>

Investasi Belum Berorientasi Ekspor

Investasi Belum Berorientasi Ekspor

Pertumbuhan Pinjaman Luar Negeri Melambat

JAKARTA - Bank Indonesia (BI) menengarai investasi di tanah air masih belum berorientasi ekspor. Sebaliknya, penanaman modal lebih cenderung untuk memenuhi konsumsi dalam negeri. Tengara tersebut bisa dilihat dari debt to export ratio atau rasio utang terhadap ekspor yang mencapai 120,55 persen. Jumlah tersebut meningkat tajam jika dibandingkan dengan figur data pada kuartal pertama 2012 yang masih 97,06 persen.

                Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI Difi A. Johansyah mengatakan, penanaman modal asing (PMA) yang terjadi selama ini seharusnya bisa menghasilkan produk dengan orientasi ekspor. Dengan demikian, akan ada kesesuaian terhadap penerimaan valuta asing (valas) khususnya dolar AS terhadap utang dengan mata uang yang sama.

\"Kami harapkan rasio utang terhadap utang ini bisa di bawah 100 persen,\" jelasnya akhir pekan lalu (22/12).

                Secara keseluruhan, terjadi tren perlambatan pertumbuhan utang luar negeri (ULN). Pada Oktober 2013, ULN tercatat sebesar USD 262,4 miliar, tumbuh melambat 5,8 persen dibandingkan periode yang sama tahun laliu (year on year/yoy), dibandingkan dengan pertumbuhan bulan sebelumnya yang mencapai 6,7 persen yoy.

       Perlambatan pertumbuhan ULN terjadi pada sektor publik maupun sektor swasta. Posisi pinjaman luar negeri sektor publik pada Oktober 2013 mencapai USD 125,8 miliar atau tumbuh melambat menjadi 0,5 persen yoy dari bulan sebelumnya sebesar 2,1 persen yoy. Sementara itu, posisi ULN sektor swasta tumbuh stabil dibanding bulan sebelumnya sebesar 11,1 persen yoy yang mencapai USD 136,6 miliar.

                Berdasarkan jangka waktunya, komposisi ULN jangka panjang tetap stabil mendominasi pada Oktober 2013. Posisi ULN Indonesia sebagian besar terdiri atas ULN berjangka panjang sebesar USD 216,1 miliar atau 82,4 persen dari total ULN. Sementara sisanya sebesar USD 46,3 miliar atau 17,6 persen dari total ULN merupakan ULN jangka pendek. ULN berjangka panjang pada Oktober 2013 tumbuh 5,1 persen yoy, lebih rendah dari rata-rata pertumbuhan periode Januari-September 2013 sebesar 6,8 persen (yoy).

                 

Sementara itu, ULN berjangka pendek tumbuh sebesar 8,8 persen yoy, lebih lambat dari rata-rata pertumbuhan periode Januari-September 2013 17,7 persen (yoy). Dari sisi kepemilikan, peran dominan ULN jangka panjang terjadi baik pada ULN publik maupun ULN sektor swasta. Pinjaman mancanegara sektor publik berjangka panjang mencapai USD \"118,8 miliar atau 94,4 persen dari total ULN yang ditarik pemerintah. Sementara itu ULN sektor swasta berjangka panjang mencapai USD 97,4 miliar atau 71,3 persen dari total ULN swasta.

(gal/sof)

 

                

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: