>

Jeda berdoa, Romo Bisa Treadmill atau Beri Makan Rusa

Jeda berdoa, Romo Bisa Treadmill atau Beri Makan Rusa

Mengunjungi Wisma Emmaus, Rumah Pensiunan Uskup di Novisiat Giri Sonta

  Pertimbangan usia dan kondisi kesehatan acap membuat seorang uskup mengajukan diri pensiun dari jabatannya. Sebagian di antara mereka memilih tinggal di Wisma Emmaus, kompleks Novisiat Giri Sonta, Karangjati, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah. Bagaimana keseharian mereka?

 

  BAYU PUTRA, Ungaran

 

  SUASANA tenang sangat terasa di kompleks Giri Sonta Sabtu lalu (21/12). Meski tepat berada di tepi jalan yang menghubungkan Semarang dengan Jogjakarta, hiruk pikuk seketika lenyap berganti kesunyian begitu memasuki pusat spiritualitas yang dibangun Romo P. Van Hoof S.J. pada 1928 itu.

  Barisan pohon rindang yang ditanam puluhan tahun silam memagari bangunan-bangunan bergaya Belanda, seakan menjadi sekat keduniawian. Taman-taman di seantero kompleks tertata rapi. Gerimis yang turun sejak siang membuat rumput di area seluas 6 hektare tersebut semakin menghijau.

  Siang itu tak banyak aktivitas di Giri Sonta. Ketika matahari hampir terbenam, lonceng Angelus berdentang ringan mengiringi langkah sejumlah umat yang berjalan dalam diam untuk melaksanakan misa di Gereja Santo Stanislaus Kostka. Gereja berbentuk limasan itu setiap hari menyelenggarakan misa untuk awam pada pukul 05.30 dan misa khusus Sabtu-Minggu pada 16.30 dan 07.30.

  Giri Sonta awalnya adalah rumah retret yang kali pertama dibangun Ordo Serikat Jesus di tanah Jawa. Pada 1931 rumah retret yang menggunakan nama pelindung Kristus Raja Hati dan Jerih Lelah tersebut mulai melayani umat. Setelah sejumlah rumah retret dibangun di sejumlah kota, rumah retret Giri Sonta khusus melayani biarawan-biarawati. Pada tahun yang sama juga dibangun Kolese Santo Stanislaus yang menjadi tempat pendidikan dasar calon uskup (novisiat dan yuniorat) Ordo Serikat Jesuit. Selanjutnya, pada 1975, mulai dibangun pusat latihan rohani Pusat Spiritualitas Giri Sonta (Puspita).

  Di bagian belakang kompleks Novisiat Giri Sonta, terdapat sebuah bangunan sederhana yang menghadap taman yang cukup luas, Wisma Emmaus. Di rumah sederhana berdinding batu itu, sejumlah romo berdiam setelah menanggalkan jabatannya dan melayani umat dalam doa. Tak jauh dari bangunan itu terdapat makam sejumlah romo yang tutup usia di Giri Sonta.

  \"Tidak semua romo yang pensiun tinggal di sini,\" terang Romo Josep Darminta S.J., pensiunan romo yang juga menjadi pengurus di Wisma Emmaus.

  Beberapa romo memang memilih tinggal di Giri Sonta. Namun, ada sebagian yang lain yang memilih tinggal di dekat kerabatnya. Setelah meninggal, pelayan umat itu bisa saja dimakamkan di Giri Sonta.

Saat ini ada delapan romo yang tinggal di Wisma Emmaus. Mereka merupakan romo-romo sepuh yang usianya sudah di atas 70 tahun. Mereka adalah Romo Rutten, 88, dan Romo Koelmann, 84, asal Belanda. Ada pula Romo Wiryo Pranoto, 78, asal Magelang; Romo Brotodarsono, 78, asal Solo; dan Romo Tandean, 84, asal Manado. Dua lainnya adalah Romo Udyo Susanto, 73, asal Ambarawa; dan Romo Broeder Mulyoarjono, 88, asal Bantul.

  Di Wisma Emmaus tinggal pula Kardinal Julius Darmaatmadja S.J., 79. Mantan uskup agung Semarang dan uskup agung Jakarta itu mengajukan pensiun pada Paus Benedictus XVI pada 2010 dan kini bertugas sebagai uskup emeritus dan berdiam di Wisma Emmaus Giri Sonta.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: