri Kincir Angin.

                Besoknya kami melanjutkankan perjalanan ke kota Denhaag. Dari Amsterdam ke kota Denhaag kurang lebih selama satu jam perjalanan by bus. Kunjungan pertama kami adalah KBRI. Ada yang istimewa ketika kami ke KBRI yaitu kami mengikuti upacara hari Pahlawan, sungguh sangat berkesan dan istimewa sekali. Kemudian kami ketemu dengan bapak Hari Wibisono yaitu Atase Pendidikan KBRI Belanda. Bapak Wibisono sangat ramah dan sangat welcome sekali kepada kami. Kami dibawa ke sekolah yang paling terkenal di Denhaag, disana kami menemui Ibu Kepala Sekolah yang ternyata masih keturunan Indonesia. Di sekolah ini digabung tingkat SD, SMP dan SMA. Di Belanda tidak ada ujian nasional, ujian digunakan untuk masuk ke University.

                Kota Amsterdam dan kota Denhaag sama-sama indah, bersih dan beatiful, banyak terdapat kanal-kanal sehingga menambah indah kota ini. Orangnya juga ramah-ramah, displin dan tepat waktu, para pejalan kaki menyebrang di Zebra Cross, siswa dan mahasiswa banyak memakai sepeda sebagai alat transportasi sehari-hari, sehingga polusi kurang di sini. Itu adalah edukasinya yang bisa diambil dan diterapkan di Indonesia.

                Kami juga mengunjungi Sekolah Indonesia Netherland (SIN). Disini tidak hanya warga Indonesia yang tinggal di Belanda yang sekolah di SIN, tetapi juga orang Asia yang tinggal di sana seperti Thailand, Jepang, Korea. Sangat bangga sekali mendengar bahasa Indonesia dipergunakan di negeri orang dan bukan saja orang Indonesia yang memakainya. Oh ya di SIN kurikulum yang dipergunakan memakai kurikulum Indonesia dan juga mengadakan Ujian Nasional, buku-buku yang dipergunakan juga sama dengan buku-buku yang ada di sekolah Indonesia.

                Esoknya rombongan melanjutkan perjalanan ke kota Paris, Perancis. Ah ini yang sangat saya impikan melihat menara Eiffel. Ke kota Paris kami pergi by bus dan melewati Negara Belgia yaitu kota Brussel. Di kota ini sangan berbeda sekali dengan kota di Belanda. Kota yang kurang asri dan kurang bersih, banyak coretan di dinding rumah penduduk. Saya bertanya kepada Marshel (Toure quide sekaligus supir bus selama kami di benua biru). Marshel adalah orang Dutch tetapi banyak bahasa yang dikuasainya seperti Perancis, Jerman, Italy, Inggris dan tentunya Belanda). Menurut Marshel, eropa mengalami krisis ekonomi dan Belgia sangat besar dampaknya. Pemerintahan di Belgia juga sedang mengalami krisis sehingga tidak jalan roda pemerintahan. Lampu-lampu malam di Belgia tidak hidup sehingga malam hari sangat gelap disini.

                Akhirnya sampai juga kami di kota mode Paris. Wow kami begitu takjub melihat menara Eiffel. Alhamdulillah itulah kata yang terucap ketika melihat pertama kali menara Eiffel. Kota Paris sangat indah dengan gaya arsitek gedung yang berbeda dengan di Belanda. Di Paris sangat ramai dan macet yang panjang seperti di Jakarta, untuk naik ke menara Eiffel kita harus beli tiket dan begitu banyak antrian turis untuk membeli tiket masuk ke dalam menara Eiffel. Tetapi kami sudah mendapatkan tiket duluan karena sudah dibeli sama Gita (toure guide di Paris). Gita juga orang Indonesiayang sudah puluhan tahun berada di Paris. Kami naik ke lantai dua menara Eiffel dengan menggunakan lift. Sesampainya di atas, Allahu Akbar sangat  menakjubkan melihat kota paris di atas menara Eiffel. Kota Paris yang sangat indah, asri dan sangat simetris.

                Ada kejadian yang tidak terlupakan ketika berada di lantai dua menara Eiffel. Ketika itu ada shoting tv dari Arab yang menanyakan perasaan turis yang berada di menara ini. Saya diwawancarai yang akan disiarkan di negara mereka. Saya langsung bilang I’m from Indonesia Jambi province, saya sangat bangga mengucapkannya biar di negara lain tahu ada propinsi Jambi di Indonesia tidak hanya Bali dan Jakarta. Setelah puas melihat dan pasti berfoto  di menara Eiffel. Kami pergi ke pusat pertokoan di Paris namannya La fayeeth. Hati-hati di kota paris karena banyak sekalipencopet yang sudah propesional, dengan modus minta sumbangan yang berkata “Excuse Me” . Can you speak English?. Ah kata-kata itu sekarang menjadi kata sandi kami ketika menelpon dengan guru favorit yang lain dan membuat kami tertawa karena teringat dengan memori itu.

                Esok harinya kami keKBRI di Paris, tetapi kami kurang beruntung karena Atase Pendidikan KBRI di Paris lagi ada urusan, jadi kami banyak diberikan informasi dari bawahannnya. Di Paris SD berlangsung hanya lima tahun, SMP empat tahun dan SMA tiga tahun berbeda dengan Indonesia. Profesi guru di Perancis diambil dari tingkat Master (S2).

                Dari Paris kami menuju ke kota Aachen Jerman melalui negara Luxembourg. Di negara Luxembourg kami tidak lama hanya untuk lunch, disini kotanya sangat nyaman, tidak padat penduduknya karena ini adalah negera kecil. Setelah 2 jam dari Luxembourg, kami sampai di kota Aachen Jerman. Saya sangat senang karena di sinilah bapak Habibie sekolah dan disini juga syuting film Habibie dan Ainun, tetapi sayang kami tidak sempat ke University tempat Habibie menimba ilmu. Saya sangat bangga ketemu lima orang cewek asal Indonesia yang mau kuliah S1 di Jerman. Mereka sangat berani dan saya sangat salut ke mereka karena ada yang sudah diterima di UGM, UI, tetapi mereka tetap mencoba di Jerman untuk menambah wawasan. Dari merekalah saya tahu bahwa kuliah di Jerman itu gratis hanya memikirkan akomodasi tinggal dan transportasi. Mereka contoh motivasi yang akan saya berikan kepada siswa-siswa saya di sekolah. Siapapun bisa sekolah atau kuliah di luar negeri asal mau dan berani.

Setelah dari Jerman besoknya langsung ke Amsterdam Belanda dan besoknya kami pulang ke Indonesia. Itulah cerita perjalanan saya yaitu Imelda Aisah Sarip, M.Pd yang mengajar di SMPN 6 Kota Jambi. Saya juga mau mengucapkan Selamat Hari Guru dan PGRI yang ke-68, semoga guru semakin dihargai semua orang dan semakin jaya Amin.. terima kasih ( Indonesia), thank you ( Inggris), Dank u (Dutch/Belanda), vielen dank (Jerman), merci (Perancis).

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: