Rp 25 T Dalam Tiga Bulan
Kapitalisasi PGN Anjlok
JAKARTA - Kapitalisasi pasar saham PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS) tergerus Rp 25 triliun dalam tiga bulan terakhir. Hal tersebut seiring penurunan harga saham distributor gas alam pelat merah ini sebesar 20 persen.
Depresiasi harga saham PGAS terjadi sejak Oktober 2013. Saat itu saham perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) ini bergerak di level 5.450an dan kemudian berangsur melemah meninggalkan psikologis 5.000. Sampai dengan penutupan akhir pekan kemarin (17/01) saham PGAS turun sekitar 20 persen ke level 4.350 dibandingkan Rp 5.450 pada 17 Oktober 2013.
Pada perdagangan kemarin, saham PGAS berhasil menguat 310 poin (7,07 persen) ke level 4.695 sehingga menurunkan koreksi menjadi 13,5 persen dibandingkan 5.450 pada 21 Oktober 2013. Data perdagangan kemarin mencatat saham PGAS banyak dilepas oleh Mandiri Sekuritas dan dibeli oleh Bahana Sekuritas.
Dalam data perdagangan kemarin nilai transaksi secara total untuk saham PGAS mencapai Rp 405,6 miliar. Mandiri Sekuritas melakukan penjualan dengan volume bersih sebanyak 71,205 juta saham dan Bahana Sekuritas melakukan pembelian dengan volume bersih sebanyak 141,57 juta saham PGAS.
Akibat depresiasi harga sahamnya, sampai dengan akhir pekan kemarin kapitalisasi pasar PGAS turun Rp 25 triliun. Sehingga nilai kekayaan pemerintah Republik Indonesia sebagai pengedali dengan kepemilikan 56 persen saham perseroan berkurang Rp 14,7 triliun.
Head of Technical Analyst PT Trust Securities, Reza Priyambada, mengatakan periode penurunan harga saham PGAS dimulai sejak Kementerian ESDM akan memberlakukan open access terhadap aset pipa gas yang dimiliki oleh perusahaan ini. Di sisi lain, pelaku pasar belum mendapatkan informasi resmi dari perseroan terkait untung dan ruginya dari rencana kebijakan itu.
\"Pelaku pasar terus melakukan aksi jual. Bahkan saat IHSG naik kencang, saham PGN justru masuk zona merah,\" ungkapnya, kemarin.
Pada periode yang sama saat harga saham PGAS turun sekitar 20 persen, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) juga masih mengalami koreksi tetapi hanya 2,3 persen. Gap itu lah yang membuat kapitalisasi pasar PGAS tergerus.
Sampai dengan kemarin nilai kapitalisasi pasar saham PGAS masih berada di jajaran 10 besar di antara perusahaan tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI). PGAS berada di urutan delapan senilai Rp 113,81 triliun.
Di urutan pertama dengan nilai kapitalisasi pasar saham tertinggi adalah PT HM Sampoerna Tbk (HMSP) senilai Rp 280,2 triliun diikuti PT Astra International Tbk (ASII) senilai Rp 276,3 triliun. PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) di tempat ketiga senilai Rp 242,2 triliun, PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM) senilai Rp 226,7 triliun kemudian PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) senilai Rp 214,02 triliun.
Selanjutnya PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) dengan market cap senilai Rp 204,1 triliun diikuti PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) senilai Rp 202,2 triliun. PGAS di bawah BBRI dan mengikuti kemudian PT Semen Indonesia Tbk (SMGR) di urutan 9 dengan kapitalisasi Rp 89,4 triliun. Di urutan 10 adalah PT Gudang Garam Tbk (GGRM) senilai Rp 87,2 triliun.
Senior Portfolio Manager PT BNI Asset Management, Hanif Mantiq, mengatakan investor masih memandang negatif saham PGAS karena margin bersih perseroan diprediksi berkurang seandainya rencana merger dengan Pertamina Gas (Pertagas) terealisasi. \"Harga saham PGAS kelihatannya sekarang sudah terjaga. Tapi jika strategi penjagaan harga saham itu tidak dilakukan maka akan turun terus. Apalagi kalau skenario mergernya di bawah ekspektasi pasar,\" ungkapnya, kemarin.
(gen/oki)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: