Semangat Anyar dari Benalux Prajer
Dalam keteraturan kota tua yang sedikitpun tak boleh diubah baik struktur bangunan dan bentuknya. Penduduk Paris amatlah teguh memegang aturan itu.
Aktivitas paling dominan adalah lalu lalang para pejalan kaki dan pengendara sepeda. Menyusuri sepanjang bangunan-bangunan yang kokoh dan simetris. Mulai dari pusat perbelanjaan sampai tempat tinggal hampir semua terkesan sederhana dan seragam. Satu dalam warna simbol ketaatan pada pemerintah negeri yang amat tertata.
Parkiran kendaraan yang berjajar rapi di tempatnya. Jalanan yang bersih, tertib lalu lintas juga nampak jelas di sini. Siapa saja bisa menggunakan sepeda negara. Suka-suka kita mau kemana, dan parkir di mana. Cermin penduduk Paris tergambar dari hidupnya suasana kota. Tak banyak basa basi namun pasti dan kaya strategi.
Kita bisa melirik kepandaian pedagang asongan menawarkan dagangan, tangkasnya tangan seorang pencopet mengelabui mata polos korbannya, dan panjangnya langkah kaki untuk menghargai tiap detik waktu yang digunakan.
Hampir semua aktivitas terencana sesuai dengan waktunya. Ketika janji makan siang kami ingkari, kami harus rela makan hidangan dingin yang masih tersedia. Ketika terlambat memenuhi janji jumpa atase pendidikan dan kebudayaan di KBRI, tak banyak cerita yang dapat kami peroleh.
Karena padatnya acara yang harus diikuti pak Akhlus. Kalau ada pepatah “Time is Money”, itu bukan kata kata biasa tanpa makna. Tapi tercermin dalam tindak tanduk dan sikap penduduknya. Untuk mengobati kekecewaan kami, mbak Dani salah seorang staf di KBRI dapat memberi informasi yang kami butuhkan. Lumayan...dapat info yang cukup bermanfaat.
Next...trip to luxemburg, negara terkecil di Eropa kami sambangi pada sore hari. Kira-kira pukul 5.00. Negara yang luasnya hanya 290 Km2 ini merupakan negara terkecil dengan jumlah penduduk pada tahun 2002 sekitar 442.972 orang. Pertama menginjakkan kaki di tengah kota, terasa ada yang lain..nafas kenyamanan kota terhirup dalam merasuk ke tubuh.
Keindahan tata kota, keramahan penduduk, dan letak kota yang menjadi persinggahan antar bangsa se kawasan Benalux, membuat keindahan kota makin sempurna. Kami jumpai sepanjang kota penduduk yang bercengkerama di sepanjang koridor pertokoan, saling menyapa, dan hampir tak terdengar hiruk pikuk kendaraan. Di sini kami berjalan kaki mengunjungi Restaurant China. Hanya restaurant China yang menjanjikan hidangan yang cukup familier dengan lidah Asia. Wow......brokoliii I Miss you..
Kota tua “Aachen” di malam hari...sekitar pukul 6-an sore kami tiba di Aachen. Langsung menuju Novotel di pusat kota. Saking senangnya berada di kota ini, kami sepakat malam ini juga keluar menuju pusat perbelanjaan. Pusat perbelanjaan masih ramai dan jalan-jalan pun belum sepi. Ternyata banyak putra dan putri Indonesia yang sedang menimba ilmu di sini.
Harapan mendapatkan pendidikan yang berkualitas dan tidak banyak biaya menjadi alasan untuk belajar di kota pelajar ini. Sayang kami tak bisa berlama-lama di sini, karena besok pagi harus kembali ke Amsterdam untuk menginap satu malam lagi. Walau sebentar berada di kota Aachen tapi entah kenapa lebih terasa nyaman dan tenang.
Mungkin karena mantan presiden Indonesia pernah tinggal di sini, atau terbayang wajah mahasiswi Indonesia yang kami jumpai di pusat perbelanjaan malam itu. Kebahagiaan dan semangat belajar terpancar dari wajah mereka. Wajah generasi masa depan yang akan membangun negeri Indonesia tercinta.
Sebelum pulang ke Indonesia, satu pelajaran yang teramat berharga kami dapatkan dari seorang Indonesia “mba Oka” yang sudah 16 tahun bekerja di salah satu rumah sakit di Belanda. Di Belanda semua pasien tak ada bedanya. Melayani dengan memberikan perlakuan yang sama, baik ruang rawat inap, menu makanan dan fasilitas-fasilitas lain.
Bahkan seekor binatang yang cedera sekalipun akan mendapatkan perawatan sendiri. Alias punya ambulan sendiri. Begitu cara mereka mengasihi sesama makhluk. Bagaimanakah dengan kita?
Selamat tinggal Benalux Prajer, thank you Jambi Ekspres, Gubernur Jambi, Ibu Rosita Cek Endra, Dinas Pendidikan Provinsi Jambi, dan Dinas Pendidikan Kabupaten Sarolangun, yang telah memfasilitasi semuanya. (Penulis adalah
Guru Favorit Jambi Ekspres 2013 dan Kepala SMPN 17 Kabupaten Sarolangun)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: