AS Budianto : Remaja Tak Boleh Kehilangan Jati Diri
JAMBI - Karakter atau identitas suatu daerah amat dipengaruhi adat istiadat lokal masyarakat. Inilah yang menjadi kearifan lokal berupa tatanan nilai yang di anut dan berkembang secara turun temurun. Termasuk Provinsi Jambi yang kaya adat istiadat lokal dalam bentuk budaya melayu bercorak Islam.
Dalam hal melestarikan adat istiadat yang ada di Provinsi Jambi, H Ahmad Subandi Budianto SE MM sebagai salah seorang masyarakat yang peduli, mencoba menggali peranan adat istiadat serta kearifan lokal , adat bersendi syara’, syara’ bersendi kitabullah harus menjadi dasar bagi pembentukan jati diri generasi muda Jambi. Inilah menjadi tekad yang akan di perjuangkan seorang haji Budianto kelak jika diamahkan masyarakat.
Kesadaran ini tergambar dari forum diskusi penyusunan visi dan misi pencalonan beliau sebagai Caleg DPR RI dari Partai Demokrat. “Remaja kita tak boleh kehilangan jati diri, mereka harus berkembang dalam budaya serta pola kebiasaan yang baik. Meski dunia sudah sedemikian maju, keharusan menghormati orang tua dengan mencium tangan, mengucapkan salam, bersikap jujur dan peka terhadap lingkungan mesti kita upayakan menjadi kebiasaan disetiap rumah tangga. Kesadaran ini harus kita komunikasikan kepada masyarakat dan pemerintah, dengan jalan memperkuat kegiatan agama serta penguatan budaya local,” jelasnya.
Selanjutnya tokoh yang akrab dipanggil pak haji ini sangat mendukung program pengentasan buta aksara Alquran yang dilakukan pemerintah provinsi. Karena dapat membentengi generasi muda kita dari dampak negatif globalisasi.
“Persoalan generasi muda kita cukup mengkhawatirkan, derasnya pornografi, peredaran narkoba serta makin sempitnya wahana aktualisasi bakat dan minat mereka. Mengharuskan kita menoleh kembali pada istiadat lokal, dahulu orang tua, malu jika anak-anak mereka tidak bisa membaca Alquran, kini mereka tidak malu lagi,” katanya.
Selain itu dulu yang namanya guru merupakan panutan yang amat disegani oleh muridnya. Hingga tak jarang jika ketemu dijalan seorang murid merasa sungkan dan menghindar karena ada rasa hormat yang begitu mendalam.
“Sehingga apa yang diajarkan sang guru benar-benar diresapi oleh anak didik. Nilai-nilai seperti inilah yang harus kita tumbuhkan kembali. Salah satunya melalui program pengentasan buta aksara Alquran sebagai benteng terpenting akhlak generasi muda kita,” ujar Wakil Ketua Paguyuban Masyarakat Jawa-Jambi Wisnu Murti ini.
(cas)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: