Narcoterrorism Ancam Indonesia

Narcoterrorism Ancam Indonesia

JAKARTA - Penangkapan Fadli Sadama, Otak Perampokan Bank CIMB Niaga Medan November lalu makin menguatkan adanya jenis kejahatan baru di Indonesia. Kejahatan tersebut merupakan gabungan antara narkoba dan terorisme yang diistilahkan sebagai narcoterrorism. Istilah tersebut muncul kali pertama di Peru pada 1983.

                Fadli Sadama alias Acin alias Ican alias Zahid alias Fernando alias Ade berhasil diringkus pada 20 November lalu di Kuala Lumpur, Malaysia. Dia kabur dari Lapas Tanjung Gusta, Medan, pada kerusuhan 11 Juli lalu. Acin ditangkap oleh Special Branch antiteror Polis Diraja Malaysia (PDRM) dengan tuduhan menyelundupkan senjata dari Thailand Selatan (bukan Filipina seperti diberitakan sebelumnya).

                Dari hasil interogasi plus penelusuran, didapati fakta jika tipe kejahatan prioa 29 tahun itu adalah narcoterrorism. Yakni, menggunakan bisnis narkoba untuk membantu aksi-aksi terorisme. Selain membantu aksi-aksi terorisme di pulau Sumatera, dia juga berbisnis narkoba di Malaysia.

       Uang hasil bisnis haram itu digunakan untuk \"kulakan\" senjata api ilegal dari Thailand selatan. senjata itu kemudian diselundupkan ke Indonesia lewat Aceh. Oleh kelompoknya, senjata itu digunakan untuk merampok bank. Hasil merampok bank dipakai membiayai aksi-aksi terorisme.

       \"Yang bersangkutan terlibat jaringan teroris Toni Togar yang i\"dad di Maluku,\" terang Karopenmas Divhumas Polri Brigjen Boy Rafli Amar kemarin. Toni merupakan narapidana teroris anggota Jamaah Islamiyah yang dekat dengan Imam Samudera, Noordin M Top, dan Dr Azahari.

       Pada 2003, alumnus Pondok Pesantran Ngruki, Solo, itu ikut andil dalam pengeboman hotel JW Marriott di Jakarta dan pengeboman sejumlah gereja di Sumatera. Saat ini, Tonbi mendekam di Lapas Batu Nusakambangan dengan vonis 20 tahun penjara.

                Boy mengungkapkan, penyidik menduga kuat dialah provokator dalam kasus kerusuhan di Lapas Tanjung Gusta. \"Hasil pemeriksaan sejumlah napi yang kembali ke lapas maupun petugas lapas mengarah ke dia,\" lanjut mantan Kabidhumas Polda Metro Jaya itu.

                Setelah kabur, Fadli lari ke kebun sawit di kawasan Martubung, Medan. Di situ, Fadli sudah ditunggu salah seorang kerabatnya. Dia menginap dua pecan di kediaman kerabatnya di Medan. Kemudian, dia pindah ke rumah rekannya selama seminggu lalu kembali ke rumah saudaranya dan menginap dua minggu.

       Fadli kemudian kabur ke Aceh selama satu bulan lalu kembali ke Medan.\"Dari sana, dia menyeberang ke Malaysia lewat Tanjung Balai menggunakan perahu nelayan,\" tutur alumnus Akpol 1988 itu. Fadli mendarat di pelabuhan Kuala Selangor lalu menetap di Jinjang Selatan.

       Menurut Boy, terungkapnya rekam jejak Fadli memungkinkan dia untuk dipidana lagi. \"Tentunya dalam penyidikan yang lain,\" imbuhnya. Hanya saja, kejahatannya harus dipilah karena ada yang sudah divonis.

       Boy menambahkan, pihaknya juga sedang menelusuri kemungkinan Fadli berbisnis narkoba narkoba di dalam lapas. Sebab, tidak mungkin dia bisa kabur selama beberapa bulan tanpa membawa uang. Asal muasal uang inilah yang sedang ditelusuri, karena diduga terkait dengan narkoba.

(byu)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: